Val sudah berada di rumah Keluarga Salim ketika Marcel tiba.Terakhir kali Marcel bersamanya di ruang tamu Joshua adalah lima tahun lalu, tetapi rasanya seperti baru kemarin. Mungkin karena sejak saat itu, dia nyaris tidak menjalani hidup. Hanya sekadar bertahan.Duduk di sofa dengan kaki bersilang anggun, Val mengayunkan kakinya ringan dengan ekspresi datar. Dia mengenakan setelan bisnis, blus putih ketat dan rok pendek lurus. Sepasang sepatu hak tinggi, tentu saja mengisyaratkan satu hal, yaitu dia datang untuk urusan serius.Hanya saja, bukan jenis urusan yang dinantikan Joshua. Itu jelas terlihat dari bagaimana otot-otot wajah pria itu menegang saat duduk tepat di seberang Val, seolah sedang berhadapan dengan monster kanibal. Dia ketakutan dan memang seharusnya begitu. Meskipun Val tidak akan pernah mengakuinya, dia tetaplah seorang Kumala.Dalam lima tahun terakhir, Diego telah menguras habis segala yang dimiliki Keluarga Salim. Memang, Alisa dan ayahnya tidak berbuat banyak untuk
Melihat kepala Gerry yang beruap, Val tertawa kecil, melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh."Aku datang dengan dukungan uang besar kali ini dan itulah sebabnya ayahmu yang licik seperti rubah dan saudarimu yang licin seperti ular memperlakukanku dengan cara yang seadanya.""Mereka tahu mereka nggak bisa menguasaiku, tapi mereka nggak menghentikanmu untuk membuatku kesal karena mereka ingin melihat apa yang bisa kulakukan terhadap ketidaksopananmu. Kamu tahu maksudnya, 'kan?""Omong kosong!" teriak Gerry dengan nada mendengus, tetapi dia tidak bisa menahan diri untuk melirik ke arah ayah dan saudara perempuannya juga."Aku akan memberitahumu apa yang akan kulakukan padamu." Val berhenti memutar ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas kecilnya sambil bangun dengan ekspresi bosan dan kejam."Perusahaan kecil berhargamu yang menyesatkanmu agar berpikir bahwa kamu bukan sampah yang benar-benar nggak berharga? Akan kujatuhkan dalam waktu tepat tiga hari. Aku tahu itu mungkin nggak terl
"Oh, putriku yang malang ...." Aveline menggenggam dadanya dengan satu tangan seolah-olah hatinya tersiksa, matanya yang penuh perasaan berkilau dengan air mata. "Kamu telah mengalami beberapa tahun yang sulit, aku tahu itu. Aku ingin mencarimu, tapi ...."Namun, Joshua tidak membiarkannya? Atau karena takut Alisa sedih? Aveline tidak mengucapkan kata-kata itu, tetapi karena mengenalnya dengan sangat baik, Val tahu maksudnya.Val memiringkan kepala, seolah-olah melihat Aveline untuk pertama kalinya dalam hidupnya.Dalam beberapa hal, memang iya.Begitulah cara Aveline berbicara. Dia melukiskan dirinya sebagai orang paling menyedihkan di dunia, meskipun kamu adalah korban yang sebenarnya, sambil pada saat yang sama menunjukkan bahwa kesalahan ada pada orang lain. Siapa pun kecuali dirinya.Mungkin Aveline tidak pernah menyuruh Val untuk membenci Joshua, tetapi setiap kali dia "menghibur" Val, dia menambahkan lapisan kebencian lain pada diri Val.Misalnya, ketika Joshua mengabaikannya, a
"Gerry." Val tiba-tiba menoleh kepada si beruang bodoh besar. "Dulu ada waktu ketika kamu merundungku di sekolah dan tertangkap oleh guru. Saat guruku memintamu untuk memberikannya nomor telepon Ibu, kamu menyebutkan nomor yang salah sebelum dengan cepat menggantinya." "Kecuali, sebenarnya itu bukan nomor yang salah, 'kan? Itu adalah nomor yang kamu disuruh hafal sewaktu masih kecil sebelum digantikan dengan yang sekarang. Kenapa dia menggunakan nomor telepon ini selama dua puluh tahun tanpa masalah, padahal kamu harus menghafal dua nomor?"Gerry membuka mulutnya seperti seekor tikus tanah besar yang secara tidak sengaja menggali dari langit-langit ke tanah."Ibu ...?" Gerry tersendat, menatap Aveline seperti anak yang tersesat. Dia tidak tahu bagaimana dia tidak jatuh ke dalam perangkap Val.Tidak mungkin, karena itu bukan perangkap. Itu adalah lubang gelap yang tak berujung dalam masa lalu ibunya yang, seberapa pun dia berusaha, selalu gagal untuk ditutupi."Itu terlalu dibuat-buat,
Selama bertahun-tahun, Val bertanya-tanya dari mana Alisa mendapatkan kemampuan berbohong dan berpura-pura tanpa cela. Ternyata jawabannya ada tepat di depan matanya. Itu semua berasal dari Aveline, ibu Alisa, yang begitu pandai berbohong hingga Val sama sekali tidak menyadari ada yang salah!Aveline telah merenggut ibunya dan sekarang putri Aveline telah mengambil bayi Val! Seperti ibu, seperti anak perempuan! Kali ini, Val tidak akan membiarkan mereka lolos! Dia tidak bisa bersatu kembali dengan ibunya dan bayinya dengan tenang sebelum mendapatkan keadilan dari sepasang ular ini!"Kamu perlu bicara dengan ayahmu, Sayang ...." Aveline mengulurkan tangan ke wajah Val, berusaha memainkan peran sebagai ibu yang sempurna. Namun, Marcel segera menarik Val selangkah ke belakang, melindunginya dengan tubuhnya sambil menggeram tajam, "Aveline, hentikan."Mesin manipulasi itu kembali menyala.Namun, Val sudah mendengar semua yang dia butuhkan dari Aveline.Dengan dengusan dingin, Val berbisik
Panggilan telepon itu mengembalikan Val ke sosok malaikat jatuh yang penuh dendam. Untuk saat ini."Aku akan mencari Joni Kumala atas apa yang telah dia lakukan, terima kasih, tapi itu bukan urusanmu ...." Val menyunggingkan senyuman, ekspresi iblis tanpa kehangatan yang membuat musuh-musuhnya merinding. "Semoga keluargamu benar-benar nggak mengalami kesulitan dengan alasan menyedihkanmu tentang perselingkuhan, Bu Aveline. Tapi untuk sekarang, aku ingin kalung ibuku."Aveline menggeleng perlahan dengan ekspresi penuh belas kasihan, seolah-olah Val hanyalah anak nakal yang tidak tahu apa-apa."Apa yang terjadi padamu, Valerie?" Aveline tetap memanggilnya dengan nama yang dia berikan dulu, mengabaikan kata-kata Val. "Apa kamu menemui seseorang untuk menangani masalah ini? Ini bukan hal yang ringan. Kalau kamu butuh bantuan ....""Nggak perlu!" Val membalas dingin penuh amarah. "Hentikan sandiwara munafikmu! Kamu benar-benar nggak tahu kapan harus berhenti, bahkan setelah sifat aslimu ter
"Val!"Val pergi saat Marcel ditahan oleh Keluarga Salim. Saat dia berhasil menyusul, Val sudah berada di dekat mobil mewah hitam pekat yang menunggu tepat di luar gerbang rumah Keluarga Salim.Val tidak berniat menunggunya, sampai Marcel mempercepat langkah dan menyelipkan jarinya di antara pintu yang setengah tertutup.Sejujurnya, dia terkejut karena Val tidak langsung menutup pintu itu dan menjepit jarinya.Namun, raut wajah Val menunjukkan ketidaksabaran yang nyata terhadap caranya menghentikannya."Kamu memang nggak pernah puas dengan apa yang menjadi milikmu saat ini, ya?" ucap Val dingin, berdiri di balik pintu, sementara Marcel merasa seolah-olah pintu itu adalah jarak terjauh di dunia.Dari dalam mobil terdengar dengusan dingin yang nyaris tak terdengar. Marcel mendengarnya. Di kursi belakang duduk pria bertopeng itu, Nico. Nama itu membuatnya muak. Dia tahu pria itu sedang memanfaatkan Val. Atau mungkin lebih buruk lagi, sedang mempermainkannya.Marcel sudah menyelidiki pria
Setelah berkendara selama 20 menit, mata Val masih dipenuhi oleh amarah dari ledakan emosinya tadi. Dia pernah mencintai pria itu dan juga membencinya. Terlalu menyakitkan untuk tetap menyimpan Marcel di dalam hatinya. Dia ingin pria itu keluar dari hidupnya, tetapi Marcel terus kembali dan mengacaukan segalanya!"Begitu tega padanya, hm?" Nico memecah keheningan dengan nada mengejek. "Yakin nggak akan menyesal? Aku tahu betapa besar cintamu padanya dulu.""Bukan urusanmu!" Val mendengus dingin, nada suaranya sama sekali tidak seperti seorang sugar baby yang dia perlihatkan di hadapan orang lain."Aduh." Pria itu tertawa, sama sekali tidak tersinggung. "Kupikir kita sedang membangun hubungan baik di sini. Apa yang membuatmu kesal, putri kecilku?""Sudah kubilang ...!" Val berbalik dengan marah, tetapi sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya, mobil berbelok tajam, membuatnya terhempas ke arah Nico. "Astaga!"Yang mengejutkan, Nico menangkap bahunya dengan lembut, memastikan dia baik-b
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di