Share

Pergunjingan dan Kecurangan

Author: Widanish
last update Last Updated: 2022-02-06 07:52:18
"Iya, Mur. Bu RT dan Pak RT orangnya amanah. Gak mungkin dia melewatkan kamu," timpal yang lain.

Aku hanya menghela napas. Bagaimana caranya menjelaskan kepada mereka yang pikirannya dipenuhi prasangka? 

Akan sangat sulit memberitahu seseorang perihal kebenaran jika di hatinya sudah tertanam prasangka yang begitu kuat.

Jadi, aku memilih diam.

"Kalau memang benar kamu tidak didata dan tidak diundang, kamu bisa melapor ke panitia di Balai Desa, Mur. Mungkin Bu RT atau Pak RT lupa," kata Bi Idah, yang lebih bijaksana menanggapi.

"Nanti akan saya coba tanyakan," jawabku.

Sejenak, pembahasan tentang dana bantuan terhenti. Ibu-ibu itu kini pada duduk di bangku depan warungku sambil mengipasi wajah dengan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Melawan Penguasa Kampung

    "Astaghfirulloh, jadi dataku diganti data Ayu, Mas? Jahat bener itu orang. Pantas saja tadi pagi aku juga lihat Ayu naik ojeg dengan berpakaian rapi, pasti dia ke Balai Desa. Tapi heran, Mas, warga di sini sangat percaya sama Bu RT, mereka malah nuduh aku fitnah waktu kuceritakan kalau aku gak diundang," kataku."Ya karena Bu RT kalau sama mereka baik, Mur. Tapi sama kita memang beda, sejak kamu buka warung. Dia gak suka lihat kita kaya, dan dia memang orangnya gak suka tersaingi. Lihat warungmu laris, dia takut kamu akan menyaingi kekayaannya."Mas Dasep bicara seolah itu bukan dirinya, baru kali ini kudengar suamiku membicarakan oranglain dengan begitu kesalnya. Biasanya, Mas Dasep masih bisa tenang saat membahas orang yang telah menjahati kami, tapi kali ini lain. Memang sih, yang dilakukan Bu RT itu sangat di luar batas, aku juga merasa marah sebenarnya.&

    Last Updated : 2022-02-06
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Kedatangan Husni

    Pak RT pulang dengan memasang wajah marah. Sementara mas Dasep tak memedulikan, dia langsung mengajakku berangkat ke rumah Pak Tisna."Mas, apa tadi tidak berlebihan? Pak RT kan tidak bersalah, yang curang itu kan Bu RT-nya. Tapi, tadi Mas terkesan menyalahkan Pak RT loh. Padahal, Pak RT datang untuk meminta maaf. Apa kita gak kelewatan memperlakukan tamu yang datang dengan niat baik ke rumah kita?"Di tengah perjalanan, kucoba berbicara dengan suamiku. Sekedar untuk mengingatkannya agar tak terlalu terbawa emosi ketika berbicara dengan orang lain."Ya memang bukan Pak RT yang melakukannya, tapi dia tetap bertanggungjawab atas kecurangan ini. Apalagi yang melakukan itu istrinya, keluarganya. Gak bisa dengan hanya meminta maaf lalu masalah selesai. Tetap, kita harus mengadu ke panitia, itulah yang seharusnya kita lakuka

    Last Updated : 2022-02-08
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Cari Orang

    "Yang ke dua apa, Husni?"Bapak Mertua bertanya karena Husni tak melanjutkan perkataaannya. Dia malah terdiam seperti tengah menyiapkan mental.Bapak Mertua pun tampak mulai menahan emosi karena mendengar Husni ingin menceraikan Mila."Yang ke dua ... ka—karena ... ibuku di Jakarta telah menjodohkanku dengan wanita lain," lanjut Husni dengan terbata.Berbeda dengan tadi saat menjelaskan alasan pertama, kali ini Husni terlihat ketakutan saat menjelaskan alasan yang ke dua.Tentu saja, kami semua yang mendengar tak hanya syok, tapi juga marah. Bagaimana bisa mertuanya Mila menjodohkan Husni yang masih sah menjadi suami Mila?!Bapak Mertua memukul dinding di sampingnya, sementara Mas Dasep menahan nap

    Last Updated : 2022-02-08
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Minta Modal

    "Bagaimana kalau Bibi?" usul Mas Dasep."Gak mungkin, Mas. Bibi kan jualan di terminal, dia juga sibuk."Sambil terus memikirkan siapa kira-kira orang yang bisa dipercaya untuk membantu mengurus usahaku, aku dan Mas Dasep terus mengerjakan pesanan hingga tak terasa kini semuanya sudah selesai dibungkus.Mas Dasep mencuci wadah dan membereskan dapur yang berantakan, sementara aku menyapu lantai.Di saat menyapu, aku teringat dengan masa-masa dulu saat pertama pindah ke desa ini. Waktu itu jualan orangtuaku di terminal masih sepi. Kadang untuk mendapatkan uang jajan, sebelum berangkat dan sepulang sekolah, aku selalu mampir di warung nasi Bu Aisyah untuk menyapu lantai di sana, dan aku mendapatkan upah. Dari situlah aku bisa mendapatkan uang jajan.&nb

    Last Updated : 2022-02-09
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Menyelamatkan Azkia

    Kejadian lagi. Ibu Mertua tidak peka dengan keadaanku. Padahal, baru saja Bapak berbicara tentang biaya persalinan, namun Ibu Mertua ribut ingin pinjam uangku lagi."Tiga juta saja ya, Bu. Semoga cukup. Maaf, aku hanya bisa beri segitu," jawabku."Tiga juta cukup beli apa, Mur? Ibu ingin jualan lengkap di warung, biar penuh gitu barang dagangannya, biar ramai pembeli. Masa tiga juta, nanggung," balas Ibu Mertua."Cukup kok, Bu. Aku aja pertama buka warung modal sejuta, lalu habis karena dipinjam. Yang kedua, aku modal dua ratus ribu, dan sampai sekarang malah semakin bertambah. Warungku penuh barang dagangan. Intinya bukan di modalnya, Bu, tapi mengelolanya."Aku coba memberikan pengertian pada Ibu Mertua. Namun, dia masih saja merajuk. "Jangan nasihatin orangtua, deh. Ibu dan kamu lebih pengalam

    Last Updated : 2022-02-09
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tanah Kuburan

    "Ikut ke mana, Neng Murni?" tanya Pak RT."Saya punya usaha jualan online dan warung kecil-kecilan di rumah. Kebetulan saya membutuhkan pegawai, saya mau ajak Azkia kerja di tempat saya," jawabku."Tapi Azkia masih usia sekolah, masih kecil. Kasihan kalau dia bekerja.""Lebih baik Azkia kerja daripada menikah di usia terlalu muda, Pak. Kasihan sekali, lagipula Azkia tidak mau menikah sekarang.""Saya sudah jodohkan Azkia dengan kenalan saya itu. Lebih baik Azkia menikah, dia tinggal mengurus rumahtangga dan mendapat nafkah, tidak perlu cape-cape kerja. Lebih baik seperti itu," balas Pak RT keukeuh dengan pendapatnya.Beginilah nasib seorang anak kecil yang sudah tak punya orangtua. Dia tak bisa menentukan jalan hidupnya sendiri, mes

    Last Updated : 2022-02-09
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tumben Bu RT Mampir

    "Ya Alloh, Mas. Kalau benar ini tanah kuburan, kenapa bisa ada di atas tempat tidur kita? Siapa yang menaburkannya di sini? Apalagi tanah ini masih basah, dan bunga-bunga itu juga pasti bunga dari atas kuburan kan, Mas!""Sepertinya ini 'kerjaan' orang. Kamu yakin tadi siang gak ada yang masuk rumah kita? Jendela kamar gak dibuka?" Mas Dasep kembali mempertanyakan kesaksianku."Yakin, Mas. Jendela kamar selalu kututup kalau lagi jaga warung."Mas Dasep mengambil masker dari dalam lemari. Dia mengambilkannya untukku juga. Bau bunga semakin menyengat setelah kasur diangkat, jadi kami butuh masker untuk mengurangi baunya.Di lantai kamar, tanah kuburan yang tadi berjatuhan dari kasur mulai disapu oleh Mas Dasep. Ada cacing-cacing kecil juga yang menggeliat di tanah itu. Jijik

    Last Updated : 2022-02-09
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Mila Come Back

    "Namanya Azkia, yatim piatu dari Desa Sindang. Mulai sekarang dia bekerja di sini," jawabku."Tak boleh kamu mempekerjakan seorang anak kecil, dia harusnya sekolah," balas Bu RT jutek dan dingin.Dari sikapnya, terlihat dia hanya ingin mempersukit urusanku saja, bukan karena benar-benar peduli pada Azkia."Azkia memang sudah putus sekolah, Bu. Lagipula, dia sudah cukup dewasa, bulan depan genap usia 17 tahun. Dia maunya kerja, nanti akan ngambil paket B dan C. Saya juga sudah bicarakan dengan RT di kampungnya, dan beliau mengizinkan. Karena, Azkia memang benar-benar butuh pekerjaan, dia hanya tinggal bersama neneknya yang sudah sangat sepuh," jelasku.Bu RT langsung mendelik, membuang muka dan melengos begitu saja. Padahal, aku hendak mempersilakannya duduk.

    Last Updated : 2022-02-09

Latest chapter

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Miskin

    “Enggak, Mas Dasep, Ayu gak sedang pura-pura. Sepertinya dia beneran gak waras!” kata Pak RT dengan nada dan ekspresi terkejut. “Lihat saja!”Pak RT menunjuk wajah Ayu, tatapan biang onar itu memang benar-benar kosong, tak terlihat seperti akting.Mas Dasep mendekat, diikuti semua warga mendekati Ayu yang masih tertawa cekikan tak jelas. Kurasa benar, Ayu tidak sedang berpura-pura.“Aduh, bagaimana ini? Sekarang tersangkanya malah tidak bisa ditanyai,” kata Bapak Mertua seakan bicara pada dirinya sendiri.Bapak dan Pak RT membangunkan Ayu hingga sekarang posisi Ayu berdiri, namun nampaknya Ayu lemas dia hampir terjatuh meskipun beberapa kali Bapak Mertua dan Pak RT membangunkannya.“Gimana nih nasib uang kita kalau tersangkanya gak waras kayak gini? Boro-boro minta ganti rugi, diajak ngobrol aja gak nyambung!” kata warga.“Sudahlah, kita berhenti bicara soal uang dulu. Yang terpenting sekarang bagaimana kita menenangkan Ayu!” jawab Bapak Mertua. “Lihat, dia terus berontak sambil teria

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Ayu Menjadi Gila

    Kulihat Mas Dasep keluar dari arah dapur produksi dan berlari ke arah kerumunan. Refleks kakiku melangkah ke luar warung, mengejar Mas Dasep.“Ada apa ini, Mur? Kok pada bawa golok segala itu?” Rupanya, saking terlalu fokus di dapur produksi, Mas Dasep baru ‘ngeuh’ kalau Ayu sudah tertangkap.“Itu Ayu yang dibonceng Pak RT, Mas! Warga mau menghakiminya!” jawabku tak kalah panik. “Cepat hentikan mereka, Mas!”“Astaghfirulloh!”Mas Dasep langsung menerobos kerumunan hingga kini dia berada diantata Ayu dan Pak RT, menengahi pertikaian mereka dan warga.Satu orang maju mengacungkan tinju pada Ayu dan hendak saja memukulnya, namun ditahan oleh Mas Dasep. Tak berhenti sampai di situ, warga yang lain pun melakukan aksi serupa dan membuat Mas Dasep semakin kewalahan menghadapi mereka, bahkan kulihat Mas Dasep tak sanggup lagi menahan gejolak amarah warga.Tak lama kemudian, aku kesulitan menyaksikan lagi apa yang terjadi di kerumunan sana, karena warga yang berdesakkan dan tak mau diam mengha

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tinju, Tongkat, Hingga Golok!

    "Minta tolong apa, Mbak?""Selama ini saya menghilang karena saya kabur-kaburan, saya dikejar-kejar pihak kepolisian, karena disangka telah membantu menyembunyikan Ayu. Padahal, selama ini saya sendiri tidak tahu kalau Ayu adalah buronan. Saya mengenalnya karena waktu itu tak sengaja bertemu di minimarket, dia minta tolong dicarikan rumah kontrakan dan akhirnya saya bantu. Saya juga lumayan sering mengunjunginya untuk memberinya sedikit makanan, karena kasihan dia mengaku diusir dari kampungnya dan hanya membawa pakaian yang menempel di badan. Saya juga bayarkan rumah kontrakannya yang di belakang minimarket itu," jelas Mbak Widi di telepon dengan panjang lebar."Kalau begitu, Mbak Widi gak perlu merasa takut. Jangan kabur lagi, kalau ditanyai polisi tinggal jelaskan saja seperti yang tadi Mbak jelaskan ke saya. Lagipula, polisi minta keterangan Mbak sebagai saksi, bukan sebagai tersangka," kataku. "Tetap saja, kalau di depan polisi saya pasti gugup. Saya sudah takut duluan, Mbak Mur

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Yang Datang Kembali

    "Ya, Mas paham."Satu jawaban yang membuatku tenang. Mas Dasep kemudian membantuku mencetak adonan pentol. Kami menghabiskan waktu menjelang subuh bersama, mengobrol dan bertukar pikiran tentang kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini menimpa kampung dan keluargaku."Tapi, bagaimana mereka tahu tentang permasalahan kita dengan Pak Hendar ya, Mas?" tanyaku."Palingan juga dari Mang Sidik. Waktu ngurusin Aminah kan dia lumayan sering bolak-balik rumah kita, mungkin dia tak sengaja mendengar kita membahas Pak Hendar," jawab Mas Dasep."Bisa juga sih. Tapi apa iya Mang Sidik suka nyebar gosip? Rasanya tidak, Mas. Apa jangan-jangan Mang Kosim dan Mang Surya, yang waktu malam kemarin Pak Hendar bertamu ke sini mereka tengah ngobrol dengan Bapak dan Pak RT. Bisa jadi Mang Kosim dan Mang Surya mencuri dengar percakapan kita?""Entah. Sudahlah, tak penting siapa yang menyebar, tak penting orang-orang mau menggosipkanmu. Yang penting aku percaya padmau, iya kan?"Seulas senyum tersungging di bib

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Dipandang Rendah

    "Maaf, Bu Rosita, tolong ulangi sekali lagi perkataan Ibu barusan?" tanyaku dengan hati yang meletup karena kaget."Jangan pura-pura tak mendengar, Mbak Murni. Saya mengatakan dengan jelas, tadi," jawabnya sinis. Delikan matanya menyiratkan persaingan sengit terhadapku.Kucoba mengatur napas, untuk sedikit meredakan emosi yang mulai naik gara-gara pernyataan barusan."Bagaimana bisa Bu Rosita berpikir saya ada macam-macam dengan Pak Hendar, sementara Bu Rosita sendiri tahu saya ini sudah bersuami?" kataku."Memang, sudah bersuami. Tapi, jaman sekarang status perkawinan tidak jadi penghalamg untuk seseorang berbuat serong," balasnya."Maksudnya bicara begitu supaya apa, ya?" tanyaku, masih coba bersabar meladeninya."Supaya Mbak Murni jauh-jauh dari Pak Hendar. Saya sedang dalam proses penjajakan dengannya. Dan saya harap, Mbak Murni jangan jadi penghalang. Keluarlah dari kegiatan, jangan mau diajak jadi pemateri oleh Pak Hendar. Pokoknya, menjauh deh dari kehidupan kami!" jawabnya lan

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Oh, Ternyata

    Tak hanya Mas Dasep, aku pun mencemaskan hal yang sama. Jika Ayu bebas berkeliaran, dia akan semakin leluasa menjalankan misinya."Satu hal yang menjadi pertanyaanku, tentang ambisi Ayu untuk mengganggu kehidupanku. Kenapa dia sampai sejauh ini melakukannya padaku terus-menerus, sejak pertemuan kami yang pertama bahkan hingga saat ini? Dia bilang dendam. Ingin membuatku miskin dan ingin menghancurkan rumahtanggaku. Kenapa dia begitu benci padaku, Bu, Pak? Aku tak pernah sedikitpun menyakitinya." Aku bertanya pada kedua mertuaku yang sepertinya juga tak tahu jawabannya. Tampak Bapak dan Ibu saling melirik sekilas dengan ekspresi yang entah seperti apa, sulit kubaca. Namun, sepertinya mereka teringat sesuatu yang sudah jauh berlalu."Sudah jelas kan, awal mulanya karena saingan warung," jawab Ibu Mertua."Tapi kan semua sudah berlalu. Warung Ayu sudah lama bangkrut. Dia juga sudah pergi dari kampung ini. Tapi kenapa dendamnya masih awet? Kurasa, ada sesuatu yang lain.""Entahlah, Kak M

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tabayun

    "Nah, itu orangnya datang, Mur. Cepat selesaikan masalahmu."Ibu Mertua yang telah mengetahui kesalahpahaman dengan Pak Hendar, lantas mengambilalih kukusan dari tanganku dan menyuruhku cepat-cepat ke ruang tamu untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.Masih ada Pak RT dan tiga orang warga di ruang tamu, kini ditambah Pak Hendar. Aku menyapanya begitu sampai menemuinya.Mas Dasep juga tampak sudah menungguku dan langsung menyuruhku duduk di sampingnya."Tadi saya dikasihtahu tetangga, katanya Mas Dasep ke rumah cari-cari saya, ya? Tadi saya sedang ada seminar, jadi gak ada di rumah. Ada apa kiranya, Mas Dasep?" Pak Hendar mengawali pembicaraan."Begini, Pak Hendar. Sehari yang lalu, istri saya dapat paket berisi sepatu berhak tinggi, tas mahal, dan set make up lengkap dengan kuas-kuasnya. Saya kaget, kok ada yang mengirimi istri saya barang-barang seperti itu, secara istri saya ini kan orangnya tidak suka pakai-pakai begituan, seakan-akan orang yang mengirim ini ingin istri saya

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tamu yang Mencariku

    "Ah, jangan iseng, Mur," keluh Mas Dasep, dia kecewa karena menganggapku berbohong."Tapi benar, Mas. Chat nya terhapus," jelasku dengan suara pelan.Lemas sudah rasanya, kecerobohanku berujung ketidakpercayaan dari suamiku. Kedua mataku mulai menghangat, rasanya lelah hati dan pikiran ini menghadapi situasi sekarang. Jika dulu aku banyak menelan fitnah dan tuduhan dari Ayu dan Bu RT tentang dukun penglaris, juga para warga yang sempat tidak percaya pada kejujuranku dalam berdagang, aku dapat menerima itu semua. Tapi, kali ini ketika Mas Dasep mempertanyakan kejujuranku, sungguh tak ada yang lebih menyakitkan daripada tak dipercayai suami sendiri.Rasanya lebih baik aku tak dipercaya orang lain ketimbang tak dipercaya suami."Kamu lagi sensitif, Dasep." Bapak Mertua menimpali."Mas kenapa seperti tak percaya padaku?" tanyaku."Sudahlah, Murni. Mas lelah, ingin istirahat dulu."Mas Dasep beranjak menuju rumah. Dari sikapnya, dia memang tak benar-benar menunjukkan sedang marah padaku.

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Pesan Yang Terhapus

    "Kok ke sini, sih?" gumamku refleks. Tentu aku keberatan jika Aminah tinggal di kampung ini. Meski tak serumah, tapi pasti dia akan jadi biang masalah nantinya."Ya, yang kulihat, Aminah itu merasa aman kalau dekat Dasep," kata Mang Sidik. Rupanya dia mendengar gumamanku barusan."Mang Sidik mengerti kan apa yang saya khawatirkan?""Ngerti kok, Mur. Tapi jangan dulu berpikiran macam-macam. Bisa jadi Aminah hanya membutuhkan rasa aman saja, bukan berarti suka, terus mau mengambil hatinya Dasep.""Tetap saja meresahkan," jawabku. "Pantas saja istri Mang Sidik cemburu, saya bisa rasakan sendiri waktu Aminah menginap di sini.""Lho, memangnya kenapa harus cemburu? Aduh, perempuan suka ada-ada saja kelakuannya. Masa suami gak ngapa-ngapain aja cemburu?" komentar Mang Sidik. "Lagipula belum tentu dia jadi ngontrak di sini. Coba bayangkan, kalau dia ngontrak, siapa yang mau bayar kontrakannya? Aminah kan hanya ibu rumah tangga biasa, dia gak punya pekerjaan."Aku mengambil gelas bekas kopi M

DMCA.com Protection Status