"Aku mohon jangan terbawa emosi seperti ini, please..." bisik Austin pelan. Meskipun saat ini dia ingin sekali memukul wajah pria tua di depannya yang sudah menghina istrinya. Namun kata kata Vladimir mengatakan untuk dirinya diam dan tidak membantah sedikitpun. Karena di sisi ini, Austin adalah pihak yang salah. Karena perbuatannya kepada Monica."Apa kau sialan !!! Aku sudah katakan padamu untuk menyingkirkan wanita itu !!!" Radmond pun terbakar emosi dan ingin membalas Edelmiro yang hampir melayangkan pukulan ke wajahnya. Namun Earnest dengan cepat menahan Ayahnya itu. "Ayah, aku mohon tenanglah !! Jangan seperti ini !"Earnest tidak menyangka kalau Ayahnya akan sefrontal itu menghina wanita yang bernama Bella hingga mata Earnest terpatut ke arah wanita cantik di sudut sana."Hahhh !!!' hela kasar nafas Radmond dan menepis tangan Earnest.Earnest terpesona dengan kecantikan Bella, namun wajah cantik itu terlihat begitu sedih. "Maafkan aku... aku harus menyakiti perasaanmu. Agar Adi
Austin menunduk dan menghela nafas. Edelmiro membungkukkan badannya 90 derajat dan berkata, "Pertama tama saya minta maaf atas kelakuan putraku," Sambil melirik Monica. Semua orang di dalam ruangan terkejut melihat sang kepala keluarga kini sedang membungkukkan dirinya untuk meminta maaf. Austin dan Bella yang melihat itu merasa sangat terluka. Terlebih dengan Bella khususnya. Dia tidak menyangka mertuanya akan seperti itu. Begitu pula dia melihat suaminya yang menunduk meminta maaf. Bella terkejut mendengar ucapan Ayah mertuanya. Dan wanita cantik itu berjalan perlahan mendekati suami dan mertuanya. Dia tidak mampu melihat semuanya saat ini, "Aku mengalah, aku mengalah. Aku tidak mau sampai seperti ini," gumamnya dengan mata sembab. "Tapi jujur saja aku tidak bisa mengabulkan permintaan mu itu. Aku tidak akan mengorbankan anak mantuku untuk masalah ini. Aku rasa akan ada solusi lain yang bisa kita tempuh untuk meyelesaikan masalah ini." Radmond tarik nafas kasar. "Daddy stop !!
Austin mengepalkan tangannya dengan erat. Bella dapar melihat kepalan tinju suaminya sudah memutih. Dia tahusaat ini suaminya sedang berusaha sekuat tenaga menahan dirinya. Bella dengan lembut mengambil tangan suaminya dan menggenggamnya. Dengan menangis berlinang air mata. Hinaan serta cacian yang ia terima rasanya sangat sakit. Vladimir yang masih menyimak, menoleh ke cucu perempuannya itu. Dia melihat Bella yang sedang menangis juga saat ini melihat ke arahnya dengan tatapan sendu. Vladimir tersenyum dan mengangguk menenangkan cucunya itu sesaat. Kemudian dia kembali menatap lurus. "Ehem... Ini masih bisa di bicarakan baik baik. Sebaiknya turunkan senjata kalian. Kita semua tidak menginginkan sampai ada salah satu di antara kita yang menarik pelatuk ! Jadi—" "TUAN VLADIMIR TOLONG DIAM ! Ini bukan urusan Anda." Radmond langsung memotong Vladimir yang masih berbicara. "Keluarga Vladislav dan Keluarga Harold sangatlah dekat. Jadi aku tahu kecendurangan Tuan Vladimir pasti akan ber
"Arthur!" suara Vladimir menegur putranya dengan suara tegas."Iya ayah ," sahut Arthur.Kemudian Arthur kembali menatap Radmond dan berdecak, "Ck ! Kau beruntung karena ada Ayahku ! Kalau tidak sudah kupastikan keluarga Teodorko akan aku ratakan hanya dalam waktu tiga hari!" ancaman Arthur yang bisa saja menjadi kenyataan.Radmond dan Earnest bergidik ngeri. Monica yang melihat perawakan Arthur juga sangat ketakutan.Arthur kembali menoleh saat dia berjalan. "Oh iya! Kau pasti bertanya tanya alasan kenapa aku ada di sini ! Jujur bukan hanya karena kau memotong ucapan Ayahku yang membuatku sakit hati ! Tapi karena kau sudah menghina dan merendahkan putriku " ujarnya.Radmond tersentak kaget, "Putri ??""Iya, wanita yang kau hina sebagai wanita jelata, wanita rendahan. Wanita yang tidak bisa bersanding dengan putrimu ! Adalah Putri angkatku ! Dan sudah diangkat resmi oleh keluargaku, dan yang harus kau tahu, anak laki- lakinya sudah menjadi salah satu penerus keluarga Vladislav yang di
Membuat semua orang diam dan melihat ke arah pintu masuk. Nama Bryan bagi mereka terdengar begitu asing. Tidak ada seorang pun yang mengenal nama tersebut.Tidak ada bayangan siapakah sosok Bryan yang di panggil oleh Kakek Vladimir.Suara langkah kaki semakin dekat memasuki ruangan. Dan terlihat seorang pria berperawakan seperti Austin memasuki ruangan berjalan sambil tersenyum dan sedikit menundukkan kepala menyapa setiap orang yang mematung tengah menatapnya.Tepat di depan Vladimir, Bryan berhenti dan menunduk, menyapa. Kemudian pria itu terus melangkah menuju ke tujuannya.Tidak seperti ekspresi yang lainnya. Monica terperangah melihat sosok pria yang masuk ke dalam ruangan dan semakin mendekat ke arahnya. "Ayah??" gumamnya tidak percaya.Jantungnya berdebar begitu cepat. Perasaan senang meletup-letup dapat melihat sosok pria yang ia rindukan. "Kenapa dia sampai ada di sini ?? Dan... kenapa kamu rela berkorban seperti ini ??" gumam Monica dalam hati tanpa mengalihkan pandangannya
Terlihat Dimitri dengan seragam lengkap, dengan tiga bintang di pundaknya, serta baret warna hitam, tertinggi di kesatuan militer salju merah.Dimitri merupakan adik dari Arthur.Dimitri masuk dengan gagahnya pun berbicara, "Kalau begitu sudah tidak ada kendala lagi dalam hal status. Karena Bryan adalah putra tertuaku."Semua kaget dengan ucapan Dimitri, karena sepengetahuan mereka kalau Dimitri hanya memliki satu putri.Radmond yang penasaran pun bertanya. "Dimitri, bukankah kamu hanya memiliki seorang putri?”"Iya benar, Bryan adalah putra angkatku baru- baru ini. Aku mengagguminya selama menemaniku di masa mengerjakan misi pelatihan," jelas Dimitri."Kamu tidak perlu heran, bukankah kamu tahu kalau keluarga sangat sering mengangkat orang luar menjadi anggota keluarga kami. Contohnya kakak aku yang berada di Indonesia. Bukannya kamu juga mengenalnya ? Gunnadi Barata ?? Dia adalah anak angkat Ayahku. Dan sekarang aku mengangkat Bryan sebagai putra angkatku," sambung Dimitri tersenyum
"Aku tidak peduli dengan masa lalumu. Semua orang memiliki masa lalu. Yang aku sukai adalah dirimu. Caramu tersenyum, caramu merawat Chelsea, dan caramu membangunkanku tiap pagi."“Aku semakin yakin dan semakin mencintaimu setelah menghabiskan waktu bersamamu beebrapa hari ini.”Monica semakin terisak mendengar penuturan kata- kata indah dari Bryan. Dia tidak menduga ada pria yang akan mencintainya tulus seperti ini dan menerima masa lalunya."Monica, izinkan aku untuk hidup bersamamu, aku akan membahagiakanmu dan Chelsea." Ucap Bryan pelan sambil mengusap air mata Monica yang terus jatuh di kedua pipinya.Kemudian Bryan berlutut di depan Monica dan mengeluarkan kotak kecil berwarna biru dari saku coat yang ia kenakan, lalu membuka kotak kecil yang ada di tangannya. Terlihat cincin yang begitu indah dengan berhiaskan berlian berwarna putih.Monica terperangah sambil menutup mulutnya dengan satu tangannya."Monica, mulai hari ini dan seterusnya, kamu tidak akan berjalan sendirian. Hati
Edelmiro menghela nafas pelan, dan dengan malas berjalan ke arah Arthur, “Ada apa?” tanya nya.“Mari kita foto bersama! Kita sudah menjadi keluarga! Putriku menikahi putramu,” cicit Arthur dengan santainya sambil menunjuk Edelmiro berganti menunjuk dirinya. “Lalu putrimu!” Arthur menunjuk Radmond, “Akan menikah dengan keponakanku! Putra dari Dimitri!’ lalu menunjuk ke arah Dimitri.“Hah!” sentak Edelmiro dan Radmond.“Jadi, mari kita ambil foto bersama sebagai kepala keluarga! Tapi sebelum itu, sebaiknya kalian berbaikan dulu lah! Ayo kalian berjabat tangan dululah!” sambung Arthur.Edelmiro dan Redmond langsung saling bertatap sinis. Edelmiro kembali kesal mengingat bagaimana Redmond menghina putri menantunya. Sedangkan Radmond juga terlihat begitu kesal karena mengingat Edelmiro hendak memukulnya padahal dia baru saja tiba.Wajah kedua pria paruh bayah itu kompak menekuk dan memalingkan wajah mereka.“Hei! Ayolah! Kita bukan anak kecil! Jangan seperti ini!” imbuh Edelmiro.“Benar, t
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin