"Aku harap ini menjadi rahasia di antara kita. Aku sama sekali tidak ingin jika sampai Ella mengetahui tentang hubungan terlarang ini," kata Pak Albert sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggul perempuan yang saat ini sedang berada tepat di depannya itu.
Seorang perempuan yang memiliki perbedaan usia yang cukup jauh darinya. Bagaimana tidak? Pak Albert saat ini sudah menginjak usia 48 tahun, sementara perempuan itu masih berusia 24 tahun.
"Om tenang saja. Aku tidak akan pernah mengatakan hal ini pada Ella," ucap Alena sambil menggerakkan jari telunjuknya di sekitar leher Pak Albert.
"Kamu memang perempuan yang paling menggoda."
Pak Albert menghempas tubuh perempuan tersebut di atas tempat tidur empuk hotel. Dengan cepat dia membuka kancing bajunya dan mendekat dengan penuh gairah. Ketika hendak menyentuh bagian tubuh yang paling sensitif dari perempuan tersebut, tiba-tiba pintu hotel terbuka dan nampak seorang perempuan masuk dengan penuh amarah.
Perempuan itu tak lain adalah anak kandung Pak Albert. Dia membuka pintu hotel dengan menggunakan cardlock yang dia dapatkan dari pihak resepesionis. Semua itu dengan mudah dia dapatkan, karena hotel ini tak lain adalah hotel milik keluarganya sendiri.
"Ayah!" teriak perempuan itu sambil membanting pintu dengan sangat kerasnya.
Alena dan Pak Albert seketika bangkit, mengambil pakaian masing-masing, lalu mengenakannya dengan sangat cepat. Alena yang menyadari bahwa perempuan itu tak lain adalah Ella, langsung menarik selimut dan menutup wajahnya. Dia sama sekali tidak ingin diketahui oleh perempuan itu.
"Jadi ini yang Ayah lakukan selama ini di belakang Ibu? Tahukah Ayah bahwa saat ini Ibu sedang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit untuk berjuang hidup? Tapi sementara Ayah malah bersenang-senang dengan perempuan lain yang sama sekali tidak punya harga diri di hotel ini!" teriak Ella yang sudah kehabisan kesabaran sambil mengambil asbak dan melempar ke arah ayahnya.
Beruntung Pak Albert berhasil menghindar. Dia pun mendekat dan mencekal erat lengan Ella untuk mengontrol emosi gadis itu.
"Lebih baik kita pulang sekarang! Kita akan menyelesaikan ini di rumah," ajak Pak Albert.
"Tidak, Ayah! Aku harus melihat wajah perempuan yang telah menjadi perusak rumah tangga orang tuaku. Aku harus menghabisi dia sekarang juga!" tolak Ella menepis dan mendorong ayahnya.
Dia mendekat ke arah Alena dan menarik selimut tersebut. Tapi, sepertinya Alena memegang selimut dengan sangat erat, sehingga membuat Ella kesulitan untuk melihat wajah selingkuhan ayahnya itu.
"Jangan bersembunyi seperti ini, perempuan jahanam! Tunjukkan wajahmu!" amuk Ella.
Anak perempuan mana yang tidak akan marah ketika melihat ayahnya berselingkuh dengan perempuan lain. Ella sontak mengambil vas bunga dan berniat untuk memecahkannya tepat di kepala perempuan itu.
"Ella! Cukup! Jangan sampai kamu menyakiti perempuan itu! Jika kamu sampai melakukannya, maka Ayah tidak akan pernah memaafkanmu," cegah Pak Albert yang tidak terima dengan perlakuan anaknya yang dianggapnya sama sekali tidak sopan dan melampaui batas.
Ella hanya bisa tercengang, lalu tertawa terbahak-bahak mendengar semua pernyataan ayahnya yang dianggap begitu sangat kelewatan. Padahal ayahnyalah yang telah memulai semua ini. Andai saja ayahnya tidak bermain gelap dengan perempuan lain, maka dia tidak akan semarah ini.
"Baiklah, sepertinya Ayah ingin bermain-main denganku sekarang. Aku akan melaporkan Ayah ke polisi sekarang juga!" ancam Ella. Dia sudah muak melihat tingkah ayahnya. Usianya sudah tua, namun tingkahnya begitu sangat memalukan.
Alena yang mendengar hal itu, sama sekali tidak terima jika sampai ini semua dilaporkan ke polisi. Dia tidak ingin nama baiknya rusak karena telah berselingkuh dengan lelaki tua yang sebentar lagi akan menunggu ajalnya itu.
"Silakan laporkan ini semua. Dengan begitu Ayah bisa bercerai dengan ibumu dan menikah dengan perempuan ini." Berbeda dengan Alena, Pak Albert sama sekali tidak gentar dengan ancaman putri semata wayangnya tersebut.
"Dasar tua bangka! Dia pikir aku mau menikah dengannya?" batin Alena. Dia tidak sudi memiliki seorang suami tua seperti Pak Albert. Dia pun memilih untuk membuka selimut dan menunjukkan wajahnya di depan Ella.
"Kamu tidak perlu melaporkan ini semua ke polisi. Kamu bisa melihat wajah perempuan yang telah menjadi selingkuhan ayahmu selama ini," kata Alena.
Sebuah kenyataan yang begitu sangat mengejutkan bagi Ella. Orang yang selama ini begitu sangat baik dan dekat dengannya, rupanya tak lain adalah orang yang telah menjadi perusak dalam rumah tangga kedua orang tuanya.
"Ka-kamu ...." Ella seketika merasa lemas, hingga dia perlu bersandar ke tembok.
"Iya, aku!" kata Ella yang tidak memiliki perasaan bersalah sedikit pun.
Ella dan Alena merupakan sahabat sejak lama. Bahkan keduanya begitu sangat dekat satu sama lain. Mereka selalu bersama baik suka maupun duka, sejak masih menyandang status sebagai seorang siswi di salah satu SMA swasta di kota ini. Sampai saat ini, persahabatan mereka terlihat baik-baik saja. Kerap kali Ella curhat kepada Alena bahwa dia curiga ayahnya memiliki perempuan simpanan.
Ella tidak menduga ternyata sahabatnya sendiri yang telah menusuknya dari belakang, dan menjadi orang ketiga dalam pernikahan ayah dan juga ibunya.
"Apa yang terjadi di sini? Kenapa ka ...."
"Ayah mencintai Alena. Ayah tidak akan bisa hidup tanpa dia. Lagian ibumu sudah tua. Dia bahkan tidak bisa mengurus hidupnya sendiri, bagaimana mungkin dia bisa mengurus dan melayani Ayah? Lagi pula sebentar lagi malaikat maut akan datang dan mencabut nyawanya. Ayah pun menikmati semua kesenangan ini," kata Pak Albert mendekat sambil merangkul Alena.
Ella hanya terus menggelengkan kepala. Ayah yang dulunya begitu sangat penyayang terhadap keluarga, nyatanya bisa bersikap egois dan tak peduli dengan kehidupan anak serta istrinya. Dia lebih mementingkan kebahagiaannya.
"Kalian berdua sama saja! Sama-sama egois dan pengecut!" maki Ella.
"Dan kamu Alena, sahabat macam apa kamu ini? Murahan tau engga!" sambungnya seraya melirik ke arah perempuan yang telah menjadi alasan dari kehancuran keluarganya. Padahal selama ini dia menganggap sahabatnya itu seperti saudara sendiri.
"Kenapa harus dia, Ayah? Ada banyak perempuan luar sana, tapi kenapa harus sahabatku!" kata Ella meninggikan suaranya sambil menatap ayahnya dengan penuh rasa sedih dan kecewa.
"Sedangkan kamu, Alena! Kenapa harus ayahku? Aku bahkan sama sekali tidak peduli dengan siapa kamu dekat, tapi kenapa harus keluargaku yang kamu jadikan korban!" sambungnya menunjuk ke arah Alena.
"Jawabannya, karena aku mencintai ayahmu!" tegas Alena sangat puas menghancurkan hati Ella.
Selama ini Ella menganggapnya sebagai seorang sahabat, tapi tidak bagi Alena. Alena menganggap perempuan itu hanyalah sebagai seorang musuh. Dia merasa iri dengan kehidupan sahabatnya tersebut yang dikelilingi oleh kedua orang tua yang sangat baik dan juga harmonis. Keluarga yang sangat kaya raya, bahkan dia pun bisa memiliki apa pun yang diinginkan dengan sangat mudah.
Sementara Alena, dia adalah gadis miskin yang bahkan berasal dari keluarga yang broken home. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah ataupun ibunya.
"Kalian semua jahat! Kalian semua bak iblis!" ucap Ella yang kemudian berlari meninggalkan ayah dan juga sahabatnya tersebut.
Dia sudah cukup menderita dengan perselingkuhan yang telah dilakukan oleh ayahnya. Dan hal yang paling menyedihkan lagi, karena sahabatnya sendirilah yang telah menjadi orang ketiga tersebut.
"Kamu tidak perlu memikirkan Ella. Kita akan menikah setelah ini, Sayang," kata Pak Albert yang sama sekali sudah tidak memikirkan keluarganya yang baru saja hancur akibat perempuan yang saat ini sedang berada tepat di sampingnya itu.
"Apa katamu? Menikah? Aku bahkan sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menikah dengan laki-laki tua sepertimu. Aku hanya ingin menghancurkan kehidupan anakmu saja! Aku membencinya! Hanya dengan cara ini aku bisa merusak semua kebahagiaan dia," kata Alena puas sambil memegang wajah Pak Albert dan tersenyum jahat.
“Lihat dan saksikan bagaimana anakmu akan hancur nantinya,” bisiknya kemudian.
Orang yang paling dekat dengan kita adalah orang yang paling berpotensi untuk menyakiti dan menghancurkan diri kita sendiri."Merangkul lalu menusuk." Itulah yang dirasakan oleh Ella saat ini.Perempuan itu duduk di sudut kamar dan menatap ke luar jendela. Hujan mengguyur kota malam ini, menyertai sedih dan juga kecewa yang saat ini sedang menggerogoti seluruh tubuhnya."Tuan!" teriak salah seorang pelayan dari lantai dasar rumah.Ella yang mendengar hal itu sontak menyeka air matanya dan buru-buru mengecek apa yang telah terjadi. Dilihatnya, Pak Albert terbaring di atas lantai."Apa yang terjadi dengan Ayah?" tanya Ella panik melihat kondisi ayahnya yang begitu sangat mengenaskan dengan wajah pucat membiru."Aku sama sekali tidak tahu, Nona. Aku pun sangat terkejut melihat kondisi Tuan yang sudah seperti ini," kata sang pelayan."Kalau begitu, cepat panggil sopir dan kita bawah Ayah ke rumah sakit," pe
Tak terasa sudah dua minggu lamanya sejak kematian Pak Albert. Ella tidak bisa terus seperti ini. Masa depannya masih panjang dan dia harus bangkit melawan semua keterpurukan tersebut. Dia pun memutuskan untuk kembali bekerja seperti biasanya dan menjalani hari-harinya.Deep!Sebuah notif pesan singkat dari seseorang yang spesial sontak membentuk lekukan senyum di bibir indahnya."Maaf karena aku baru memberikan kabar kepadamu. Aku turut berduka cita atas apa yang telah menimpa Paman Albert. Siang ini juga, aku akan segera kembali ke Indonesia," batin Ella membaca pesan singkat tersebut.Laki-laki yang baru saja mengirim pesan singkat kepadanya adalah Lias—sahabat kecilnya sejak dulu sekaligus laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi pelabuhan cinta terakhirnya. Dia dan Lias saling mencintai. Keduanya pun telah dijodohkan dan akan melangsungkan pernikahan setelah Lias menyelesaikan pendidikan S3-nya di luar negeri. Dan hari ini laki-laki ters
Alena tidak habis pikir bagaimana mungkin Ella bisa terlihat biasa-biasa saja. Kematian Pak Albert baru saja menginjak dua minggu, tapi Ella sudah bisa menjalani aktivitasnya seperti biasa.Padahal, Alena berharap agar perempuan itu terus terpuruk dan bahkan tidak bisa melanjutkan hidup lagi. Tapi sepertinya semua itu tidaklah sesuai dengan ekspektasinya selama ini."Kamu tidak perlu khawatir, Alena. Pesan singkat dan ancaman yang baru saja kamu kirim kepada Ella pasti akan membuat perempuan itu tidak bisa bernafas dengan tenang sekarang," batinnya.Dia memang baru saja mengirim pesan teror untuk memberi peringatan bahwa hidup sahabatnya itu akan terus dipernuhi kegelisahan."Sepertinya lebih baik aku mencari makan sekarang. Suasana hatiku pasti akan semakin memburuk ketika perutku keroncongan," sambungnya sembari fokus dengan kemudinya dan mencoba memperbaiki suasana hati. Tapi sebelum itu, dia memutuskan turun terlebih dahulu u
Ella kini nampak cantik dengan balutan busana berwarna merah jambu. Sebuah gaun yang diberikan oleh ayahnya beberapa bulan yang lalu. Makanan pun telah siap di atas meja. Ella sengaja meminta seluruh pelayanan untuk membantunya memasak makanan kesukaan dari pria yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai suaminya itu. Tak hanya itu, Ella juga telah menyediakan kado spesial untuk Lias.Setelah menunggu selama beberapa menit, terdengar suara mobil berhenti tepat di depan rumah. Ella sangat yakin bahwa orang itu pasti Lias. Dengan buru-buru dia melangkahkan kaki menuju ke arah pintu.Ternyata benar bahwa dia adalah pria yang sedari tadi telah ditunggunya. Ella berlari menghampiri Lias dan memeluknya dengan sangat erat.“Ella, aku merindukanmu!” kata Lias. Rasa rindunya terhadap Ella terbalas juga.“Kenapa kamu begitu lama? Kamu tahu bahwa aku sangat merindukanmu. Apalagi saat ini Ayah juga telah pergi,” ujar E
Ella masuk ke dalam rumah sambil memegang kepalanya yang sangat pusing setelah mendengar semua perkataan dari Alena."Ada apa sebenarnya, Sayang? Kenapa kamu terlihat begitu sangat marah dengan perempuan itu?" tanya Lias menghampiri Ella."Sama sekali tidak apa-apa, Sayang. Hanya ada sedikit kesalahpahaman diantara kami. Tapi percayalah bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja," jawab Ella. Dia tidak mungkin memberitahu Lias apa masalah di antara mereka. Apalagi Lias tidak boleh mencari tahu semuanya apalagi ketika mengetahui bahwa perempuan barusan tak lain adalah perempuan yang pernah berselingkuh dengan ayahnya."Sudah tidak usah dipikirkan, Sayang. Lebih baik kita makan saja. Perutku sudah mulai terasa keroncongan," sambung Ella mengalihkan pembicaraan. Lias langsung menganggukan kepalanya dan kini menggandeng tangan perempuan tersebut menuju ke meja makan.Lias menyantap makanan yang telah disajikan oleh kekasihnya tersebut dengan lahap. Se
Rencana pertemuan keluarga Lias dan Ella kini telah sampai di telinga Alena. Hal itu semakin membuat Alena merasa begitu sangat kesal. Dia terus berpikir bagaimana cara untuk bisa menghancurkan hubungan tersebut. Apapun yang terjadi, dia tidak akan membiarkan Lias menjadi milik perempuan yang kini telah menjadi musuhnya tersebut."Lihat saja aku tidak akan membiarkan pernikahan diantara kalian terjadi. Jangan sebut aku Alena jika kamu berhasil memiliki Lias, Ella," kata Alena tersenyum kecut. Nampaknya saat ini dia telah memiliki sebuah rencana untuk bisa menghancurkan itu semua. Bukan Ella namanya jika dia tidak berhasil mendapatkan rencana licik.Dia lalu meraih ponsel miliknya dan menghubungi anak buahnya."Aku punya pekerjaan lagi untukmu," kata Alena kepada salah seorang pria dari balik telepon. Dia lalu menjelaskan kepada pria tersebut apa yang harus dilakukan olehnya."Baik Bos, Aku akan melakukan sesuai dengan perintah anda," kata pria dar
"Maaf telah membuatmu menunggu lama, Sayang," kata Lias yang kini menghampiri Ella yang telah menunggunya sedari tadi."Kenapa kamu lama sekali? Kamu tahu sendiri kan bahwa aku sama sekali tidak suka menunggu?" kata Ella dengan wajah jutek."Ia maaf," kata Lias mengaku salah."Ini minuman untukmu," sambungnya menyodorkan minuman rasa jeruk kepada kekasihnya tersebut sembari mendudukkan badannya tepat di samping Ella."Terima kasih," kata Ella. Dia yang tadinya terlihat begitu sangat cemberut seketika melemparkan senyum ke arah Lias. Dia sama sekali tidak bisa marah dan kesal terlalu lama kepada kekasihnya tersebut."Tadi aku bertemu dengan perempuan yang kemarin datang ke rumahmu," kata Lias.Ella seketika menoleh kearah kekasihnya tersebut dan menaikkan salah satu alisnya, "perempuan yang kemarin datang ke rumah? Siapa?" tanya Ella yang belum bi
"Dimana kamu sekarang?" tanya Alena kini terlihat berbicara dengan seorang pria dari balik telepon."Kalau begitu, cepat datang kemari. Aku akan mengirim alamatnya kepadamu," sambungnya sambil terus mengikuti Ella dan Lias. Dia sudah tak bisa menunggu waktu lagi untuk menjalankan rencananya. Baginya, semakin cepat rencana yang tersebut dijalankan, maka semakin cepat juga dia mendapatkan Lias dan membuat Ella semakin menderita.Dia kini masuk ke sebuah restoran Jepang. Dilihatnya, Ella dan Lias sedang duduk di kursi paling pojok yang ada tempat di dekat jendela. Dia pun akhirnya memilih untuk mencari tempat duduk yang aman agar pasangan tersebut sama sekali tidak mengetahui bahwa dia mengikuti mereka sedari tadi."Silahkan nikmati kemesraan kalian. Lihat saja aku akan menghancurkan ini semua. Aku tidak akan membiarkan kalian terus bersama dan berbahagia sementara aku hanya bisa terus sendiri dan cemburu melihat Lias
"Lias, apakah kamu sungguh tidak ingin memberikan kesempatan kepada Ella untuk memperbaiki semuanya? Aku sangat yakin bahwa apa yang terjadi di antara kalian memang benar-benar hanyalah sebuah kesalahpahaman. Bagaimana jika sampai Ella memang hanya di jebak," kata Ibu Margaretha. Dia berusaha memberikan pemahaman kepada putranya tersebut untuk yang terakhir kali sebelum dia pergi ke luar negeri. Dia tidak ingin jika sampai Lias menyesal suatu saat nanti jika sampai ini semua memang hanyalah sebuah kesalahpahaman yang harus diluruskan."Aku tidak mengerti dengan apa yang ibu pikirkan. Aku adalah korban dari ketidaksetiaan perempuan itu. Ibu lebih percaya perempuan tersebut dibandingkan aku? Sampai kapanpun aku tidak akan memberikan maaf kepadanya." Lias sudah sangat hancur dan pusing atas semua kebenaran yang dia ketahui. Dia merasa kecewa karena berpikir bahwa Ella memang benar-benar telah menghianati cintanya dan lebih memilih tidur dengan laki-laki lain. Ditambah, kedua orang tuanya
Ella terus saja kepikiran dengan semua ancaman yang telah diberikan oleh Alena kepadanya. Dia benar-benar sangat takut jika sampai perempuan tersebut benar-benar melakukan tindakan yang sama sekali tidak dia inginkan."Ibu, kamu tidak apa-apa?" tanya Ella kepada ibunya."Aku sama sekali tidak apa-apa, Sayang," jawab Ibu Farah. Dia kini terlihat jauh lebih baik. "Apa yang telah dilakukan oleh perempuan tersebut kepadamu, Ibu? Dia sama sekali tidak macam-macam, bukan?" tanya Ella memastikan."Ada apa, Nak? Kenapa kamu bertanya seperti itu? Dia hanya menyampaikan ucapan maaf dan juga turut berbelasungkawa atas kematian ayahmu," kata Ibu Farah."Hubungan persahabatan kalian baik-baik saja, bukan?" lanjutnya.Ella seketika mengangguk. Dia tidak ingin jika sampai ibunya kepikiran ketika mengetahui tentang apa yang sebenarnya telah terjadi antara dirinya dan juga sahabatnya tersebut."Semuanya baik-baik saja, Ibu. Lebih baik sekarang ibu istirahat. Aku akan keluar sebentar," kata Ella. Ell
Alena merasa sangat puas telah berhasil menghancurahkan hubungan antara Ella dan Lias. Memang ini adalah hal yang diinginkan sejak awal."Kamu sungguh perempuan yang sangat luar biasa, Alena. Aku sangat yakin bahwa saat ini Ella pasti sedang meratapi nasib atas kepergian dari laki-laki yang begitu sangat dicintai," kata Alena.Dia beranggapan bahwa ini adalah konsekuensi yang harus diterima oleh Ella. Perempuan tersebut pantas mendapatkan semua kesedihan itu."Aku sama sekali tidak pernah membayangkan bagaimana mungkin kamu begitu sangat membenci perempuan seperti Ella. Padahal jika diperhatikan dia adalah perempuan yang baik," kata Alex yang saat itu terlihat duduk tepat di depan Alena. "Diam Alex!" bentak Alena. Dia sama sekali tidak suka jika laki-laki tersebut berkata demikian. "Lancang sekali kamu memuji perempuan tersebut di depanku," lanjutnya."Wow, maafkan aku," kata Alex sambil menaikkan kedua alisnya karena beranggapan bahwa itu semua hanyalah candaan dan tidak perlu diper
Sudah hampir dua minggu lamanya sejak hubungan antara Ella dan Lias berakhir, namun rasanya masih begitu sulit bagi Ella untuk bisa berdamai dan menerima semua perpisahan tersebut. Dia sudah tidak pernah lagi mendengar kabar dari laki-laki tersebut. Lias benar-benar telah pergi dari hidupnya."Sepertinya kamu sungguh tidak mengharapkan aku lagi, Lias. Apakah sebegitu bencinya kamu kepadaku? Apakah kamu sudah tak mencintai aku lagi?" Ada begitu banyak pertanyaan yang terbesit di dalam benak Ella. Hampir setiap harinya dia terus kepikiran tentang laki-laki tersebut. Ella juga harus menghindar dari pertanyaan ibunya tentang rencana pernikahan antara dirinya dan juga laki-laki itu. "Nona, mobil telah siapa. Kita bisa berangkat sekarang," kata salah seorang sopir yang kini terlihat menghampiri Ella yang masih duduk termenung di ruang tamu. "Baiklah," kata Ella. Dia akan pergi ke rumah sakit dan melihat bagaimana kondisi ibunya. Dia sangat berharap semoga perempuan tersebut tidak melont
Ella kini hanya bisa menangis di sudut kamar sambil meratapi nasibnya. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bahwa dirinya akan hidup seperti ini. Satu persatu orang yang dicintainya pergi begitu saja akibat ulah Alena. Dia dibuat tidak berdaya."Kenapa kamu sekejam itu kepadaku? Selama ini aku telah menganggapmu seperti saudaraku sendiri. Namun rupanya kamu begitu sangat membenciku bahkan kamu sama sekali tidak ingin melihatku bahagia," kata Ella.Dia tidak tahu lagi harus mencurahkan segala isi hatinya kepada siapa. Dia tidak mungkin mengatakan ini semua kepada ibunya. Kondisi perempuan tersebut benar-benar tidak memungkinkan. Ella tidak ingin jika sampai kondisi kesehatan ibunya semakin memburuk setelah mengetahui bahwa Alena selama ini begitu sangat membencinya bahkan berusaha untuk menghancurkan hubungannya dengan Lias.Saat ini, dia bahkan tidak mampu untuk bertemu dengan ibunya di rumah sakit. Dia meminta kepada Nisa agar perempuan tersebut menjaga dan merawat ibunya dengan b
Ibu Margaretha melihat kepergian anaknya tersebut masuk ke dalam rumah kini langsung meminta suaminya untuk membujuk Ella, sementara dirinya akan menyusul putranya tersebut."Biar aku yang mengurus Lias," kata Ibu Margaretha kepada Pak Bagas.Ibu Margaretha dengan cepat mengikuti langkah kaki anaknya tersebut. Sementara itu, Pak Bagas kini terlihat mencoba menenangkan Ella. Dia mengajak perempuan tersebut untuk duduk di taman sambil meminta seorang pelayan untuk mengambilkan minuman. "Paman percaya kepadaku, bukan? Aku sama sekali tidak pernah menduakan Lias. Ini semua hanyalah jebakan dan aku sama sekali tidak mengetahui bagaimana mungkin aku bisa ada di hotel tersebut. Selama ini ada seseorang yang benar-benar begitu sangat membencimu bahkan dia sama sekali tidak ingin melihatku bahagia. Namun aku sama sekali tidak bisa memberitahu siapa orang tersebut. Aku ...." Ella kini terus saya terisak. Pak Bagas tersenyum, dia percaya bahwa calon menantunya tersebut adalah perempuan yang beg
Ella dan Lias langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Mereka langsung terlihat begitu sangat terkejut melihat sepasang suami istri yang saat itu sedang berdiri tepat di hadapan mereka."Apa yang terjadi kepadamu, Sayang?" tanya Ibu Margaretha kepada Ella. Dia terlihat membantu perempuan tersebut untuk beranjak."Apa yang telah kamu lakukan kepada Ella? Bisa-bisanya kamu bersikap kasar seperti itu kepadanya? Kamu ingin menikahi perempuan ini? Kamu mengatakan bahwa kamu begitu sangat mencintainya. Beginikah caramu memperlakukan dia selama ini?" kata Pak Bagas. Dia kini naik pitam melihat perlakuan putra mereka kepada Ella. Sementara, Ibu Margaretha memeluk Ella dengan erat dan mencoba menenangkan perempuan tersebut yang terus saja menangis tersedu-sedu.Lias menarik nafas panjang. Dia merasa bgitu geram dengan ayah dan juga ibunya yang kini terus saja memojokkannya. Namun dia tahu bahwa kedua orang tuanya tersebut pasti begitu sangat kelelahan setelah melakukan perjalanan dari
Ella tidak bisa tinggal diam saja melihat semua perbuatan Alena yang dianggapnya benar-benar telah sangat kelewatan. Namun saat ini dia harus bisa menjelaskan semuanya kepada Lias bahwa apa yang terjadi antara dirinya dan juga laki-laki yang ada di foto tersebut adalah rencana dari Alena. Meskipun sebenarnya Ella tahu persis bahwa Lias tidak mungkin langsung percaya begitu saja dengan semua perkataannya. Namun dia akan berusaha memberikan penjelasan akan siapa Alena.Ella memesan taksi online dan segera pergi menuju ke arah rumah Lias. Dia berharap semoga bisa bertemu dengan laki-laki tersebut di sana. Setelah tiba di rumah Lias, Ella setidaknya bisa merasa lega karena mobil pria tersebut terparkir di halaman rumah. Ella kemudian memberanikan diri untuk menekan bel, beberapa saat kemudian salah seorang pelayan terlihat keluar dan membukakan pintu untuknya."Apakah Lias ada di rumah?" tanya Ella kepada pelayan tersebut."Saat ini Tuan baru saja tiba. Namun dia berpesan agar aku tidak
Ella bisa menangis histeris melihat kepergian dari laki-laki yang dicintainya. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. Namun satu hal yang pasti dia harus mencari laki-laki yang telah membawanya ke hotel ini. Dia harus meminta kepada laki-laki tersebut untuk menceritakan semuanya kepada Lias bahwa tidak ada hubungan yang terjadi di antara mereka dan ini semua hanyalah kesalahpahaman. Ella meraih tas miliknya dan langsung pergi meninggalkan hotel tersebut. Namun ketika dirinya telah sampai tepat di depan hotel dan hendak memesan taksi online tiba-tiba saja seorang perempuan muncul di hadapannya. "Ella, Senang bisa bertemu denganmu," kata Alena menaikkan alisnya dan tersenyum ke arah perempuan tersebut.Ella seketika menghela nafas panjang dan mencoba untuk menghindar. Dia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Alena. Melihat wajah perempuan tersebut begitu sangat memuakkan baginya. Dia kini melangkahkan kaki untuk pergi namun perkata