Pelayan yang bertanggung jawab menjaga mereka juga tidak berdaya ...."Nyonya, Tuan Heri dan Nona Vani berebut mainan. Kami nggak bisa menghentikan mereka ....""Begitu kami lewat, mereka berdua sudah kehilangan kesabaran ...."Pamela mencubit alisnya. Akhir-akhir ini, dia terlalu sibuk untuk mendidik kedua bocah nakal ini. Temperamen mereka menjadi semakin buruk!"Cukup! Kalian berdua masih ingin berantem, ya?"Mendengar ibu mereka telah marah, kedua bocah itu tidak berani berkata apa-apa ....Pamela membawa kedua bocah itu kemari, lalu memberi mereka ceramah dan menghukum mereka untuk tidak makan camilan selama sebulan!Saat mereka mendengar bahwa mereka tidak diperbolehkan makan camilan, kedua anak kecil itu terlihat sedih ....Pamela tidak mengalah. Dia mengeluarkan buku yang diberikan oleh taman kanak-kanak dan meminta mereka berdua untuk berlatih menulis. Dia akan memeriksanya ketika dia kembali lagi nanti!Setelah melakukan kesalahan dan dihukum oleh Pamela, Heri dan Vani tidak
Setelah siang malam melakukan penyelidikan dan pencarian, akhirnya Theo menemukan di mana istri dan putrinya tinggal.Setelah menemukan di tempat tinggal Silvia dan Sonya, Theo membunyikan bel pintu.Bel pintu berbunyi beberapa saat, lalu Theo mendengar langkah kaki datang dari dalam. "Sebentar, sebentar!"Suara itu adalah suara Sonya.Berpikir bahwa makanan yang dia pesan telah diantar, Sonya berlari dengan cepat. Saat dia membuka pintu, Sonya melihat ayahnya berdiri di luar dengan wajah cemberut!Sonya tertegun sejenak, lalu membanting pintu hingga tertutup lagi!"So ...."Sebelum Theo memanggil putrinya, pintu telah ditutup. Hal ini membuat wajah Theo menjadi semakin masam. Dia menarik napas dalam-dalam untuk menahan amarahnya dan membunyikan bel pintu lagi.Kali ini, tidak ada yang datang membukakan pintu untuknya!Melihat wajah Theo yang semakin masam, bawahannya menjadi sedikit gelisah. "Tuan, bagaimana kalau kita mendobrak pintu saja?"Theo memasang wajah cemberut sambil melamba
"Yah! Aku meninggalkanmu dan kondisi hidupku anjlok, tapi jangan khawatir. Kami nggak akan pernah mati kelaparan! Apa yang kamu lakukan di sini? Kalau ada yang ingin kamu katakan, cepat katakan. Kalau nggak, pergilah secepatnya. Jangan mengganggu kami makan!"Mendengar istrinya yang lembut berbicara kasar kepadanya, Theo merasa tidak nyaman. Dia menghela napas, duduk dan sedikit melunakkan nadanya. "Sudahlah, apakah kamu belum cukup bertengkar? Berapa umurmu, kenapa kamu masih begitu keras kepala seperti saat muda? Kembalilah bersamaku setelah makan!"Silvia memegang sepotong sayap ayam goreng, menggigitnya, lalu meletakkannya dan berkata, "Irwanto, apakah kamu nggak mendengar apa yang aku katakan padamu hari itu. Apakah kamu nggak menganggap serius apa yang aku katakan?"Theo terlihat polos. "Kapan aku nggak menganggap serius perkataanmu? Silvia, bisakah kita berhenti bertengkar?"Silvia mengambil minuman soda putrinya dan menyesapnya. "Aku bilang aku ingin bercerai denganmu, apakah k
Awalnya, Theo hanya ingin merokok untuk menghilangkan rasa canggungnya. Namun, ketika rokok itu diambil, dia menjadi semakin canggung ...."Silvia, aku mengerti semua yang baru saja kamu katakan. Ada beberapa hal yang nggak aku pertimbangkan, ini sangat nggak adil bagi Sonya! Tapi, agar Sonya memiliki keluarga yang utuh, kamu nggak boleh bercerai begitu saja! Sonya masih kecil ...."Sonya yang sedang duduk di samping ibunya sambil menyantap burger menyela, "Jangan jadikan aku sebagai alasan, aku nggak peduli! Lagi pula setelah kalian bercerai, aku akan tinggal bersama ibuku. Itu masih keluarga yang utuh untukku!"Theo berkata, "Anak ini ...."Silvia memutar matanya ke arah Theo. "Apakah kamu mendengarnya? Nggak masalah apakah ayah yang pilih kasih sepertimu ada atau nggak!"Theo tidak bisa merokok, jadi dia menepuk pahanya dengan kesal. Setelah terdiam lama, dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Bagaimana mungkin aku akan pilih kasih hingga aku nggak akan meninggalkan apa pun untukmu
Silvia terdiam seribu bahasa ....Sonya menghampiri dan berkata, "Ayah, kamu nggak bisa menyalahkan Ibu karena salah paham padamu? Bahkan aku pun selalu merasa kamu memihak Sophia!"Theo mengangkat kepalanya dan menatap putri kecilnya. "Dasar nggak berperasaan. Apakah Ayah nggak menyayangimu?"Sonya meletakkan burger yang dimakan hingga setengah, lalu berkata sambil menyilangkan tangannya, "Kamu memang mencintaiku, tapi hanya saat Sophia nggak ada. Ayah akan menganggapku sebagai prioritas utama! Begitu Sophia muncul dan memprovokasi, Ayah akan segera mendengarkan ucapannya!"Theo juga tahu bahwa terkadang dia sangat memihak pada Sophia. Hal itu karena dia merasa bersalah terhadap ibunya Sophia, bukan karena dia lebih menyayangi Sophia."Sonya, bagaimana kamu bisa mengatakan kakakmu memprovokasi? Sikap Sophia memang agak dibuat-buat, tapi dia nggak memprovokasi. Kamu nggak boleh berbicara seperti itu tentang kakakmu di masa depan."Mendengar ceramah ayahnya yang serius, Sonya memutar bo
Theo tidak ingin berpisah. Dia sangat mencintai wanita ini. Jika tidak, dia tidak akan bersikap rendah hati dan datang mencari Silvia ...."Silvia! Aku tahu kamu nggak menyukai Sophia, tapi dia adalah putri kandungku. Aku nggak bisa melepaskannya!"Silvia berkata dengan acuh tak acuh, "Aku bukannya nggak menyukai putri sulungmu. Dia yang nggak menyukaiku dan nggak mau menerimaku. Aku nggak ingin memaksanya, aku juga nggak ingin memaksakan diriku. Theo, aku harap kamu bisa mengerti pilihanku!"Theo menjadi cemas. "Aku nggak mengerti! Aku nggak mungkin menceraikanmu. Kita sudah bersama hampir sepanjang hidup kita. Kita nggak bisa bercerai begitu saja!"Silvia terlihat tidak berdaya. "Theo ...."Theo mengangkat tangannya untuk menghentikannya. "Oke! Kamu nggak perlu memberitahuku apa pun lagi. Kalau kamu bersedia untuk kembali bersamaku, kita akan kembali bersama! Kalau kamu nggak bersedia kembali bersamaku, aku akan mengirim seseorang mengambil barangku. Aku akan tinggal di sini bersama
Sonya melihat ayahnya tidak berbicara. "Ayah, kamu nggak setuju, 'kan? Kalau begitu, kembalilah!"Theo memandang istri dan putrinya dengan cemberut. "Kenapa kalian berdua mengajukan permintaan seperti itu? Apa gunanya bagi kalian membiarkan Alex meninggalkan Sophia?"Untuk sementara waktu, Silvia tidak tahu harus menceritakan dari mana ....Sonya berkata dengan ekspresi serius, "Itu nggak ada gunanya bagi kami, tapi itu adil bagi Kak Alex! Ayah, tahukah kamu, nama Kak Alex sama sekali bukan Alex, namanya adalah Agam!""Sophia-lah bersikeras memperjuangkan cinta dan menyebabkan Kak Alex kehilangan ingatannya. Dia juga memberinya nama seperti itu. Dia berbohong kepadanya bahwa dia dan Sophia adalah pasangan suami istri!""Faktanya, dia memiliki istri dan anak kandungnya sendiri. Sophia telah memisahkan mereka selama bertahun-tahun. Sudah saatnya untuk mengakhiri hal ini!"Saat mendengar putri bungsunya mengatakan yang sebenarnya, Theo sangat marah. "Cukup! Jangan sebutkan kata-kata ini l
Theo tidak marah pada istrinya. Kemudian, dia berperilaku seperti ayah yang tegas terhadap putrinya. "Kenapa kamu berbicara dengan ayahmu seperti ini? Siapa yang kamu panggil tua bangka?"Sonya bersembunyi di belakang ibunya dan menatap Theo. "Aku sedang membicarakanmu! Dasar tua bangka bodoh!""Kamu ...." Wajah Theo memerah karena marah pada putrinya.Silvia melindungi putrinya dan berkata, "Sudah, aku sendiri bisa mendidik putriku. Kamu kembalilah dan temani Sophia!"Theo ingin memegang tangan Silvia. "Silvia, kalau ingin kembali, ayo kembali bersama!"Silvia menghindari sentuhannya. "Aku masih mengatakan hal yang sama. Kalau kamu menyetujui persyaratan yang baru saja aku sebutkan, aku akan mempertimbangkan apakah akan kembali bersamamu."Theo sangat kesal. "Nggak, aku nggak mengerti! Kenapa kamu memihak orang luar? Bukankah menyenangkan melihat Sophia hidup bahagia?"Silvia mengerutkan keningnya dan berkata, "Bahagia? Apakah menurutmu Sophia menjalani kehidupan dengan bahagia dalam
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen