"Aku tidak mengenalnya," ucap wanita itu dengan tegas."Kamu dengar, Tuan? Istriku tidak mengenalmu," ucap pria itu tidak kalah tegas.Leo menaikkan salah satu sudut bibirnya memberi senyuman penuh misteri."Tuan, silakan pergi dan jangan mengganggu selera makan kami!" ucap pria itu mengusir Leo.Leo kembali mendengus dengan seringainya. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada, dia memberi sikap tenang, namun dalam wajahnya memberi ekspresi cibiran sembari menahan kemarahan. Hingga saat wanita dan pria itu tidak mengacuhkannya, Leo semakin merasa geram.Dia dengan tegas memembungkukkan tubuh, lalu menghentakkan kedua tangan di atas meja dengan hentakan sedikit keras sehingga menarik perhatian sebagian besar pengunjung restauran, terutama yang duduk di sekitar keberadaan mereka.Sembari berkata, "Yakin kamu tidak mengenal aku?" Matanya menatap tajam wanita itu dengan jarak yang tidak jauh.Wanita itu terkejut dan wajahnya sempat terkesiap karena hentakan dan pertanyaan Leo yang ber
"Katakan! Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?" "Aku tidak tau, Tuan.""Bohong!" bentak Leo.Suara keras Leo membuat tubuh Dea melonjak kaget. Namun, dengan cepat wanita itu kembali meringsut ketakutan hingga tubuhnya gemetar. Dia sama sekali tidak menyangka dan tidak mengetahui kalau wanita yang difitnahnya di hari itu adalah istri dari Leo. Orang yang memiliki nama besar dalam dunia bisnis dan bisa dikatakan Leo adalah orang yang dihindari oleh beberapa orang untuk tidak melakukan kesalahan padanya.Namun, kali ini dia telah melakukan kesalahan besar. Dia telah mengusik, bahkan telah melakukan penindasan dan fitnah terhadap istrinya. Hal ini jelas saja membuat Leo marah dan murka padanya. Bahkan, jika dia tidak bertemu saat direstauran, Leo pasti telah menyuruh orang-orangnya untuk mencarinya."Sumpah, Tuan. Aku tidak mengenali wanita itu," ucap Dea.Tubuh Dea semakin gemetar saat mata Bayu melotot marah padanya dengan wajah murka seperti seekor singa siap menerkam dan menela
"Kamu yakin ingin menemuinya?" Leo tampak meragukan keinginan Alana."Ya, aku ingin melihatnya.""Tapi, Sayang. Ini sangat berbahaya. Bagaimana kalau dia menyerangmu? Kamu sedang hamil."Ketika Alana meminta untuk melihat Carlos di rumah sakit jiwa, Leo tidak hanya merasa ragu, tetapi juga sangat khawatir dan cemas. Meskipun Carlos berada dalam ruangan khusus, Leo tahu bahwa pria itu menderita sakit jiwa yang bisa berpotensi membahayakan orang lain.Meskipun Carlos mengalami gangguan jiwa dan terkadang tidak mengenali orang-orang terdekatnya, ia masih memiliki ambisi untuk membunuh Charles dan seluruh keluarganya. Sepertinya ingatan di kepalanya kembali pada masa-masa perselisihan dan kebencian dengan Charles."Bukankah ada kamu, Bear? Bukankah di sana juga Carlos berada di ruangan khusus? Aku hanya ingin melihatnya dari jauh saja," ucap Alana."Benar, Alana. Aku akan terus bersamamu dan menjagamu. Tapi-" Leo tahu betapa pentingnya menjaga jarak dari Carlos, tetapi dia juga ingin mend
"Pembunuhan? Apakah seperti itu yang kamu dengar?" Leo balik bertanya. Sorot matanya tajam mendalam menghunus petugas dengan wajah dingin, namun penuh dengan aura kuat dan misterius. "Tidak, Tuan. Saya tidak tau apa penyebabnya, makanya saya bertanya karena pria itu selalu saja mengoceh seperti itu. Dia ... dia seperti memiliki dendam pada orang yang memiliki nama Pelangi Jingga, makanya dia seperti ingin membunuh orang itu," jawab petugas cepat-cepat dan terlihat gugup, bahkan suaranya sempat terbata-bata.Leo dan Alana saling beradu pandang. Leo membuat genggaman tangannya semakin erat, sambil memberikan tepukan lembut pada punggung tangan Alana. Ia melihat wajah istrinya yang sedikit pucat setelah mendengar perkataan petugas. Namun, dia ingin memberikan perlindungan dan meyakinkan Alana bahwa ia tidak akan membiarkan Carlos melakukan hal itu. "Bear?" Alana menatap cemas."Jangan takut! Ada aku," lirih Leo mendekatkan bibirnya pada telinga Alana.Dalam situasi ini, Leo mencoba u
"Mereka menyiksanya setiap hari?" Mata Alana menatap lekat butuh jawaban dari Leo."Apa menurutmu seperti itu?" Leo tidak ingin memberinya jawaban, tetapi dia ingin mendengar analisa Alana setelah melihat kondisi Carlos."Tubuhnya penuh bilur luka dan itu terlihat masih baru dan terus menerus," jawab Alana.Alana merasa terguncang dan ngeri ketika mengingat kembali kondisi Carlos yang penuh dengan luka dan bekas-bekas kekerasan. Tubuhnya kurus dan terlihat sangat tidak terawat, membuat Alana hampir tidak dapat mengenali bahwa itu adalah Carlos. Sebenarnya, dia merasa sedih dan tidak tega melihat kondisi Carlos yang seperti itu. Sebagai manusia, dia memiliki hati iba dan kasihan."Dia pantas mendapatkannya."Namun, Leo berbicara dengan nada penuh penekanan dan seru tentang bagaimana Carlos pantas mendapatkan siksaan tersebut. Meski di sisi lain hatinya, Alana merasa tidak setuju dengan pendapat Leo, tetapi yang dilakukan Carlos memang harus mendapatkan gan
"Bear, jangan mati! Jangan tinggalin aku!" Alana menangis meraung meratapi kepergian Leo.Alana sama sekali tidak menyangka bila Carlos tiba-tiba muncul di dalam kamarnya dan membunuh Leo dengan menghujam tubuhnya hingga beberapa kali menggunakan pisau. Awalnya, dia pikir orang yang menyentuhnya adalah Leo, suaminya. Namun, siapa sangka? Saat membuka mata ingin membalas sentuhan Leo, tiba-tiba Alana terkejut setengah mati hingga tubuhnya melonjak. Orang yang berada di atas tubuhnya dan menyentuhnya bukanlah suaminya, melainkan Arga."Kalian pembunuh!" teriak Alana pada Carlos dan Arga.Mereka berdiri di depan Alana dengan wajah dan tawa puas penuh kemenangan karena melihat tubuh Leo terkulai tidak bernyawa dengan bersimbah darah. Mereka telah berhasil membunuh Leo dan membalaskan dendam."Dia pantas mati, Alana," seru Arga di sela tawanya."Kalian yang seharusnya pantas mati!" teriak Alana dengan tangis histeris sembari memeluk tubuh dingin LeoKejadiannya sangat singkat dan cepat.
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang