"Tunggu!"Pamela menghentikan Kalana lagi.Kalana yang hendak meneguk anggur merah itu pun berhenti. Kemudian, dia bertanya dengan heran, "Ada apa, Kak Pamela?"Pamela berkata sambil mengerutkan keningnya, "Aku ingat sepertinya tubuh Nona Kalana nggak begitu sehat? Kenapa kamu masih minum anggur dingin! Nona Kalana, kamu lebih baik meminum jus delima yang disiapkan khusus oleh Nyonya Kelly!"Kalana berkata sambil tersenyum kaku, "Kak Pamela, kamu saja yang minum jus. Aku harus menghormatimu. Bagaimana mungkin aku hanya meminum jus? Selain itu, penyakitku ini sudah sangat lama. Nggak apa-apa sesekali minum sedikit anggur!"Pamela tidak setuju. "Kamu bersulang dengan anggur, tapi aku malah meminum jus sebagai pengganti anggur. Menurutku, ini nggak baik. Itu akan membuatku terlihat sangat nggak tulus. Sudahlah, kita lebih baik nggak bersulang saja!"Saat berkata, Pamela hendak meletakkan segelas jus delima di tangannya ....Saat Kelly dan Kalana melihat situasi ini, kedua ibu dan anak itu
Oleh karena itu, Kalana berharap kakaknya dapat mendukungnya dan menyampaikan beberapa patah kata kepada Pamela!Alhasil, Jason hanya menyipitkan matanya dengan tegas dan berkata dengan nada dingin, "Kalau tamu nggak mau minum, ya sudah. Kenapa kamu masih ingin memaksa tamu untuk minum bersamamu?""Bukan ...." Kalana merasa lebih sedih. Kakaknya tidak melindunginya.Pamela sialan, tadi dia memang sengaja berbuat seperti itu!Kelly juga merasa marah dengan tipuan Pamela. Namun, sekarang dia lebih mengkhawatirkan kesehatan putrinya ...."Kalana, apakah kamu lupa minum vitamin hari ini?" Kelly mengingatkan putrinya.Kalana tersadar kembali. Dia segera memahami maksud ibunya. "Ya! Aku lupa. Pantas saja aku merasa nggak enak badan! Eh ... Kakek, Nenek, Ayah, Kak, kalian makanlah. Aku akan pergi minum vitamin dulu, lalu turun menemani kalian!"Setelah berkata, dia berbalik dan pergi dengan tergesa-gesa.Melihat Kalana pergi dengan tergesa-gesa, Pamela mengerutkan bibirnya sambil memakan paha
"Kak Pamela, apa yang kamu bicarakan? Ibuku dengan baik hati memeras jus segar untukmu. Nggak apa-apa kalau kamu nggak meminumnya. Kenapa kamu masih memfitnah ibuku!"Kalana dengan cepat sadar kembali dan mulai berpura-pura tidak tahu.Pamela berdiri tegak, lalu berkata sambil terkekeh, "Karena ibumu berbaik hati membuat jus itu, kenapa kamu datang ke kamar mandi untuk memuntahkan jus itu?"Kalana menolak untuk mengakuinya. "Aku nggak muntah, aku hanya pergi ke toilet!"Pamela sudah tahu bahwa Kalana tidak akan mengakuinya. "Benarkah? Bagaimana kalau aku meminta kepada kakek nenekmu mengirim seseorang untuk menguji apakah ada bahan lain yang ditambahkan ke jus delima itu?"Kalana berkata dengan panik, "Pamela, cukup! Aku beri tahu kamu! Ini rumahku, semua orang adalah kerabatku, nggak akan ada orang yang percaya kebohongan orang luar sepertimu!"Pamela bertanya sambil tersenyum, "Mau mencobanya?"Kalana merasa bersalah. Dia menggertakkan gigi dan tidak berani memprovokasi Pamela lagi.
Setelah menerima isyarat dari Jason, para pelayan Keluarga Yanuar segera membawakan kursi.Agam duduk di sana, tapi dia mengusir para pelayan yang datang untuk menyajikan peralatan makan.Agam tidak mau makan, tapi dia bisa menunggu sampai Pamela selesai makan dan pergi dari sana.Keluarga Dirgantara dan Keluarga Yanuar tidak akur. Keluarga Yanuar jelas tidak menyambut kedatangan Agam. Sementara Agam juga tidak berniat datang. Agam bersikap sopan pada anggota Keluarga Yanuar hanya demi Pamela.Melihat pelayan yang membawa peralatan makan dibubarkan, Kalana berjalan mendekat dan memberi Agam sendok dengan lembut dan penuh perhatian. "Agam, kamu makanlah! Seharusnya kamu baru saja pulang kerja. Kamu pasti lelah setelah bekerja seharian, 'kan?"Agam melirik tangan Kalana yang menyerahkan sendok sambil berkata, "Terima kasih, tapi nggak perlu."Saat ini, Pamela mengambil sepotong udang goreng dan menyuapkannya ke mulut Agam. "Paman, cobalah. Keterampilan koki Kakek Jason sangat bagus!"Eks
Jason segera berdiri dan membungkuk. Lalu, dia memapah adiknya yang hampir pingsan. "Justin! Kamu kenapa?"Pada saat ini, wajah Justin terlihat pucat dengan keringat yang bercucuran di dahinya. Dia mengerutkan keningnya dengan ekspresi kesakitan. "Kak, aku sakit ....""Di mana yang sakit?""Perutku ... sakit sekali ...."Marko dan Kelly juga segera memeriksa kondisi putra mereka!Marko masih terlihat tenang. "Apa yang terjadi? Apakah radang usus buntu? Pelayan, hubungi dokter keluarga untuk memeriksa kondisi Justin!"Kelly sangat panik sehingga dia berlutut dan mengguncang putranya yang setengah sadar sambil berseru, "Justin! Justin, ada apa denganmu? Jangan menakuti Ibu!"Pamela tidak tahan lagi. Dia mendorong Kelly yang mengguncang pasien secara acak. Kemudian, Pamela berjongkok dan memeriksa denyut nadi Justin dengan tenang. Saat ini, dia berkata dengan ekspresi serius, "Tuan Muda Justin nggak bisa diobati oleh dokter keluarga! Paman, telepon ambulans!"Keduanya memahami satu sama l
Agam mengulurkan tangannya yang kasar dan menyentuh kepala Pamela. Dia menenangkan kegelisahan Pamela yang tak terekspresikan sambil berkata dengan hangat, "Kalau kamu khawatir, ayo kita pergi ke rumah sakit?"Pamela menganggukkan kepalanya.Kemudian, Agam menginjak pedal gas dan melaju ke arah ambulans .......Di Rumah Sakit.Di ruang gawat darurat, seorang dokter berjalan keluar, melepas maskernya dan memberi tahu anggota keluarga itu dengan ekspresi serius, "Setelah pemeriksaan, kami telah memastikan bahwa kondisi pasien adalah pendarahan lambung akut."Saat Kelly mendengar ini, wajahnya terlihat panik, "Apa? Pen ... pendarahan lambung? Dokter! Kenapa anakku tiba-tiba menderita pendarahan lambung?"Dokter bertanya, "Apa yang pasien makan hari ini? Sekarang kamu menduga itu disebabkan oleh keracunan makanan."Mata Kelly berkedip. Dia tanpa sadar melirik putrinya yang berada di samping. Kemudian, dia menjawab."Dokter, pagi, siang dan sore ini anakku makan di rumah. Pasti nggak ada m
"Sebenarnya, siapa yang menyia-nyiakan waktu dokter?" Pamela mengangkat alisnya dengan tidak sabar. Dia meraih kerah Kalana dan mendorongnya ke sisi Kelly. "Kalau Nona Kalana nggak menghalangi di sini dan berbicara omong kosong, aku sudah selesai berbicara dengan dokter!"Kalana yang didorong itu kehilangan keseimbangan hingga terhempas ke tubuh Kelly. Kalana menggertakkan giginya dengan marah.Setelah Kalana berdiri tegak, dia sudah terlambat untuk menghentikan Pamela berbicara ....Pamela memberi tahu dokter, "Selain makan tiga kali sehari, pasien di dalam juga meminum segelas minuman yang belum pernah kami minum."Dokter sangat mementingkan petunjuk ini, "Maaf, apa yang dia minum?""Jus buah delima yang diperas oleh ibu pasien. Pasien meminum segelas besar. Dokter, ada sisa jus delima di serbet ini. Sebaiknya pihak rumah sakit memeriksanya untuk melihat apakah ada bahan berbahaya di dalamnya," kata Pamela sambil menyerahkan kepada dokter serbet yang dia gunakan di meja makan Keluarg
Apakah mungkin seorang ibu akan menyakiti putranya sendiri? Kak, apakah kamu lupa? Aku juga minum jus delima itu, kalau jus delima itu beracun, bagaimana mungkin aku baik-baik saja?""Kalau kita berasumsi bahwa memang ada yang nggak beres dengan jus delima itu, kemungkinan besar itu adalah kesalahan yang nggak disengaja, pasti bukan Ibu sengaja melakukannya!"Kalana menjelaskannya dengan masuk akal. Dia mengatakan bahwa dia telah meminum jus delima itu. Hal ini membuat Jason tidak menemukan kejanggalannya, sehingga kecurigaan Jason pada Kelly pun berkurang. Jason tidak mengatakan apa-apa lagi.Pamela terkekeh pelan, "Nona Kalana, apakah kamu lupa? Tadi, saat kamu baru saja selesai minum jus delima, kamu berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan semuanya?"Mata Kalana berkedip dan alisnya berkerut. Kalana menekan ketidakbahagiaan dan kebencian di hatinya sambil menatap Pamela dengan ekspresi sedih seolah-olah dia telah dianiaya."Kak Pamela, apakah kamu sangat ingin membuat onar? Kapan a
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen