“Guten Morgen, semuanya….” Sapa Aliika dengan ria kepada kedua orangtua dan juga sepupunya saat baru saja tiba di ruang makan.Rama, Syifana dan juga Andrian yang sebelumnya sedang berbincang-bincang kini hanya diam. Bahkan mereka tidak membalas sapaan Aliika. Mereka sedang terheran-heran melihat sikap Aliika pagi ini.“Wah! Ada mie goreng sosis.” Ucap Aliika dengan heboh. Gadis itu langsung menyendokkan mie goreng itu ke piringnya.Dengan semangatnya Aliika langsung menyantap mie goreng itu. Pagi ini Aliika terlihat begitu riang gembira. Dan hal itu membuat Rama dan Syifana tersenyum, melihat putrinya sedang bahagia. Berbeda dengan Andrian yang menatap Aliika horor.Aliika memang orang yang selalu riang, namun jarang sekali saat bangun tidur langsung bersikap ceria seperti ini. Biasanya Aliika masih diam dan tak banyak tingkah ketika bangun tidur. Ia masih malas. Jadi terasa aneh hari ini dengan sikapnya.“Perasaan Bi Jum gak jarang masak mie goreng deh. Kenapa kamu heboh banget kaya
“Kenapa kamu diam aja waktu dia memelukmu bahkan menciummu?” tanya Sagara. Rahang tegas nya kini mengeras netra biru muda itu telah berubah menjadi gelap. “Danu itu teman ku sekarang Kak, ya memang dulu dia pacarku tetapi itu sudah mantan. Dan aku tidak punya hubungan apa-apa lagi dengannya selain hanya sebatas teman.” Jelas Aliika. Gadis itu menatap sendu Sagara, ingin sekali tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi laki-laki itu yang kini sudah ditumbuhi oleh bulu sangat tipis. “Papa selalu bilang jika Soraya adalah jalang karena dia pelayan di club. Namun dia tidak tahu jika gadis yang dipaksa untuk menikah denganku juga gadis murahan yang bersembunyi dibalik wajah polosnya.” Pungkas Sagara di depan wajah Aliika. Menatap gadis itu dengan tatapan remeh. Aliika mematung. Hatinya terasa ditusuk-tusuk. Kedua mata hazelnya penuh tatapan terluka. Air mata mengalir membasahi kedua pipinya. Tega sekali Sagara mengatakan itu padanya. Sagara keluar dari ruang rawat Danu setelah Aliik
Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dengan sendirinya Aliika terbangun dari tidur. Mungkin memang sudah menjadi kebiasaan bangun di jam seperti ini. Aliika melihat ke samping, masih ada Sagara yang tertidur pulas. Perlahan Aliika mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang.Matanya masih menelisik setiap jengkal dari wajah itu. Struktur tulangnya bahkan bisa membuat para pengukir patung kagum, tulang pipinya yang indah, bulu mata lentik dengan alis yang tebal serta hidung yang mancung. Rahangnya tegas, tak lupa bulu halus yang mulai tumbuh menambah kesan gentle.Aliika baru menyadari setelah dirinya bisa tidur bersama Sagara seperti ini, ternyata laki-laki itu benar mudah membuat wanita dimabukkan oleh pesonanya. Terutama bibir sensual itu, yang beberapa waktu lalu menciumnya dengan lembut di altar. Terlihat tampan.Tak ada ekspresi wajah cuek, kesal dan datar. Yang Aliika lihat saat ini adalah wajah Sagara yang tenang dan damai seperti dulu saat mereka bersama. Akhirnya
Tapakan Sagara dan Aliika menyisakan satu ubin saja. Dengan kasar Sagara menarik tangan Aliika kemudian menghempaskan tubuh itu ke ranjang. Aliika meringis saat tubuhnya terhempas, meskipun ranjang itu empuk. Tetap saja kencang dari hempasan menimbulkan rasa sakit di punggung. Sagara dengan gairah yang sudah memuncak mulai melepaskan kaos yang ia pakai kemudian menindih tubuh Aliika. Dengan ganas laki-laki itu mencium bibir Aliika. Berusaha melampiaskan segala yang kini ia rasakan. Marah, benci, dan takut. Aliika meronta dengan sekuat tenaga, namun Sagara dengan sergap mengunci kedua tangan gadis itu di atas kepala. “Kumohon jangan seperti ini. Kamu kasar, Kak. Aku takut… hiks.” Isak Aliika saat Sagara sudah melepaskan pagutan bibir mereka. Tak menghiraukan isakan Aliika. Kini Sagara telah membuka kain yang menutupi dua gundukan milik Aliika. Aliika semakin menangis ketika Sagara membenamkan wajahnya di gundukan itu. Apalagi sebelah tangan Sagara berhasil meremas nya dengan kasar.
