Home / Romansa / Hasrat Cinta Sang Pilot / 70. Posesifnya Krisna

Share

70. Posesifnya Krisna

Author: IKYURA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Terima kasih banyak, Pak Reno. Saya sangat menghargai tawarannya, tapi saya sudah dijemput sama suami saya nanti.”

“Wah, sayang sekali ya, Ra. Padahal saya—”

“Sayang?”

Suara vokal seseorang membuat Yura dan Reno lantas menoleh begitu mendengar panggilan itu. Yura seketika membelalak, Krisna melangkah menghampirinya.

“Abang? Sudah sampai? Sejak kapan? Kok nggak bilang kalau—”

“Gimana Abang mau kabarin kamu, kalau kamu sibuk bincang-bincang akrab sama…” Pandangan Krisna tertoleh ke arah Reno.

“Saya Reno.” Reno menjulurkan tangannya ke arah Krisna, yang dibalas dengan tatapan malas pria itu. Tangannya refleks melingkar di pinggang Yura dengan posesif.

“Krisna. Suaminya Yura, dan saya sudah menjemputnya, jadi Bapak nggak usah repot-repot untuk mengantarnya.”

“Ah, maaf, Pak. Saya nggak tau kalau Pak Krisna ada di Jakarta. Istri Bapak bilang kalau suaminya seorang pilot jadi saya pikir Bapak nggak bisa menjemputnya. Jadi saya… menawarkan diri.”

“Nggak. Kalaupun saya sedang bertugas dan tid
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   71. Dirty Talk

    “Lo jadi honeymoon ke mana emangnya, Ra?”Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Leon, matanya menoleh ke arah form pengajuan cuti yang baru saja diterimanya kembali setelah mendapatkan persetujuan.“Tebak, dong!”“Halah palingan cuma ke Bali? Atau Lombok, maybe? Nggak mungkin ke Maldives, dong?”“Mainstream amat ke Bali. Ke Phi Phi Island, dong!”“Serius lo ke Phi Phi Island? Gue ikut dong, Ra! Di sana tuh surganya para batang-batang gede, Ra. Gue nggak bakalan ganggu lo, deh. Gue—”“Heh! Sadar, El! Menurut ngana aja! Lo kan nggak bisa main cuti gitu aja? Inget ya, jabatan lo sekarang tuh news anchor! Lagian apaan sih, ganggu aja lo!” sungut Yura kesal.Leon mencebikkan bibir, agak kecewa dengan hal itu. Pria itu sadar kalau jadwalnya tidak bisa semudah itu diubah-ubah selayaknya jabatan sebelumnya.“Sialan memang! Udah ah, gue lapar, nih! Katanya mau makan di luar?”Yura bangkit dari duduknya, lalu mulai membereskan meja kerjanya. Setelah memastikan mejanya rapi, mereka lantas men

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   72. Video Call Sex

    “Hai, Bang. Udah landing?”“Hai, Sayang. Udah, kok. Maaf Abang baru bisa telepon sekarang. Kamu lagi ngapain?”Yura lantas memasang earphone wearless ke telinga, lalu membiarkan suara Krisna terdengar di seberang sana. “Aku lagi duduk-duduk di dekat kolam, Bang. Ada kerjaan dari kantor yang harus aku kerjain. Abang lagi di mana sekarang? Udah sampai hotel atau masih di bandara?”“Abang barusan sampai hotel. Baru banget, mau mandi masih mager, Ra.” Krisna menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. “Tadi jadi ke dokter, Sayang?”“Jadi, Bang.”“Apa kata dokter? Beneran pergi sendirian?”“Iya. Kata Dokter Padma baik-baik aja, sih. Normal dan nggak ada sesuatu yang aneh dalam rahimku.”“Syukurlah kalau gitu. Harusnya tadi tuh biar ditemenin sama Mama aja, Ra. Mama juga udah bilang mau nemenin, kan? Kan nggak enak kalau pergi sendirian. Paling nggak kalau ada teman, kan ada yang bisa diajak ngobrol gitu.”Yura terkekeh. “Nggak apa-apa kok, Bang. Aku nggak mau ngerepotin aja, sih. Lagian a

