"Sekali lagi maaf, Pak! Kita akan membuat jadwal makan siang di lain waktu ya," seru Onad sungkan. "Oh, tenang saja, untuk bisnis kita, semuanya akan tetap berjalan seperti rencana. Jangan khawatir, Pak.""Terima kasih banyak, Pak," sahut Onad lagi yang begitu sungkan karena meninggalkan rekan bisnisnya begitu saja. Setelah menerima telepon dari Yola, Rafael pun langsung berlari ke mobilnya tanpa peduli apa pun. Bahkan, Rafael tidak berpamitan pada siapa pun sampai Onad menggantikannya berpamitan cepat pada semua orang yang ada di sana. Onad pun mengejar Rafael dan hampir saja ditinggalkan karena Rafael begitu terburu-buru pulang untuk mencari Alba. Untung saja Onad berhasil masuk ke mobil dan sampai saat ini, Rafael pun masih menyetir seperti kesetanan sampai Onad pun berpegangan begitu tegang. Sesekali Onad akan menoleh untuk bicara dengan Rafael namun Onad langsung terdiam saat melihat beberapa tetes air mata yang merebak di mata pria itu. Benar kata Yola kalau mereka tidak p
Suasana masih begitu tegang saat akhirnya Rafael dan Jackson berhadapan dengan tangan Rafael yang masih mencengkeram kerah kemeja Jackson. Onad yang melihatnya sudah begitu panik, namun kedua pria itu tetap belum mau menghentikan aksi mereka yang saling bertatapan dengan begitu tajam. Rafael sendiri masih terdiam dengan rahang yang mengeras. Tentu saja ia sudah tahu kalau Sophia Lewis adalah istri Jackson, tapi wanita itu juga adalah istri yang sangat Rafael cintai. "Apa pun itu, Pak Jackson! Tapi biarkan aku bertemu dengannya. Aku mau melihat Alba!" "Berhenti memanggilnya Alba! Dia Sophia. Alba hanyalah sosok wanita yang kau ciptakan untuk menjadi pendampingmu. Entah kau sudah melakukan kebohongan apa saja untuk memaksanya menikah denganmu, tapi setelah Sophia kembali pada kami, tidak akan kuijinkan kau menyentuhnya sedikit pun!" geram Jackson. Sungguh, masih banyak hal yang harus Jackson selidiki tentang semua ini, tapi saat ini, Jackson akan menempatkan dirinya di pihak Sophia
"Aku sangat merindukan Ibu." Sophia memeluk Jenni sambil berbaring di ranjangnya malam itu dan merasakan kehangatan yang rasanya sudah sangat lama tidak ia rasakan. "Ibu juga merindukanmu, Sophia," seru Jenni yang tidak berhenti menciumi anak kesayangannya itu. Ya, Sophia adalah anak kesayangannya. Walaupun sudah berusaha keras untuk adil, tapi tidak dapat dipungkiri, Sophia adalah anak kesayangannya. Bukan karena Sophia adalah anak kandungnya, sedangkan gemma bukan. Tapi memang sifat Sophia sendiri berbeda dengan Gemma. Sophia lebih tegas, mandiri, walaupun kadang terlihat ketus di luar, tapi hati Sophia begitu lembut. Berbeda dengan Gemma yang memiliki sifat yang sedikit pendendam dan iri hati. Ya, Gemma memiliki sifat seperti itu, tapi Jenni tetap menyayangi Gemma karena Jenni tidak pernah menganggap Gemma anak angkat lagi, tapi sudah seperti anak kandung. "Jangan pergi lagi, Sophia," ucap Jenni lagi. Sophia tersenyum dalam pelukan ibunya itu. "Tidak akan, Ibu. Tapi apa Ayah
Sophia terus mengernyit dalam tidurnya saat mimpi-mimpi tumpang tindih terus muncul di kepalanya. Sophia bergerak gelisah dan keringat mulai bercucuran di dahinya. Semua scene setelah kecelakaan mendadak muncul di kepala Sophia. Seorang pria tua mengatakan akan membawa Sophia setelah kecelakaan itu dan pria itu adalah Hotman. Ya, dalam mimpinya, Sophia mengingat jelas tentang Hotman. Bagaimana pria itu mengaku sebagai ayahnya, bagaimana pria itu memperlakukan Sophia, sampai saat pria itu menjual Sophia dan Sophia bertemu dengan seorang pria bernama Rafael. "Rafael!" pekik Sophia tiba-tiba sambil membuka matanya. Pemandangan pertama yang Sophia lihat saat ia membuka matanya adalah langit-langit kamarnya yang membuat Sophia langsung sadar bahwa ia sedang ada di rumahnya sendiri dan di kamar Jenni, ibunya.Jenni sendiri mendadak ikut tersentak mendengar pekikan Sophia dan Jenni ikut bangun dari tidurnya walaupun Jenni tidak sempat mendengar nama siapa yang Sophia sebutkan. "Ada apa,
