Tak terasa hari menjelang sore, Rochman pun berpamitan kepada Puput untuk pulang ke rumahnya.Sampai di rumah, Rochman segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, Rochman merebahkan tubuhnya di dalam kamar. Netranya menerawang langit-langit kamar. Seketika dia teringat dengan Jhulie, rasa rindunya kini mencuat kembali ke permukaan.Namun dia segera menepis semuanya, 'kenapa juga aku masih mengingat dia? Dia sudah mengkhianati ku, lagian masih banyak perempuan lain,' batinnya.****Sementara itu di kediaman rumah Antonio ...."Aku harus secepatnya menikahi Jhulie, sebelum Nayla pulang dari luar. Setelah anak Jhulie lahir, tentu saja aset kekayaan papa sudah ada di tanganku, nah ... aku akan segera menceraikan Jhulie, dan menikahi Nayla."Antonio bermonolog pada dirinya sendiri, pria itu kini tengah duduk di sebuah sofa di ruang tengah sambil menikmati secangkir kopi hitam.Kriiing ....Tiba-tiba ponsel Antonio berdering."Siapa yang telpon?" gumam Antonio seraya
"Rochman?" lirih Jhulie."Kamu, Jhul?" balas Rochman.Jhulie segera berdiri, dia bersikap acuh kepada mantan suaminya itu."Kamu ngapain di sini?" tanya Jhulie ketus."Aku kan kerja di sini," jawab Rochman santai."Bukannya restoran tempat kamu kerja, bukan di sini ya?" heran Jhulie."Aku sudah dipindah di sini sama pak bos," sahut Rochman sambil membetulkan kerah kemeja yang dia pakai."Jadi, restoran bos kamu ada dua?""Iya, Jhul. Oh iya, kamu sendiri sedang apa di sini?""Jelas saja mau makan, memang kamu pikir, aku kesini mau ngapain? Mau kondangan?""Kenapa sendiri? Mana pacar kamu?""Dia sibuk kerja mengurus bisnis di kantor papanya," kata Jhulie dengan sombongnya."Hem, kasihan sekali, cantik-cantik makan sendiri, tidak ada yang menemani," gumam Rochman dengan nada setengah mengejek."Hei, apa urusannya denganmu?" ketus Jhulie."Oh, tidak ada. Silahkan pesan apa yang mau dimakan. Biar saya siapkan," kata Rochman."Aku sudah pesan dari tadi, dan sudah aku makan juga. Dan lagi, k
"Saya ingin mendaftar jadi supir pribadi Mbak," kata Rochman mantap.Puput tersenyum sumringah, "benarkah?""Apa tampang saya ini, terlihat sedang berbohong?" kelakar Rochman."Hehe ... baiklah, kalau Mas memang bersedia jadi supir pribadi saya, saya tunggu besok di sini. Sebenarnya ada banyak barang-barang, yang harus di kirim ke Kota X. Tapi karna kemarin-kemarin saya belum dapat supir, jadi barang itu masih ada di gudang," tutur Puput sambil terkekeh."Jadi, mulai besok saya datang kesini?" kata Rochman kembali memastikan."Betul, tapi kerjanya santai kok, tidak setiap hari Mas datang. Mungkin tiga hari sekali. Karna barangnya juga tiga hari sekali baru ada banyak. Jadi saya produksi dulu barang untuk bisnis saya itu," jelas Puput."Gitu, ya?" lirih Rochman."Iya, dan ... Mas punya mobil ya? Besok pakai mobil Mas bisa kok, kebetulan mobil saya sedang diservis di bengkel karna rusak parah, dan kata tukang servisnya sekitar satu minggu baru jadi," ujar Puput."Okey, tidak masalah. Dan
"Aduh, hati-hati, Mas," kata Puput."Eh iya, Mbak maaf," lirih Rochman kemudian kembali melajukan mobilnya."Apa pertanyaan saya menyinggung perasaan Mas?" tanya Puput."Oh tidak, Mbak. Barusan saya kurang fokus jadi kaget gitu," dalih Rochman."Gitu ya? Jadi, anda sudah berkeluarga atau belum?" Puput kembali mengulangi pertanyaannya."Sudah, tapi sudah cerai juga," lirih Rochman."Oh ... maaf, ya?" Puput seolah merasa menyesal atas pertanyaannya."Kenapa harus minta maaf, Mbak tidak salah. Bukankah Mbak hanya sekedar bertanya," ujar Rochman."Hehe, iya. Ya sudah lanjut, hati-hati bawa mobilnya," kata Puput terkekeh."Iya, oke," angguk Rochman sambil terus menggerakkan stang bundarnya.Sepanjang perjalanan, Rochman terus mengingat pertanyaan Puput. Dia merasa berkecil hati dengan pertanyaan tersebut. Kini mobil yang dikendarai oleh Rochman berbelok ke sebuah tikungan. Karena terlalu memikirkan pertanyaan Puput, pria itu tidak memperhatikan jalan. Dia tidak menyadari bahwa dari arah yan
"Dia itu kakak ipar saya, kakak dari suami saya," sahut Puput sambil mengusap dagu Rochman.Glek ....Rochman menelan saliva, seketika adrenalinnya bermain. Entah mengapa, celana bagian tengahnya mendadak sempit."Oh, dia itu kakak ipar anda, pantas main tuduh sembarangan," lirih Rochman perlahan menyingkirkan tangan Puput dari dagunya."Iya, dan dia memang seperti itu dari dulu. Suka asal tuduh tanpa nanya dulu," tutur Puput."Ya sudah, kita lanjutkan lagi perjalanannya. Masih cukup lama untuk sampai di tempat tujuan," kata Rochman sembari melangkah masuk ke mobil.Puput pun ikut masuk ke dalam mobil. Dan mobil pun melaju perlahan.******Perusahaan Ayah Antonio"Ada apa Papa memanggilku?" tanya Antonio yang kini telah berada di ruang kerja ayahnya itu."Papa ingin bicara," ujar Ayah Antonio."Bicara apa, Pa?" Antonio mengerutkan keningnya."Begini besok pagi papa harus pergi ke Kota L, membahas proyek bersama Tuan Agus, pemilik PT. Bintang. Jadi, papa minta tolong, apakah kamu bisa m
Selesai berurusan dengan kamar mandi, Antonio berjalan ke kamarnya. Dalam sekejap saja pria itu telah berpenampilan rapi.Tiba-tiba Antonio menepuk keningnya. "Astaga, aku kan sudah tidak ke kantor papa lagi. Ngapain juga aku pakai baju rapi seperti ini? Aku hanya menggantikan papa sehari saja."Kemudian Antonio berbalik hendak berganti pakaian, namun ponselnya tiba-tiba berdering. Pria itu menatap layar ponselnya, "Jhulie? Mau apa dia?""Halo, sayang, ada apa pagi-pagi menelpon?"[Sayang, aku kangen, kita ketemu yuk, aku ke rumahmu ya.]"Maaf, sayang, sepertinya tidak bisa karna hari ini papa menyuruhku bantu-bantu di kantor," bohong Antonio.[Gitu, ya? Oke deh.]"Iya, sayang, besok saja ya?"[Oke, oke.]Panggilan pun terputus ....Antonio terpaksa berbohong, entah mengapa pria itu sedang enggan bertemu dengan Jhulie.Kriiing ....Lagi-lagi ponsel Antonio berdering, kali ini ayahnya yang menelpon."Papa? Ada apa, ya?" gumamnya."Halo, Pa?"[Halo, Nio, sekarang kamu ke kantor papa. Ad
"Acara ulang tahun saya, oh iya bisakah anda menemaniku berdansa?" ujar Mitha.Rochman terkesiap, dia pun menoleh ke arah Puput, dan Puput pun mengangguk seolah memberi kode untuk mengiyakan ajakan Mitha. Rochman pun tersenyum manis, kemudian mengangguk.Mitha mengambil secangkir gelas berisi sirup kemudian memberikannya kepada Rochman. Dengan bibir tersenyum pula, Rochman menerima minuman itu, dan mengucapkan terimakasih kepada Mitha."Kalian kalau mau berdansa, silahkan. Saya tunggu di sini," celetuk Puput.Spontan saja Rochman dan Mitha menoleh ke arah Puput ...."Kamu juga ikut dong, Put," sahut Mitha."Hehe, tidak, Mbak. Saya tidak ada pasangan dansa. Masa iya, saya dansa sendiri," kekeh Puput.Seketika Rochman merasa tak enak hati. "Saya bisa menemani Mbak dansa, setelah saya dansa dengan Mbak Mitha."Eh, tidak perlu, Mas. Lagian saya kurang pandai dansa. Kalian saja, aku tidak apa-apa," kata Puput."Beneran?" Mitha mencoba memastikan.Puput mengangguk pelan."Ya sudah, ayo kita
Tak terasa, satu jam sudah kedua insan itu berdansa. Rochman pun mulai merasa jenuh."Maaf, Mbak, apa kita bisa jeda sebentar? Saya capek," ujar Rochman."Em baiklah, kita langsung makan saja yuk, anda pasti lapar, kan?" sahut Mitha."Baiklah, saya akan ajak Mbak Puput," kata Rochman.Mitha mengangguk, kemudian mereka berdua berjalan masuk ke rumah. Kini mereka bertiga makan bersama.Mitha tak henti-hentinya mencuri pandang terhadap Rochman. Sementara Puput yang menyadari hal itu, pun tersenyum ditahan.Selesai makan ...."Mbak, kita pulang dulu ya. Karna saya sudah antar barang-barang pesanan Mbak," pamit Puput."Oh silahkan, uangnya sudah saya transfer," ucap Mitha tersenyum ramah."Okey, sudah masuk, Mbak," angguk Puput.Kemudian Mitha beralih menatap Rochman. "Mas, bisa saya minta nomer telpon anda?"Rochman pun memberikan nomor ponselnya kepada Mitha. Kemudian dia berpamitan kepada Mitha, dan berjalan menuju mobil diikuti Puput mengekor di belakang.Kini kedua insan sudah berada
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me