"Tidak ada apa-apa, Ma," dalih Rochman."Jangan bohong, mama tahu kamu sedang ada masalah," kata Ibunda Rochman yang begitu peka terhadap apa yang dirasakan oleh anaknya itu. Anak dan ibu itu pun duduk bersama."Oh iya, bagaimana hubungan kamu sama si Loli? Kapan kalian akan menikah? Sepertinya sudah cukup lama tidak ada kepastian dari hubungan kalian," tanya Ibunda Rochman.Rochman menurunkan pandangannya. Dia pun tidak mampu menutupi kejadian sebenarnya. "Kita tidak akan nikah, Ma," lirihnya.Kedua bola mata Ibunda Rochman membulat seketika, dia menatap wajah anaknya yang tertunduk. Wanita paruh baya itu menahan diri ketika hendak berbicara. Dia seketika paham dengan masalah yang dihadapi oleh anak semata wayangnya itu.Ibunda Rochman merasa, jika lolita bukanlah gadis yang baik untuk Rochman. Insting seorang ibu sangatlah kuat. Namun wanita itu enggan membahas perihal Lolita, dia khawatir Rochman akan berkecil hati."Yang lalu biarlah berlalu, yang sudah sudahlah, jadikan semua seb
Di sebuah taman bunga, terlihat Jhulie sedang duduk termenung seorang diri. Masih segar dalam ingatan bagaimana Antonio terang-terangan mengungkapkan sesuatu yang membuat hatinya teriris.Saat itu hati Jhulie seperti disambar petir di malam hari, saat tanpa punya rasa bersalah, Antonio mengutarakan pendapat yang sudah disepakati bersama gadis yang dihamilinya. Berulang kali Jhulie memohon agar membatalkan perjanjian itu.Jhulie memohon kepada Antonio agar dia tidak diceraikan ketika kontrak kawin habis, karena dia sudah teramat sayang pada Antonio. Bagaimana mungkin seorang istri rela bila suaminya memiliki cinta lain dalam hatinya?"Ah, aku benar-benar menyesal. Kenapa juga aku mengkhianati Mas Rochman, dan sudah bagus aku dengan Nio, malah aku juga membuat ulah," lirih Jhulie."Sebenarnya aku tidak masalah tidak punya anak. Tapi kenapa mereka mempermasalahkannya?" ujar Jhulie.Pemeriksaan berulang kali, tak ada satu pun di antara Jhulie dan Antonio yang dinyatakan mandul oleh dokter
Malam hari, Antonio baru saja selesai makan malam. Pria pun sudah mengantar Melati pulang, mendadak dia merasa heran karena tidak melihat Jhulie seharian itu."Jhulie kemana, ya, kenapa dari pagi tadi aku tidak melihat dia?" gumamnya sambil berjalan hilir mudik di ruang tengah.Dan Antonio mencoba menelpon Jhulie, namun tak juga ada jawaban. Pria itu pun mendatangi kamar yang biasa dipakai Jhulie dan dirinya, dan mengetuk pintu. Namun hening ...."Jhul, apa kamu di dalam?" lirih Antonio sambil terus mengetuk pintu.Masih juga tidak ada jawaban. Kemudian Antonio mencoba mengetuk pintu kamar itu sekali lagi, hasilnya tetap sama, tetap tak ada tanggapan. Antonio pun mencoba mengintip dari lubang kunci pintu, kedua bola matanya membulat seketika, karena melihat sebuah kaki milik Jhulie."Lho, dia ada di dalam, apa sudah tidur," lirih Antonio.Namun mendadak Antonio merasakan sebuah firasat buruk. "Kok perasaanku tiba-tiba jadi tidak enak gini, ya?" lirihnya.Antonio kembali mengintai ke l
Berita kematian Jhulie dan Antonio telah terdengar di telinga Rochman.'Semoga kalian tenang di alam sana, aku sudah memaafkan kalian semua,' batin Rochman yang saat itu tengah duduk di sebuah taman.Rochman sendiri hanya duduk menatap para pengunjung taman yang berlalu lalang. Seketika netranya menangkap sepasang suami istri yang sedang berjalan bersama menggandeng putra mereka.Jantung Rochman berdetak dengan irama tak beraturan, dia membayangkan kalau mereka adalah dirinya bersama Lolita sedang menuntun seorang anak kecil. Tanpa sadar Rochman tersenyum sendiri, namun kemudian dia tersadar kalau dia sedang berhalusinasi.Rochman kembali merindu ... dia rindu dengan sosok Lolita yang sangat dia cintai."Kalau saja kamu tidak mengkianatiku, Li, pasti aku tidak akan sesepi ini," gumam Rochman dengan suara yang sangat lirih."Es tehnya, Mas. Buat menghilangkan haus." Sebuah suara membuyarkan lamunan Rochman. Membuat pria itu tersadar dari bayangan masa lalunya."Eh iya, Mbak." Rochman s
Rochman pun akhirnya pulang ke rumah. Dan beberapa saat kemudian, dia telah berpenampilan rapi dan wajahnya terlihat segar. Rochman mengemudikan mobilnya menuju kantor.Sedangkan di tempat lain, Lolita tampak sedang merencanakan sesuatu. Otaknya mulai berpikir. Tiba-tiba, wanita itu tersenyum sendiri, tak peduli orang-orang yang memperhatikannya.Sampai di kantor, Rochman turun dari mobil setelah memarkirkan kendaraan itu. Ketika hendak melangkah masuk, lagi-lagi dia dikejutkan oleh keberadaan Lolita. Ternyata diam-diam Lolita pergi ke kantor Rochman. Namun kali ini wanita itu tampak memasang wajah sedih, tak seperti biasanya.Rochman menatap intens ke arah Lolita. "Ngapain kamu?" tanyanya."Mas, apa di sini ada lowongan pekerjaan?" tanya Lolita penuh harap."Tidak ada, dan kantor ini kebetulan sedang tidak membutuhkan karyawan!" ketus Rochman acuh."Tolonglah, Mas, aku ingin kerja lagi," mohon Lolita."Bukannya kamu sekarang jualan es, ya?" ujar Rochman."Iya, tapi itu cuma sampingan
"Li, kita ini sudah tidak ada hubungan apa-apa, dan kita juga belum pernah melakukan apa-apa, jadi mana mungkin kamu hamil denganku. Mungkin kamu hamil sama selingkuhan kamu itu. Jangan coba-coba menjebakku, ya," tegas Rochman.Prok ... prok ... prok ....Sebuah tepukan tangan, berhasil membuat mereka berdua mengalihkan pandangan. Ibu Lolita dan Abi, anak Lolita kini berdiri di dekat mereka."Bagus ya, ternyata selama ini kamu mempermainkan anak saya. Kamu baik sama anak saya, kamu juga memberi harapan palsu sama anak saya? Kenyataannya, kamu malah meninggalkan anak saya!" hardik Ibu Lolita.Lolita terkesiap, dia tidak menyangka bahwa ibu dan anaknya akan menyusul. 'Kok ibu sama Abi bisa ada di sini, sih?' batinnya.Sedangkan Rochman terkesiap, dia tak menyangka bahwa mantan calon mertuanya itu, akan berpikir seperti itu. "Bu, tolong jangan salah paham.""Sudah jangan mengelak, saya sudah lihat semua. Dan tadi saya dengar, Loli hamil. Apa benar kamu yang menghamili anak saya?" ujar Ib
"Hei, kalau mau menyebrang, lihat jalan dong." Rochman menatap seseorang yang sedang berusaha mendirikan sepeda motornya yang roboh, tanpa mau membantunya karena sudah kesal ditabrak.Sepeda motor orang tersebut lumayan rusak parah, karena menghantam mobil Rochman."Kamu tidak lihat saya kesusahan, bukannya bantu malah marah-marah," ujar orang itu seraya membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Rochman.Rochman terbelalak seketika. "Dio?' batinnya.Ternyata Dio mantan karyawan Rochman yang mengendarai sepeda motor tersebut.Dan Dio pun sama terkejutnya dengan Rochman. 'Tuan Rochman?' batinnya."Tolong anda ganti rugi, lihat gara-gara ulah anda, mobil saya jadi lecet," tegas Rochman."Ganti rugi? Terus, kalau saya ganti rugi mobil anda, siapa yang akan ganti rugi motor saya?" balas Dio dengan nada ketus sambil menatap tajam ke arah Rochman."Saya tidak mau tahu, pokoknya anda harus ganti rugi, kalau tidak saya akan melapor sama yang berwajib, biar mereka yang punya urusan sama anda," anc
Ibunda Rochman menggelengkan kepala melihat tatapan Lolita yang mengerikan. "Gimana? Masih mau lanjut main?" "Mmpphh ...."Lolita langsung membuka lakban yang menutupi mulut Ibunda Rochman."Li tolong lepasin ibu," mohon "Siapa yang peduli sama Ibu? Aku diam, bukan berarti aku tidak bisa nekat!" ujar Lolita ketus."Tapi, Li, salah ibu, apa?" Wanita paruh baya itu tidak habis pikir dengan temannya itu.Lolita pun tak menjawab pertanyaan terakhir Ibunda Rochman, kemudian dia melangkah keluar dari tempat itu."Li," panggil Ibunda Rochman lirih.Lolita menoleh ke arah wanita sandera itu. "Apa lagi?""Tolong lepasin ibu, Li, ibu mau pulang, Rochman pasti bingung mencari ibu." Wanita itu terus memohon.Lolita baru sadar, bahwa dia melupakan sesuatu. Dia pun kembali berjalan menghampiri wanita itu dan kembali menutup mulutnya dengan lakban. Hingga akhirnya Lolita benar-benar keluar dari tempat tersebut."Mmpphhh ...." Hanya itulah yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu.'Li, jahat se
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me