Rafael menghentikan mobilnya tidak jauh di depan pintu gerbang rumah keluarga Lewis. Entah mengapa, emosi yang tadinya meletup-letup untuk bertemu dengan Alba akhirnya sedikit lebih reda setelah mendengar dukungan Ivana. Ya, Ivana benar bahwa keluarga mereka punya martabat dan Rafael tidak boleh membuat keributan lain yang bisa mempermalukan keluarganya sendiri. Rafael pun menggenggam erat setirnya dan menahan dirinya walaupun ia ingin sekali bertemu dengan Alba. Namun, akhirnya Rafael hanya menunggu di tempatnya dan mengamati aktivitas di rumah yang nampak sepi. Cukup lama Rafael menunggu sampai akhirnya Rafael pun memberanikan diri bertanya pada security di sana. "Semua orang sedang ke rumah sakit mengantar Nona Sophia. Tapi tolong jangan membuat keributan lagi di sini, Pak," seru sang security. Rafael pun membelalak mendengarnya. "Apa yang terjadi padanya? Ke rumah sakit mana? Sial, aku tidak mau membuat keributan, aku hanya perlu bicara dengannya!" geram Rafael. Sang security
Brak!Kakek Robert menggebrak mejanya saat pengacara memberitahu bahwa keluarga Lewis mengajukan pembatalan pernikahan antara Rafael dan Alba. Pengacara memberitahu Robert dua hari setelah pertemuan terakhir antara Rafael dengan Lewis di rumah sakit. Sungguh, Robert tidak tahu apa yang sudah terjadi, tapi Robert langsung meminta asistennya mencari tahu semuanya. "Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi! Bagaimana bisa Alba adalah Sophia Lewis dan bagaimana semua bisa menjadi seperti ini? Sophia Lewis dirawat di rumah sakit dan Rafael terus membuat keributan. Ah, semua berita ini membuat kepalaku berdenyut. Aku membutuhkan informasinya segera!" teriak Robert pada asistennya. "Baik, Pak!"Asistennya pun mencari tahu semuanya sebelum akhirnya ia memberi laporan lengkap pada Robert dan Robert makin emosi dibuatnya. Robert pun mendatangi Rafael pagi-pagi sekali di rumah Rafael sampai suasananya menjadi begitu ribut. "Kau pikir apa yang sudah kau lakukan, Rafael? Apa kau tahu kalau kau s
Dua bulan berlalu dan kondisi Sophia benar-benar sudah pulih seperti sedia kala. Kondisi Sophia sempat drop dan sakit kepalanya makin menjadi, hingga akhirnya tindakan harus dilakukan segera. Lewis dan Jenni pun membawa Sophia ke luar negeri untuk berobat, sedangkan Jackson dan Gemma tetap melanjutkan bekerja seperti biasanya. Mereka pun lebih bebas bergerak, tapi mereka lebih cemas karena setelah Sophia sembuh, berarti usaha mereka akan mengulang dari awal. "Aku sudah lelah berpura-pura di depan semua orang, Kak Jackson. Berpura-pura senang karena kondisi Kak Sophia yang akhirnya sembuh. Oh, aku lelah sekali. Tapi bagusnya, saat mereka semua pergi, kita bebas selama dua bulan ini," keluh Gemma malam itu saat ia dan Jackson sudah berada di ruang kerja Jackson di rumah. Jackson hanya tersenyum mendengarnya sambil mengangkat gelas winenya karena mereka memang sedang menikmati wine bersama. Mereka memang bebas sebebas-bebasnya dua bulan ini. Mereka juga sudah melakukan banyak hal di
