Namun Rochman menggeleng. Seketika pria itu merasa kalau Sidney bukan target yang menantang lagi baginya. Karena dia merasa dirinya telah menggoda istri orang yang tengah kesepian.Dalam sekejap kelakian Rochman pun menjadi lemas, dan hasratnya mengendur seketika. Dia berubah dingin!'Kenapa aku jadi seperti ini? Bukankah aku masih normal. Saat ini yang sedang bersamaku perempuan cantik dan seksi, tapi kenapa aku tiba-tiba tidak bergairah,' batin Rochman."Man, kamu melamun apa? Ayo kita lanjutkan, kenapa jadi berhenti? Kita sudah setengah main ...." Sidney terus merengek sembari menempelkan tubuhnya pada tubuh Rochman.Namun Rochman merasa bahwa wanita di hadapannya itu sudah tidak asik lagi.Merasa geram karena Rochman menghentikan aktifitasnya, Sidney pun meraih jemari Rochman, dan dia selipkan dalam pakaian dalam bagian bawahnya.Rochman hanya pasrah dan mematung saat Sidney mengusapkan jari Rochman pada area sensitif miliknya. Hingga Sidney mencapai kepuasan hanya dengan menggesek
Kini Rochman telah berada dalam mobilnya. Dia menggerakkan stang bundar perlahan.Beberapa jam kemudian, dia tiba di rumah Mitha. Setelah memarkirkan mobilnya, Rochman mengetuk pintu rumah tersebut.Namun tidak ada jawaban. "Kok sepi sekali rumahnya. Mbak Mitha kemana, ya? Tadi menyuruhku kesini," lirihnya."Uhuk ... uhuk ....!"Tiba-tiba terdengar suara batuk dari dalam rumah.Tok ... tok ... tok ...."Mbak Mitha? Apakah anda di dalam?" tanya Rochman sambil mengetuk pintu."Masuk saja, Mas." Terdengar lagi suara Mitha dari dalam.Rochman pun memutar kenop pintu, dan pintu terbuka karena ternyata tidak dikunci. Rochman melangkah menuju salah setu kamar. Pria itu kembali mengetuk pintu. "Mbak?""Masuk saja, pintunya tidak dikunci," sahut Mitha dari dalam kamarnya.Rochman pun membuka pintu dan melangkah masuk. Dia terperanjat melihat Mitha terbaring lemas tak berdaya."Mbak sakit?" tanya Rochman ikut merasa cemas. "Uhuk ... dada ayah sesak, Mas," rintih Mitha."Duh, kenapa Mbak tidak m
"Tidak sama sekali, setahu saya CEO itu kerjanya santai dan pasti ada sekretaris pribadi. Jadi kalau saya keluar, urusan kantor bisa dipasrahkan ke sekretaris," tutur Rochman."Luar biasa sekali anda. Mental anda sangat kuat padahal kakak ipar saya sudah pernah mencari gara-gara dengan anda. Tapi anda bukannya menjauhi saya, justru masih mau membantu saya," puji Puput menatap Rochman."Tidak masalah, bukankah kakak ipar anda jarang kesini," ucap Rochman."Ya memang jarang. Tapi kadang-kadang suka main kesini, apalagi kalau suami saya pulang. Pasti mereka betah sekali mengobrol. Maklum mereka hanya dua bersaudara," papar Puput."Ya sudah tidak perlu dipikirkan," tutup Rochman.Kruyuk ... kruyuk ....Tiba-tiba cacing dalam perut Puput berdemo. Puput terkesiap, wajahnya merona seketika."Mbak lapar?" tanya Rochman sambil menatap wajah Puput."Hehe, iya," jawab Puput malu-malu."Saya ingin mengajak Mbak kuliner, apa Mbak tidak keberatan?" ujar Rochman.'Duh, gimana, ya?' batin Puput yang
"Siapa sih mereka?""Entahlah, tapi Miss Mitha kan sudah tidak ada. Mungkin mereka saudaranya yang akan menggantikan menjadi CEO di sini.""Yang laki atau yang perempuan?"Begitulah percakapan para karyawan dalam kantor tersebut ....****Kini Rochman dan Puput telah berada di dalam mobil."Apa anda mau langsung pulang, atau kemana dulu biar saya antar?" tanya Rochman sambil melirik ke paha mulus Puput yang duduk di sebelahnya.Saat itu Puput mengenakan dress dengan panjang sebatas lutut. Karenanya sewaktu duduk, roknya tersingkap memperlihatkan pahanya yang putih mulus.Gleg ... Rochman menelan salivanya, netranya tidak berkedip terus menatap paha Puput tanpa menolehkan wajahnya."Sepertinya aku pulang saja, aku akan menjemput anakku di rumah ibuku," kata Puput dengan pandangan tetap lurus ke depan, sehingga wanita itu tidak sadar jika dirinya tengah diperhatikan oleh pria di sebelahnya."Apa mau aku antar sekalian ke tempat ibu anda?" Sekali lagi Rochman menawarkan bantuan."Tidak p