Aliika keluar dari kamar mandi, ia melihat Sagara tengah duduk di karpet dekat ranjang sambil melihat ke arah wanita itu. Laki-laki itu sudah melepas pakaian dan meninggalkan celana panjang saja.Aliika berjalan mendekati Sagara dan mengambil duduk di samping laki-laki itu. Tatapan mereka sama mengarah ke depan. Sejenak tak ada percakapan apapun diantara mereka. Aliika hanya diam menunggu Sagara berucap. Sedangkan Sagara bingung harus memulai darimana.“Al.” panggil Sagara. Kali ini laki-laki itu menoleh ke arah Aliika. Menatap wanita yang menjadi istrinya itu dari dekat.“Iya Kak.” Jawab Aliika membalas tatapan Sagara.“Pernikahan kita bukan atas dasar cinta Al. Dan aku rasa kita perlu membuat perjanjian yang akan memudahkan kita untuk jalani hubungan ini.”Aliika langsung mengalihkan pandangan dari Sagara. Namun Sagara masih setia menatap ke arah wanita itu.“Perjanjian apa Kak?” tanya Aliika.“Aku mau kamu bisa menerima hubungan ku dengan Soraya.” Ucap Sagara. Aliika langsung menol
Sandra, sekretaris Sagara sedang terheran melihat kelakuan atasannya itu hari ini. Bagaimana tidak sejak tadi Sagara hanya menatap layar laptop sambil senyum tidak jelas, seperti sedang kegirangan.Padahal Sandra tau benar jika layar laptop Sagara menampilkan halaman penuh tabel laporan keuangan perusahaan. Dan Sandra yakin Sagara tidak mungkin terlihat bahagia karena hal itu.“Maaf, Pak?” ucap Sandra untuk menyadarkan Sagara. Dan benar saja Sagara sudah kembali dari lamunannya.“Eh iya, ada apa Sandra?”“Saya minta tanda tangan bapak di laporan ini.” Ucap Sandra lalu memberikan berkas itu kepada Sagara.“Baiklah.”Sandra mengerutkan kening saat Sagara langsung menandatangani berkas itu. Padahal biasanya Sagara akan membaca terlebih dahulu dengan jeli dan teliti.“Terimakasih, Pak.” Sandra kembali mengambil berkas itu.“Iya.” Balas Sagara seraya tersenyum.Sandra membalas senyuman Sagara, “Saya permisi.” Pamit wanita itu.Sagara mengangguk mengiyakan perkataan Sandra. Kemudian dengan
Aliika sudah berada disebuah gedung acara perayaan ulang tahun pernikahan klien sekaligus teman kuliahnya. Disini ramai namun Aliika merasa sepi. Karena ia sendirian. Dan kebanyakan orang disini membawa pasangan mereka masing-masing.“Kiw.. cewek.” Ceplos seseorang dari arah belakang Aliika. Aliika langsung menoleh dan terkejut melihat orang yang tadi menggodanya.“Danu… kamu disini?” tanya Aliika ramah.“Tentu. Justin rekan bisnis ku.” Ucap Danu. Aliika membalas ucapan Danu dengan mengangguk.Perasaan Aliika tiba-tiba gelisah. Antara senang dan khawatir. Tentu karena Sagara selalu memperingatkannya agar menjauhi Danu.“Kok kamu disini? Sendirian lagi.” Ujar Danu sambil celingak-celinguk mencari sesuatu. Dan dia tidak menemukan sesuatu itu.“Justin itu teman kuliahku dan juga rekan bisnisku. Eum.. lebih baik kita temui langsung saja si pemilik acara gimana?” tawar Aliika. Danu mengangguk.Tere yang melihat Aliika berjalan mendekatinya. Wanita itu langsung berlari ke arah Aliika. Memel
“Berani sekali kamu pergi dengan laki-laki busuk itu! Kurang jelas apa yang aku bicarakan, Al!!” teriak Sagara di depan wajah Aliika. Kini mereka sudah berada di dalam kamar. Dan Sagara mulai mengamuk dengan emosi yang sepertinya sulit untuk ia kontrol. Aliika hanya bisa menangis dan ketakutan. “Aku tidak ada niat datang dengan Danu, Kak. Kita gak sengaja bertemu.” Jelas Aliika dengan suara bergetar. “Masih bohong aja!” “Aku gak bohong. Bukankah seharusnya disini yang marah aku? Karena Kak Sagara datang sama Soraya.” “Kenapa kamu marah? Perjanjian kita adalah aku tetap berhubungan dengan Soraya dan kau menjauhi Danu. Kau lupa? Hah!” ucap Sagara penuh penekanan. Aliika menunduk, “Kak Sagara jahat! Tapi kenapa aku gak pernah bisa benci sama Kak Sagara? Kenapa Kak?” ucap Aliika lirih. Wanita itu mendongak menatap sendu Sagara. Pipi itu telah penuh dengan telaga kesedihan. Sagara menyunggingkan bibir, “Aku jahat? Beberapa hari ini aku sudah berusaha untuk baik sama kamu, Al. Baiklah
“Vion! Aku punya berita bagus buat kamu.” Teriak Aeera berlari ke arah Vion yang sedang terduduk diam di pojok ruangan sambil bermain lego yang ia tumpuk seperti istana.Vion menoleh malas ke arah Aeera, “Apa?” tanya Vion singkat.“Kamu marah sama aku? Kan yang buat salah Arjuna bukan aku Vion. Lalu kenapa kamu malah marah sama aku?”Vion berdecak, “Aku sepertinya ada pr. Jadi kalau mau ngomong, langsung ngomong aja.”“Ish jangan gitu dong. Oke aku ngomong sekarang. Besok pas acara natal, Mommy aku ngajak keluargamu buat main kerumahku.” Aeera menggandeng lengan Vion. Anak itu langsung melepaskan rengkuhan tangan Aeera.“Nanti aku tanyakan dulu sama Mamah.” Ucap Vion kemudian berlalu darisana. Aeera nampak sedih dengan sikap Vion yang berubah dingin padanya. Dan ini semua karena Arjuna. Aeera kembali mendekati Vion.Anak itu sedang berkutat dengan buku tulis. Ternyata benar Vion sedang mengerjakan pr. Aeera duduk disamping Vion, meletakkan kepala di meja dan menoleh menatap Vion. Anak
Aliika masih terngiang dengan ucapan Aeera hari itu. Pasti Vion anak yang dibicarakan oleh Aeera telah kehilangan salah satu orangtuanya. Aliika berharap Vion adalah anak baik yang bisa menjadi teman untuk Aeera.“Permisi.” Ucap seorang wanita yang sudah membawa sebuah kain bahan berwarna putih dan merah. Aliika mendongak setelah tadi fokus di depan laptopnya.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”“Maaf apakah saya bisa meminta tolong anda untuk membuatkan baju dari bahan ini?” tanya wanita itu. Aliika tersenyum dan mengangguk lalu mengambil bahan itu untuk ia lihat.“Apakah baju untuk anda Nyonya. Jika iya saya bisa mengukurnya langsung sekarang.” Ujar Aliika.Wanita itu tersenyum canggung, “Sebenarnya untuk saya dan kedua anak saya. Untuk perayaan natal mendatang.”Aliika mengangguk, “Baiklah tapi saya perlu anak anda untuk datang kesini agar saya mudah untuk mengukurnya. Karena jika hanya di kira-kira nanti takut hasilnya tidak sesuai.” Jelas Aliika ramah.“Baiklah besok saya akan bawa
Aeera dan Arjuna sekarang sudah berumur 7 tahun dan telah memasuki kelas 1 SD. Mereka sekolah di asrama elite di daerah Jakarta. Dan pagi ini Aliika akan mengantar kedua anaknya itu ke sekolah. Bersama tubuhnya yang sudah berbadan dua dengan usia kandungan telah menginjak satu bulan.Kehamilan Aliika bukan tanpa sebab, Aeera dan Arjuna lah yang menginginkan untuk memiliki adik. Dan keinginan mereka saling bertolak belakang. Aeera yang menginginkan adik perempuan dan Arjuna yang menginginkan adik laki-laki. Dan untuk pemeriksaan terakhir dokter mendiagnosis jika anaknya laki-laki. Tapi tidak tahu nanti perkembangan selanjutnya.“Okeh siapa yang sudah siap untuk berangkat sekolah angkat tangan.” Riang Aliika bertanya kepada kedua anaknya.“Aku!” seru mereka bersama sambil mengacungkan tangan ke atas. Aliika tersenyum simpul dengan tingkah mereka yang terlihat menggemaskan itu.Aliika menggandeng kedua anaknya di sisi kanan dan kiri. Kali ini ia yang akan mengantar sendiri anaknya. Kare
Aliika membawakan air bersih dan juga kotak obat untuk Sagara. Wanita itu harus segera mengobati suaminya karena takut akan infeksi. Sagara sudah duduk di sofa ruang keluarga. Disana sudah ada seluruh keluarga besar tak terkecuali Danu, Vita, dan Radit.Sagara terlihat sangat memprihatinkan, banyak luka di sekujur tubuh dan wajah. Membuat Aliika menatapnya sedih. Dengan telaten dan hati-hati Aliika mengoleskan antiseptik ditubuh dan wajah Sagara.Sagara terlihat diam dan senyum-senyum sendiri menatap Aliika. Membuat wanita itu seketika kesal, ia lalu memukul lengan Sagara membuat suaminya itu mengaduh kesakitan.“Kok aku dipukul si? Emangnya aku salah apa, Sayang?” tanya Sagara menampakkan wajah bersedih seperti anak kecil.“Ya lagian kamu mah orang lagi luka gitu masih sempet-sempetnya tengil.” Kesal Aliika. Ia lalu kembali mengobati luka Sagara.Miranda terkekeh pelan dengan kedua manusia di hadapannya ini, “Mama bersyukur kamu sudah kembali Sagara. Mama khawatir banget sama kamu.”
Aliika membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing dan sangat berat. Ia mencoba bangkit dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Ia mulai mengedarkan pandangan dan bertanya-tanya ada dimana dirinya saat ini.Aliika kembali mengingat kejadian tadi siang, matanya membelalak, “Lintang. Ya saat itu aku dilecehkan oleh Lintang. Lalu ia membiusku.” Gumam Aliika. Ia kembali mengedarkan pandangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk pergi dari sini.Ia lalu berdiri dan berjalan menuju pintu, dan saat ia menekan handle itu ternyata terkunci dari luar. Aliika semakin kesal ia kembali mengedarkan pandangan untuk mencari celah yang bisa digunakan untuk kabur.Aliika mengernyit dan tersenyum senang saat melihat sebuah jendela. Ia berlari ke arah jendela itu. Mencoba untuk membukanya. Namun sial karena jendela itu macet dan sulit untuk dibuka. Ia semakin bingung harus lewat mana lagi.Aliika terus memukul jendela itu sampai ia mendengar suara kunci membuka pintu itu. Aliika tak menyerah i
“Apa kau yakin Al, jika pelacakan nomor itu berada di rumah Danu.” Tanya Andrian.Aliika mengangguk mantap, “Aku melihat sendiri kode lokasi itu dan tepat berada dirumah Danu Kak.”Andrian bertopang dagu, berpikir tentang kebetulan ini. Bagaimana bisa lokasi itu dirumah Danu. Ataukah Danu ingin membalas dendam pada Sagara. Dan merebut kembali Aliika.Bahkan sudah sekian tahun tapi kenapa Danu masih ingin memiliki Aliika. Sebegitu cinta kah dia dengan sepupunya ini?“Tapi masalahnya Danu tidak mau mengakui jika ia menculik mas Sagara. Dan ya memang wajahnya meyakinkan jika dia tidak terlibat dengan penculikan ini.” Jelas Aliika.Andrian mengepal, rahangnya mengeras. Jika memang Danu menculik Sagara untuk memiliki Aliika dan malah membuat Aliika menjadi tersakiti. Ia tak akan segan untuk membunuh Danu.Andrian berdiri dan langsung menyambar jaket. Membuat Aliika terkejut begitu juga Lola. Aliika segera mengikuti langkah Andrian yang berjalan keluar rumah.“Kak stop stop.” Tahan Aliika,
“Kamu ngapain tadi kesana?” tanya Radit pada Vita. Mereka saat ini sudah berada di apartemen Vita. Setelah mengantar Aliika, Radit langsung membawa Vita ke apartemen. Lelaki itu nampak emosi. Vita memutar mata jengah, “Ya aku ingin menemui kak Aliika lah. Yakali bertemu sama kamu, jijik kali.” Ekspresi Radit terkejut saat mendengar ucapan Vita ia mondar mandir mencengkram rambut frustasi, “Wahh memang kurang ajar ya kamu Vit. Terus kesana cuman mau genit sama cowok lain gitu?” Radit tak habis pikir dengan gadis satu ini. Sepertinya sok cantik dan caper. “Kamu kenapa sih, marah-marah ga jelas.” Vita memicing, “Cemburu ya?” goda Vita sambil menaik turunkan alisnya. “Apa sih ga usah kepedean deh. Siapa juga yang cemburu.” Ujar Radit nampak panik. Raut wajah laki-laki itu sudah memerah dan panas. Laki-laki itu pun memilih untuk pergi dari sana. Dan melanjutkan mengulik informasi mengenai Lintang sesuai yang diperintahkan oleh Rama sebelumnya. ***** Aliika sedang berada di balkon me
Setelah menyimpulkan fakta jika itu hanya sebuah jebakan Aliika kemudian memilih untuk pamit dari sana. Begitu juga dengan Lintang ia juga memilih pamit dan menyusun kembali rencananya. Saat akan melangkah menuju pintu, Danu dengan cekatan membalik badan Lintang dan langsung menghantamnya dengan bogeman hingga Lintang beringsut ke bawah.“Danu!” teriak Aliika. Seakan tuli Danu kembali mendekati Lintang dan menarik kerahnya dan terus menghujamnya dengan tinjuan.Aliika yang panik hanya bisa terus berteriak untuk Danu berhenti namun usaha itu sia-sia, “Kau cepat pisahkan mereka Radit.” Perintah Aliika kepada Radit. Radit sebenarnya malas untuk memisahkan mereka. Biarkan saja Danu menghajar Lintang yang memang kurang ajar itu. Tapi mau bagaimana lagi ia harus patuh pada Nyonya nya.“Baik Nyonya.” Radit mendekat ke zona perkelahian itu dan langsung menarik paksa Danu. Laki-laki itu sedang dilanda emosi jadi Danu menepis kasar Radit membuat Radit sedikit kesal.“Sialan.” Umpat Radit. Radi
Sudah seminggu Aliika sendiri tanpa kehadiran sang suami. Belum ada tanda-tanda mengenai nasib Sagara. Hidup harus terus berjalan karena sekarang Aliika punya Aeera dan Arjuna. Ia harus berusaha untuk tetap tegar dalam mengurus kedua anaknya tanpa suami. Wanita itu tengah bermain di ruang keluarga bersama Aeera dan Arjuna. Tadi ia juga sempat menelepon Vita untuk datang. Namun gadis itu tidak bisa karena sedang bekerja. Alhasil Aliika tidak bisa memaksanya. Tadi juga Lola mengatakan akan datang berkunjung namun entahlah jadi atau tidaknya Aliika juga tidak bisa berharap lebih. Tok tok tok Ketukan pintu membuat fokusnya teralihkan. Aliika menebak jika itu pasti Lola, namun kenapa wanita itu tidak langsung masuk saja. Aliika pun memilih untuk berjalan membuka kan pintu. Betapa terkejutnya Aliika saat mengetahui siapa yang datang. Aliika menatap jengah laki-laki di hadapannya ini, “Aku sudah lelah dengan perlakuanmu Lintang. Jadi kumohon enyahlah, jika kau ingin membantuku untuk menc