"Selamat datang, Pak CEO Williams Group yang baru." Onad dan Yola menyambut Rafael pagi itu begitu Rafael tiba dan Rafael pun melangkah masuk tanpa menyahuti ucapan Onad. Malah Yola yang langsung menyenggol kekasihnya itu. "Sstt, belum resmi, tunggu satu jam lagi," sahut Yola sambil terkikik. "Ah, baiklah!" seru Onad yang ikut terkikik sambil membenarkan posisi jasnya dan melangkah mengikuti Rafael. Hari ini adalah hari yang spesial bagi mereka karena hari ini, akhirnya Rafael akan secara resmi dilantik menjadi CEO Williams Group yang baru dan perjuangan mereka selama ini pun tidak sia-sia. Rasanya masih teringat jelas di benak Onad dan Yola bagaimana kacaunya Rafael dua bulan yang lalu. Rafael bertengkar hebat dengan Kakek Robert karena Rafael tidak diijinkan untuk bertemu dengan Sophia Lewis lagi. Bahkan, Rafael rela dicoret dari kartu keluarga demi mempertahankan cintanya pada istrinya. Namun, siapa yang menyangka, Kakek Robert akhirnya kolaps karena pertengkaran itu. Meliha
"Oek ... oek ...." Satu bulan lebih sejak pernikahan Onad dan Yola akhirnya Sophia pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat gemuk dan tampan. Sungguh, prosesnya sama sekali tidak mudah karena Sophia mengalami sakit seharian sejak kemarin, sebelum hari ini akhirnya bayinya berhasil lahir dengan selamat juga. Sophia sendiri sudah lama memutuskan untuk melahirkan secara normal. Rafael yang tidak tega melihat istrinya kesakitan pun sudah berulang kali hampir menyerah dan meminta operasi saja, tapi Sophia bertahan dan ia masih yakin mampu menahan semua rasa sakit itu. Dan perjuangannya tidak sia-sia. Semua rasa sakitnya pun mendadak lenyap saat mendengar tangisan merdu dari bayi mereka. "Oh, Sophia, Sayang, bayi kita, Sayang. Bayi kita!" seru Rafael yang terus menciumi wajah Sophia yang masih berkeringat itu. Rafael terus menggenggam tangan Sophia saat Sophia mengejan dan setiap detik kesakitan Sophia membuat hati Rafael begitu pilu. Kalau bisa, Rafael saja yang sakit, janga
"Hmm, akhirnya kita satu kamar lagi, Rafael." "Dan selamanya kita akan satu kamar sekarang, Sayang!" Rafael dan Sophia saling bertatapan mesra di kamar mereka malam itu. Setelah pesta sederhana di pagi hari, mereka kembali menjamu beberapa tamu makan malam sebelum mereka bisa beristirahat di malam pengantin mereka itu. Keduanya saling bertatapan mesra dan mereka pun menyatukan bibir mereka dengan mesra juga. Kali ini pagutan bibir mereka begitu menghayati karena tidak ada penonton seperti wedding kiss tadi, hanya ada mereka berdua di kamar sampai tangan Rafael pun leluasa membelai punggung Sophia. Tangan Sophia sendiri juga sama membelai punggung Rafael sambil ia terus memagut bibir suaminya. Mereka baru saling melepaskan bibir mereka saat mereka mengambil napas, namun napas mereka sendiri sudah tersengal. Rafael pun menatap Sophia dengan penuh cinta. "Dokter bilang kita sudah boleh melakukannya kan, Sayang? Aku sudah menahan diriku begitu lama," bisik Rafael dengan suara parau
"Apa itu anak Jackson, Sophia?" Sophia langsung dibawa ke ruang keluarga begitu Jenni mengetahui Sophia hamil. Sungguh, perasaan Sophia tidak karuan saat ini. Sebenarnya bukan hal aneh Sophia hamil karena memang ia punya suami sebelumnya, tapi yang jadi masalah adalah suaminya sudah meninggal dan anak ini bukan anak suaminya. "Ayah senang sekali akan mempunyai cucu, tapi Ayah sedih karena cucu Ayah akan lahir tanpa Papanya," seru Lewis lagi. Namun, baik Jenni maupun Sophia tidak berkomentar apa pun. "Tunggu dulu, Lewis. Sophia, bukankah kau pernah bilang kalau kau belum pernah berhubungan dengan Jackson?" tanya Jenni tiba-tiba. Lewis mengernyit mendengarnya. Tentu saja bagi Lewis, suami istri itu sudah biasa berhubungan ranjang, malahan kalau belum pernah berhubungan itu baru tidak biasa. Dan Lewis tidak tahu kalau Sophia dan Jackson belum pernah berhubungan karena Sophia tidak terbuka pada ayahnya. Sophia hanya terbuka tentang hubungan ranjang pada ibunya. "Apa maksudmu, Jenni?