Kini Mobil yang dikendarai oleh Roki tiba di sebuah apartemen, Roki pun memarkirkan mobilnya di halaman depan rumahnya. Sementara Rochman ikut memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Roki.Setelah kedua pria tersebut turun dari kendaraannya masing-masing, Roki mengajak Rochman untuk masuk.****Di tempat lain ....Siang itu Antonio telah berpakaian santai. Dia duduk di ruang televisi dan mengambil remote televisi."Hari ini acara yang bagus apa, ya?" gumamya sambil menekan tombol on.Ting ... tong ....Terdengar bel berbunyi."Siapa, ya?" Antonio bertanya-tanya pada diri sendiri seraya meletakkan remote di atas meja. Kemudian berjalan dan membuka pintu.Antonio terperanjat melihat kedua orang tuanya bersama seorang gadis berpenampilan sederhana dan berwajah biasa."Mama, Papa?" lirih Antonio. Pria itu tampak heran karena biasanya jika kedua orang tuanya akan datang, selalu mengabari satu hari sebelumnya."Kok tumben Mama sama Papa tidak telpon dulu? Biasanya sebelum kesini pasti telpon,
**Apartemen Roki"Mana perempuan-perempuan yang anda maksud?" tanya Rochman sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ....Roki melebarkan senyumannya. "Tidak ada," jawabnya lantang.Rochman pun mendadak merasa heran, dia tidak mengerti dengan jalan pikiran Roki ....Brakkk!"Rupanya anda sedang mempermainkan saya," ujar Rochman seraya menggebrak meja.Roki masih tetap diam disertai senyuman penuh makna, membuat Rochman hampir emosi.Lama Roki terdiam, akhirnya dia kembali bicara. "Jadi begini, aku akan memberimu taruhan dan kalau kamu berhasil aku tidak akan lagi menghalangi kamu.""Menghalangi saya? Apa maksud anda?" Rochman semakin tidak mengerti dengan yang dimaksud oleh Roki."Kalau kamu berhasil menggoda wanita yang aku targetkan, kamu boleh mendekati adik iparku dan aku tidak akan mengganggu kamu lagi. Tapi dengan catatan, kalau sampai suaminya tahu, kamu tanggung sendiri resikonya.Rochman menatap heran ke arah Roki. "Kenapa anda jadi berubah seperti itu?""Hahaha! Kenapa? Buk
Rochman menatap lekat wajah Roki, dia memang tidak melihat ada kebohongan di matanya. Tak terasa hari semakin malam, kedua pria tersebut semakin larut dalam dunia mereka."Cepat katakan, apa rencana anda?" Rochman mulai tidak sabar menghadapi Roki.Roki tersenyum menatap Rochman. Dia pun mengangkat tangannya, menunjuk ke sebuah tempat. Di sana ada ada seorang wanita tengah duduk seorang diri, dan di hadapannya tersaji sebuah gelas berukuran sedang berisi minuman."Kamu lihat perempuan itu. Itu target pertama kamu. Jadi tugasmu, kamu rayu dia dan ajak dia bercinta. Kalau dia mau melayanimu, itu artinya taruhan pertama berhasil, lalu masih ada dua perempuan lagi yang akan jadi taruhan buat kamu."Rochman benar-benar tidak mengerti dengan rencana Roki, yang dianggapnya gila!Rochman terus menatap wanita yang dimaksud, dia benar-benar tidak habis pikir dengan Roki. Entah apa yang ada dalam benaknya.Brakkk!Rochman tersentak ketika meja Roki menggebrak meja. Beruntungnya suasana diskotik s
**Kediaman Rumah AntonioKeesokan hari, Antonio baru saja pulang dari sebuah perusahaan menjalankan bisnisnya. Pria itu duduk di ruang tengah seraya menghidupkan televisi.Mendadak Antonio teringat dengan Nia. "Duh, aku harus mulai dari mana, ya?" lirihnya.Dan bertepatan dengan itu, ponsel Antonio berdering, dia mendapat telpon dari sang ibunda."Halo, Ma?" Antonio pun menempelkan ponsel pada telinganya.[Nio, mana janji kamu? Katanya mau mengenalkan calon istri kamu, mama tunggu-tunggu kenapa kamu tidak datang juga?]"Ih Mama, baru saja kemarin Mama ke rumah sekarang sudah nagih saja. Ini aku baru rencana besok minggu aku ke sana."[Baik, mama tunggu. Awas kalau bohong.]Tut ....Panggilan pun berakhir.Antonio beranjak dari duduknya. "Huft, kenapa aku jadi pusing sekali."Kemudian Antonio keluar dari rumahnya, dia pun mengendarai mobilnya perlahan membelah jalanan yang padat.Tak lama mobil yang dikendarai Antonio telah tiba di sebuah gang. Dia pun memarkirkan mobilnya di pinggir ja
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me