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   73. Surprise From 32.000ft

    YURA ingin mengumpat sejadi-jadinya begitu tiba di bandara. Bagaimana bisa di hari pertamanya mereka akan pergi berbulan madu, Krisna justru harus bertugas sebagai pilot?"Nggak usah senyam-senyum! Nyebelin banget tahu, nggak! Mana ada, Bang, honeymoon di mana-mana tuh, berangkat barengan. Lha, ini aku malah disuruh duduk sendirian, sementara Abang jadi pilotnya!”“Maaf, Ra. Namanya juga urgent, kan? Memang biasanya suka begini, kok.”Yura mencebikkan bibir. “Ya tapi kan, nggak pas kita mau pergi honeymoon, Abanggggggg! Lihat aja, nanti kalau sampai sebelah aku cowok ganteng, jomblo, aku mendingan gandeng dia aja! Sana Abang sana!”“Ya jangan, dong! Kalau kamu gandeng cowok di samping kamu, Abang sama siapa?”“Sana sama Bima sana!” sungut Yura dengan hati dongkol.“Janji, Ra, cuma pas berangkat aja. Cuma lima jam, kok.”“Lima jam? Astaga, Bang. Kalau kamu memang nggak bisa cuti, bilang dong, sejak awal. Kita nggak usah pakai ada rencana honeymoon-honeymoon segala, deh!”Krisna meraih

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   74. Phi Phi Island

    Penerbangan pesawat komersial dari Jakarta menuju Phuket siang itu akhirnya mendarat dengan sempurna. Teriknya matahari menyambut kedatangan Krisna dan Yura begitu mereka menginjakkan kakinya di pulau yang konon dijuluki sebagai James Bond Island.Butuh waktu kurang lebih lima jam lamanya untuk tiba di Phuket dari Jakarta. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan selama dua jam dengan menyusuri lautan dari Phuket untuk tiba di tujuan. Krisna memang sengaja memilih Phi Phi Island sebagai tempatnya berbulan madu. Krisna bahkan rela merogoh kocek lebih dalam untuk menyewa private boat yang akan mengantarkan mereka menuju resort demi kenyamanan.“Capek, ya? Mau duduk di depan?”“Boleh!”Pemandangan batu karst yang menjulang tinggi dan berwarna hijau subur berpadu dengan hijau kebiruan lautan yang tenang. Pemandangan itu terlihat begitu sempurna.“It's beautiful,” gumam Yura lirih.“Suka?”“Hm-mm.” Yura menganggukkan kepalanya. “Aku jadi pengen hoping island, Bang. Kayaknya banyak pulau-pul

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   75. It Was Amazing I

    “Aku nggak tahu kalau Abang jago renang!” Celetukan Yura sontak membuat Krisna yang saat ini tengah duduk di tepi pantai bersama Yura, lantas menoleh.Keduanya baru saja menikmati biota bawah laut sore itu. Jernihnya air laut membuat keduanya terlihat begitu menikmati pemandangan di bawah sana. Terlebih saat keduanya menemukan berbagai macam jenis ikan dalam jarak sedekat itu.“Salah satu syarat untuk menjadi pilot itu harus bisa berenang, Sayang. Gimana kalau pesawatnya jatuh ke laut, terus Abang nggak bisa berenang?”“Ya jangan sampai jatuh, dong! Abang kalau ngomong suka nakut-nakutin gitu, deh!” sungut perempuan itu kesal.“Nggak nakut-nakutin juga, Sayang. Cuma nobody knows, right? Abang nggak mau bersikap denial pada hal-hal yang ada kemungkinannya akan terjadi sama Abang di masa depan. Termasuk salah satunya itu.”Yura menghela napas. Dia sedikit menyesali apa yang baru saja dilontarkannya kepada Krisna. Namun, “Abang pernah merasa takut saat mengendalikan pesawat, nggak? Misa

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   76. It Was Amazing II

    “Do whatever you want, Bang. Dan aku akan memuaskanmu.”Tatapan keduanya bertemu selama beberapa detik. Seringaian kecil terbit di wajah Krisna, lalu dia mencium bibir istrinya dengan lembut. “Jangan coba-coba nantangin Abang, Ra. Abang nggak janji bakalan memberimu ampun setelah ini.”“Let’s prove it!” tantang Yura tak gentar.Perempuan itu lantas membalas ciuman Krisna dengan gerakan tak sabaran. Kedua tangannya melingkar di leher Krisna, tubuhnya melekat satu sama lain dengan kedua kakinya yang sedikit berjinjit. Sementara kedua tangan Krisna melingkar ke belakang pinggang Yura, menahan tubuh perempuan itu agar melekat padanya.Krisna tertegun selama beberapa saat. Pandangannya yang mulai berkabut gairah, tak lagi bergerak pelan. Pria itu semakin memperdalam ciumannya, sesekali menggigit bibir Yura bagian bawah, membiarkan lidah keduanya membelit satu sama lain bersamaan dengan satu desahan lolos dari bibir Yura.“Bang…”Napas Yura terengah-engah saat pandangan keduanya kembali ber

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   77. It Was Amazing III

    “Rape me!” desah Yura lirih. “Aku pengen diperkosa, Bang.”Krisna sudah lebih dulu kehilangan kata-kata saat mendengar permintaan Yura. Dari sekian hal yang bisa menjabarkan bagian ‘nikmat’ dari bercinta, istrinya justru menginginkan sesuatu hal ada di luar kepalanya. Diperkosa? Apa nikmatnya?“Are you sure?”“Ya.”Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Krisna lantas mengangkat tubuh Yura dengan mudah. Kedua kaki perempuan itu refleks melingkar di pinggul suaminya, sementara kedua tangannya melingkar di leher pria itu.“Abang nggak suka main kasar. Belum pernah merkosa anak orang juga. Tapi kalau kamu sendiri yang memintanya, Abang nggak punya pilihan lain. Let me try!”Krisna membanting keras tubuh Yura di atas tempat tidurnya, hingga perempuan itu memekik pelan. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang saat pria itu mulai merangkak naik, mengungkung tubuh mungil Yura dengan cepat hingga pandangannya kini sejajar.“Are you sure?” tanya Krisna sekali lagi.“Yes, please…”Pria itu turun dari temp

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   78. Cemburu Buta

    KRISNA mengerjapkan matanya saat samar sekali suara kicauan burung terdengar. Pria itu menggeliat, lalu meraba di sampingnya saat tidak menemukan Yura ada di sampingnya.“Sayang…” panggil pria itu.Tidak ada jawaban dari perempuan itu. Krisna mengubah posisinya menjadi duduk, lalu meraih kemeja dan celana pendeknya yang sempat tercecer di lantai.Tubuhnya terasa remuk redam, dia tidak menyangka akan segila itu bersama Yura. Baginya, bersama Yura tidak pernah cukup dan puas. Krisna selalu menginginkannya.Setelah membasuh mukanya, pria itu lantas melangkah meninggalkan kamarnya. Dia berjalan menuju balkon, matanya lantas mengedar ke sekitar.Samar-samar matanya menangkap sosok Yura tengah berbincang dengan seseorang. Dia tidak tahu siapa sosok pria itu, hingga akhirnya Krisna memutuskan untuk turun dari balkon dan bergegas untuk menemuinya.“Ra!”“Abang? Udah bangun? Aku tadi… berenang sebentar dan—”Ucapannya menggantung begitu saja saat tiba-tiba pria itu melepaskan kemejanya, lalu m

Latest chapter

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   EXTRA PART 2

    Waktu sudah menunjuk angka sebelas siang saat Yura tiba di Bandara Soekarno Hatta yang terlihat ramai. Perempuan itu mengulas senyuman, entah apa yang membuatnya terlihat riang. Yura melangkah anggun menuju pintu kedatangan, menantikan kepulangan Krisna akan baru saja mendarat sempurna di Jakarta.Tiba di pintu kedatangan, Yura berdiri di tempat biasanya dia menunggu. Ingatannya kembali membawanya pada apa yang telah dilakukannya sebelum tiba di bandara tadi.“Saya hamil lagi, Dok?” Yura membelalak.“Iya, Bu Yura. Usia kandungannya baru delapan minggu.”Mendadak Yura merasa pening, pantas saja akhir-akhir ini dia sering mual. Namun, dia juga bahagia. “Apakah nggak masalah kalau saya… hamil lagi, Dok?”“Dilihat dari kesiapan rahimnya, tidak masalah, Bu. Ibu merasa lemas dan morning sickness itu karena disebabkan oleh fluktuasi hormonal. Tapi alangkah baiknya, Bu Yura tetap menjaga kondisi dengan sebaik-baiknya.”“Baik, Dok. Terima kasih banyak.”Percakapan itu masih terasa segar dalam

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   EXTRA PART 1

    “Sayang…”Suara vokal Mama Maura sontak membuat Yura menolehkan kepalanya. Perempuan itu mengulas senyuman ke arah ibu mertuanya. Dia tengah duduk di taman belakang dengan bayinya yang ada di atas pangkuan.“Ma, barusan datang, ya?” Yura baru saja hendak bangkit dari duduknya saat Maura sudah lebih dulu mencegahnya.“Eh, Ra. Udah kamu duduk di sana aja. Mama yang ke situ.”Yura tidak jadi bangkit dan kembali duduk di kursinya. Setiap pukul tujuh pagi, Yura memang rutin berjemur bersama bayinya. Mengingat bahwa terpapar sinar matahari pagi sangat baik untuk perkembangan bayi.“Mama sendirian aja? Papa nggak ikut?”Belum sempat Maura menjawabnya, Davin yang baru saja melangkah menghampirinya sudah lebih dulu menarik perhatian mereka. “Pa…”“Gimana, Ra? Kamu sehat?” Davin menepuk bahu Yura, matanya menatap ke arah cucunya yang terlihat nyenyak dalam tidurnya. “Cucunya Opa…”“Alhamdulillah, Pa. Meskipun setiap malam pasti begadangnya, sih. Untungnya ada Abang yang selalu nemenin.”“Syuku

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   92. Happily Ever After

    “KRISNA! Thank God!”Joey berhambur memeluk Krisna yang saat ini tengah terbaring di atas brankar rumah sakit, seiring dengan isakan tangisnya yang terdengar memenuhi Leanders Hospitals Bali malam itu.Krisna baru saja sadar dari reaksi obat yang diberikan dokter sebagai upaya penyelamatan pertama. Di kepalanya terlilit perban dan ada beberapa luka lainnya di sana.Setelah insiden tergelincirnya pesawat yang baru saja ditumpanginya, Krisna bersama crew dan penumpang yang mengalami luka-luka dilarikan ke rumah sakit.Joey baru saja tiba di Bali, dan langsung bergegas menuju ke Leander Hospitals untuk memastikan kondisi Krisna dan crew lainnya. Krisna mendapati luka-luka di bagian kepalanya lantaran benturan keras di bagian depan kokpit. Sementara Bima harus dioperasi mengingat bahwa kondisinya yang jauh lebih mengkhawatirkan.“Joey, Bima gimana kondisinya? Dia—”“Stay calm, Kris. Bima baik-baik saja dan operasinya berjalan lancar.” Joey menghapus jejak air matanya, lalu menatap sendu

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   91. Kabar Buruk

    “Ra, beberapa hari lagi kamu mendekati HPL, kan? Nggak usah ke mana-mana dulu, apalagi nongkrong-nongkrong cantik.”Yura yang tadinya fokus dengan pakaian-pakaian bayinya, lantas menoleh ke arah ibunya. Beberapa hari yang lalu Krisna memborong semua perlengkapan bayi setoko-tokonya hanya untuk menyambut kehadiran bayi perempuannya.“Apaan sih, Ma. Lagian kapan coba aku nongkrong-nongkrong cantik? Orang udah lama banget aku di rumah terus.”“Beneran? Kali aja kamu mangkir waktu Abang lagi nugas, kan?” ujar Wulan tak percaya.“Dih, Ma. Sama anak sendiri kok dituduh macam-macam, sih? Aku nggak pernah keluar rumah tanpa seizin suami, ya! Lagian usia kandunganku udah gede gini, daripada aku jalan-jalan, mending aku rebahan sambil drakoran.”“Ya bagus kalau gitu. Ngomong-ngomong udah nemu nama buat anak kamu belum?”“Kenapa? Mama kepo, ya?” ujar Yura menggodai ibunya. “Ma…”“Iya, Sayang?”“Akhir-akhir ini cuaca lagi buruk, ya? Hujan lebat dan disertai angin.”“Kenapa? Kamu khawatir sama Ab

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   90. Possessive Daddy Wanna Be

    “Ra, kamu kok nekat jemput Abang ke bandara, sih? Abang kan udah bilang kalau—”Belum puas mengomel pada istrinya, Yura yang tengah berdiri di depan pintu kedatangan lantas mencium pipi suaminya dengan cepat.Rasa rindunya yang membuncah setelah ditinggal selama empat hari bertugas, membuat Yura jadi tak sabar ingin bertemu dengan suaminya.“Kangen, Bang…”“Ck! Pasti ada maunya, kan?” Mata Krisna memicing. “Nitnit lagi apa, Sayang?” Lalu pria itu membungkukan badan, dan mencium perut Yura yang kini sudah terlihat membola.“Abang! Nggak malu apa dilihatin banyak orang!”Krisna mengedikkan bahu. “Nggak. Abang kan kangen sama kesayangan Papa.”Yura mencebikkan bibir. “Jadi nggak kangen sama mamanya, ya?”“Cie, cemburu!” Krisna mengusap puncak kepala Yura dengan lembut, lalu terkekeh pelan.Usia kandungan Yura sudah menginjak bulan keempat, dan Nitnit adalah nama yang disematkan Krisna pada bayi perempuannya. Entah kenapa panggilan itu terlihat lucu, imut, dan menggemaskan seperti yang di

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   89. Kabar Bahagia

    “Kenapa muka lo kayak kurang pelepasan gitu? Kurang jatah, ya?”Suara vokal Leon yang terdengar, seketika membuyarkan keterdiaman Yura. Perempuan itu berdiri di depan lift, lalu tiba-tiba Leon berdiri di sampingnya dengan tangannya yang melingkar di bahu.“Lo baru berangkat? Nggak ada siaran pagi, ya?”“Lo lupa kalau gue pindah program? Kebanyakan mikirin apa sih, lo! Gue jadi diabaikan gitu.” Leon bersungut-sungut. “Lo kenapa lesu gini? Nggak lagi ada masalah sama laki lo, kan?”Yura menggeleng meskipun raut wajahnya sama sekali belum berubah. “Nggak ada, El. Gue cuma kepikiran sama Abang aja. Sekarang dia baru di jalan ke rumahnya Pak Reno buat nemuin ibunya.”“Ibunya? Maksudnya nyokap kandungnya Krisna?”Pintu lift yang ada di hadapannya lantas terbuka, Yura tak langsung menjawab. Keduanya melangkah masuk ke dalam lift untuk menuju lantai ruangannya.“Iya. Dua hari ini gue nggak bisa tidur nyenyak, El. Tempo hari, Abang ketemu sama ibu kandungnya. Seperti yang gue ceritain di-chat

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   88. Pertemuan Krisna dan Dinda

    Yura menggeliat di atas tempat tidurnya saat bertepatan dengan alarmnya yang berbunyi. Perempuan itu mengerjap pelan, tangannya hendak meraih ponselnya, bersamaan dengan Krisna yang sudah duduk di tepi ranjang tidurnya.“Bang…”Yura mengubah posisinya menjadi duduk. Pria itu sontak menoleh dan mengusap wajah Yura dengan lembut.“Abang nggak tidur semalaman?” tanyanya ketika kini pria itu sudah mendudukkan dirinya di sampingnya, ada perasaan cemas yang mendadak hadir di hatinya. “Udah, kok. Cuma Abang tadi bangun lebih pagi aja, Ra.”“Abang mimpi buruk lagi, ya?” Tidak heran jika perempuan itu tampak khawatir dengan keadaan suaminya. Mengingat bagaimana Krisna beberapa waktu lalu sudah berhasil membuatnya cemas.Yura tahu bahwa mimpi buruk itu selalu membayangi suaminya hampir setiap harinya. Bahkan sudah tak terhitung lagi bagaimana perempuan itu menyeka wajah Krisna yang basah karena peluh keringat atau sekadar mencoba untuk menenangkan Krisna dengan menarik tubuh pria itu ke dalam

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   87. Bujukan Maura

    “Ma, maaf udah bikin Mama pagi-pagi datang ke rumah. Semalaman Abang nggak keluar dari ruang kerjanya, Ma. Abang juga nggak mau dibujuk sama aku. Aku khawatir, Ma.”Maura yang baru saja datang, lantas mengangguk. Sejak pertemuan Krisna dan Dinda semalam, Maura tahu jika Krisna tidak akan baik-baik saja. Namun dia tidak menyangka jika dampaknya akan separah ini.“Dia udah tahu semuanya?”Yura mengangguk. “Ya, Ma. Pak Reno memberikan catatan medis milik ibu kandungnya Abang, dan karena itu juga Abang memilih mengurung diri.”“Mama akan mencoba membujuknya, Ra. Kamu nggak usah khawatir, ya?”“Aku siapin buat sarapan ya, Ma. Semoga Abang bisa dibujuk buat makan, karena sejak semalam Abang belum makan apapun, Ma.”“Iya, Sayang. Mama ke atas dulu kalau begitu.”Yura mengangguk sekali lagi, membiarkan Maura naik ke lantai dua untuk menemui Krisna yang sejak semalam mengurung diri di ruangannya. Sementara Yura melangkah menuju dapur. Dengan perasaan berkecamuk, Maura berdiri tepat di depan p

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   86. Usaha Reno

    “Ra, lagi di mana?”Yura lantas mengangkat wajahnya saat suara Reno terdengar di seberang sana. Matanya mengedar ke sekitar, seolah tahu jika Reno tengah berada di sekitarnya dan mencari keberadaannya.“Udah di dalam ballroom, Pak. Bapak di mana?”“Krisna?”“Dia ke toilet tadi, Pak. Bapak sudah sampai?”“Oh, oke. Sebentar lagi saya masuk. Sampai ketemu di sana, ya.”Yura lantas bangkit dari duduknya, jantungnya mendadak berdebar kencang. Yura tidak bisa membayangkan bagaimana pertemuan Krisna dan ibu kandungnya kali ini. Riak wajahnya seketika berubah, kepalanya mendadak pening.“Sayang, ada apa?”Maura yang melihat perubahan raut wajah Yura, lantas bangkit dan menghampiri perempuan itu.“Ma…” Yura memang belum menceritakan hal ini kepada Maura sebelumnya. “Abang, Ma…”“Kenapa Abang, Ra? Duduk dulu.” Maura meraih segelas minuman yang ada di atas meja, lalu mengangsurkannya ke arah Yura. “Diminum dulu, Sayang.”Beruntung suasana ballroom malam itu gelap, mengingat bahwa cahaya sengaja

DMCA.com Protection Status