Beberapa hari berlalu sejak meninggalnya Gemma dan semua ritual untuk penghormatan terakhir pun sudah selesai keluarga Lewis lakukan. Semua prosesnya berjalan lancar dan kali ini, keluarga Rafael datang semua untuk mengucapkan belasungkawa. Kakek Robert dan orang tua Rafael datang sebagai teman dan Lewis pun menyambut mereka dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. "Kami turut berduka cita, Pak Lewis." "Terima kasih, Pak Robert. Terima kasih, Pak Thomas dan Bu Ivana. Terima kasih." "Turut prihatin dan berduka cita, Bu Jenni," ucap Ivana sambil memeluk wanita itu. "Terima kasih, Bu Ivana. Aku tidak akan melupakan bantuanmu menemaniku di rumah sakit waktu itu. Terima kasih." Jenni masih begitu melow dan berpelukan erat dengan Ivana dan Ivana pun seolah bisa merasakan kesedihan Jenni. Bagaimanapun, kehilangan anak adalah hal yang sangat menyakitkan. "Yang sabar ya, Bu. Gemma sudah tenang di sana." Jenni hanya mengangguk dengan air mata yang belum mau berhenti menetes. Sophia
Dua minggu berlalu dan kondisi Lewis terus berangsur membaik. Lewis sudah diijinkan keluar dari rumah sakit dan Rafael adalah orang yang selalu setia menemani di rumah sakit serta membantu semua untuk Lewis. Bahkan, Rafael membantu memapah Lewis ke mobil hari itu lalu mengantarnya pulang ke rumah. "Untung ada Rafael, terima kasih, Rafael," seru Jenni. "Mengapa harus merepotkan Rafael? Bukankah ada sopir?" seru Lewis yang masih kaku. Lewis sendiri sebenarnya sudah membuka hatinya. Bahkan, selama dua minggu ini, Lewis sudah tidak pernah protes melihat Rafael di kamarnya. Rafael membantu Lewis melakukan banyak hal dan menjaga Lewis saat semua orang tidak ada. Hanya saja, untuk mengatakan secara langsung masih berat bagi Lewis. Sophia yang mendengar ucapan Lewis hanya tertawa geli. "Rafael dan sopir tentu saja berbeda, Ayah. Bahkan, Rafael sampai sering meninggalkan pekerjaannya hanya demi menemani kita." "Ayah tidak pernah menyuruhnya. Tapi mana kakekmu yang tua itu? Mengapa dia t
"Kondisi pasien sangat kritis. Kami hanya bisa bilang kami akan berusaha semaksimal kami." Setelah menangis begitu lama melihat jasad Jackson, akhirnya keluarga Sophia kembali menunggu Gemma di depan ruang operasi. Operasi besar berjalan sangat lama karena luka yang serius di tubuh dan kepala Gemma. Dan setelah menunggu begitu lama sejak Gemma dioperasi dan dipindahkan ke ruangan lain, akhirnya dokter pun menemui Sophia dan Jenni untuk memberitahu kabar yang sama sekali tidak baik itu. "Apa maksudnya, Dokter? Apa maksudnya?" tanya Jenni lemas. Namun, Sophia terus memeluk dan menenangkan Jenni. "Tenanglah, Ibu. Dokter bilang akan berusaha semaksimal mungkin kan? Kita tunggu saja. Kita tunggu saja." Jenni hanya bisa menggeleng dan terus menangis di pelukan Sophia, sedangkan Rafael mencoba bicara dengan dokter tentang kondisi Gemma yang ternyata memang sangat kritis, tapi Gemma masih tetap bertahan. Ivana juga tetap ada di rumah sakit untuk memberikan Jenni semangat, sedangkan Yol
Tragis. Tidak ada kata lain yang lebih tepat lagi mengungkapkan apa yang Jackson dan Gemma alami. Mereka mengalami kecelakaan yang begitu tragis, bahkan mungkin lebih tragis dibanding kecelakaan Sophia waktu itu. Jackson sempat menyingkirkan Gemma sesaat sebelum mobil mereka menabrak pembatas beton, tapi malah sebuah benda tajam yang entah apa menembus dada Jackson. Benda tajam itu terbawa oleh mobil dengan kecepatan tinggi itu dan terus menusuk ke dada Jackson hingga rasanya begitu menyakitkan. Jackson merasakan dengan jelas detik-detik napasnya mulai memendek, detik-detik malaikat maut mempermainkannya dan menertawakannya. Semua sakit, sakit sampai Jackson tidak sanggup menjelaskan rasa sakitnya. Tubuhnya menggigil dan gemetar, perutnya bergejolak sampai ia hampir muntah. Rasanya dingin dan nyeri di sekujur tubuhnya, terutama di jantungnya, seolah organ berharga itu sedang dikoyak saat ini. Pecahan kaca dan serpihan lain dari mobil juga menghantam wajahnya dan membuat tusukan d
Jackson masih melajukan mobilnya tidak beraturan karena ulah Gemma. Keduanya terombang ambing di dalam mobil Jackson yang sudah berjalan zig-zag, tapi Gemma belum mau menghentikan serangannya pada Jackson. Tidak hanya mencekik Jackson, Gemma bahkan mulai memukuli Jackson sampai Jackson terus mengumpat dan makin kasar pada Gemma. Jackson menarik kencang rambut Gemma sampai Gemma terjungkal ke depan dan Jackson pun memukul Gemma di bagian mana pun yang bisa ia raih dengan tinjunya. "Akhh!" pekik Gemma kesakitan dan frustasi. "Rasakan itu, Wanita Jalang!" "Kau brengsek, Jackson! Kau brengsek! Seharusnya dari awal aku tidak bekerja sama denganmu! Kau brengsek!" pekik Gemma yang berniat menyerang Jackson lagi. Gemma sendiri sudah terjungkal sampai ke kursi depan tadi. Gemma berusaha keras memperbaiki posisinya dan bermaksud mencekik Jackson lagi, tapi malah Jackson sekarang yang mencekik Gemma duluan dengan satu tangannya. "Akhh! Lepas!" Gemma memukuli tangan Jackson, tapi Jackson m
"Sayang, kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan?"Rafael begitu cemas sekaligus lega saat akhirnya ia melihat Yola membawa Sophia keluar. "Rafael! Rafael!" Sophia langsung memeluk Rafael begitu erat sambil menitikkan air matanya. "Sophia!" Rafael juga memeluk dan menciumi pelipis Sophia dengan begitu sayang. "Untunglah kau selamat, Sayang. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau sampai terjadi apa-apa padamu," ucap Rafael lagi sambil menangkup wajah Sophia. Sophia begitu terharu sekaligus sedih mendengarnya. Terharu karena ada pria yang bersedia bertaruh nyawa demi menyelamatkannya. Ucapan Rafael, tatapan mata Rafael, dan semuanya benar-benar membuat hati Sophia tersentuh akan cinta yang begitu besar. Sedangkan Jackson, suami Sophia sendiri yang seharusnya menjaga dan melindungi Sophia, tapi malah menjadi orang yang ingin membunuh Sophia. "Aku mencintaimu, Rafael! Aku mencintaimu!" ucap Sophia akhirnya yang tidak bisa menahan perasannya lagi. Sejak kembali mengi