Dokter Joko berkata dengan sedikit sedih, "Mohon maaf, Nona Sophia. Ini adalah area terbengkalai rumah sakit dan kamera pengawas di sini juga sudah dicabut."Sophia merasa sedikit tidak puas, matanya masih mengawasi gudang dengan waspada.Dokter Joko merasa Sophia terlalu curigaan dan mengingatkannya, "Nona Sophia, bukannya kamu sangat ingin melihat kondisi suamimu sekarang?"Sophia tiba-tiba bereaksi kembali, benar, hal yang lebih penting baginya adalah melihat kondisi Agam sekarang!Sophia baru berbalik setelah kembali memastikan tidak ada yang aneh di dalam gudang. "Hm, ayo kita pergi!"Sophia mengikuti Dokter Joko keluar dari gudang dan pergi ke ruang pemeriksaan khusus di samping ....Suasana di dalam gudang menjadi hening setelah pintunya ditutup. Pintu lemari di balkon yang merupakan tempat untuk menyimpan alat pemadam kebakaran terbuka dari dalam, kemudian tiga orang keluar satu demi satu.Justin terus batuk setelah menarik Ariel keluar, karena di dalam penuh dengan debu.Merek
Justin dengan bingung mengerutkan keningnya, "Tadi kami dengar Sophia dan seorang dokter membicarakan tentang pengambilan benih, tapi Kak Pamela lagi bersama dengan Kak Agam, jangan-jangan ...."Ariel sudah memahami semuanya saat mendengar percakapan Sophia dengan dokter itu, dia sudah tidak memiliki rasa penasaran dan hanya mengkhawatirkan keselamatan Pamela, "Pak Jason, menurutmu apa yang harus kita lakukan sekarang?"...Dokter Joko membuka pintu ruang pemeriksaan khusus dengan kunci, tapi ruangan di dalam gelap gulita karena tirainya ditutup.Sebuah film tidak senonoh sedang diputar di layar, di mana tokoh utama pria dan wanita sedang mengeluarkan suara yang tidak enak didengar ....Sophia langsung menunjukkan ekspresi tidak nyaman begitu berjalan masuk dan melihat film ini, Sophia mengerutkan keningnya sambil menatap sekeliling untuk mencari Alex, tapi dia tidak menemukan Alex!"Dokter Joko, apa yang terjadi? Di mana suamiku? Bukannya kamu bilang ada perawat yang akan menemani sua
Pakaian Alex rapi dan juga terlihat tenang, membuat orang tidak bisa menebaknya.Sophia berkata dengan canggung, "Alex, a ... apakah pemeriksaannya lancar?"Alex mendengus, "Semuanya sangat lancar, berkatmu."Entah kenapa dada Sophia seperti tersumbat oleh sesuatu dan terasa sangat tidak nyaman saat mendengar kata 'sangat lancar'.Apakah kata lancar yang dimaksud Alex adalah tadi dia melakukannya dengan perawat itu dengan sangat 'kompak' ....Amarah Sophia seperti akan meledak saat memikirkan hal ini!Dokter Joko berjalan mendekat dan bertanya dengan sopan, "Tuan Alex, di mana perawat wanita tadi? Kenapa dia nggak ada di sini?"Alex menatap Dokter Joko dengan dingin dan berkata, "Dia sudah dapat apa yang dia inginkan dan keluar sambil bawa benda itu."Dokter Joko tetap merasa bingung, "Kenapa ponselnya dimatikan?"Alex berkata, "Bagaimana mungkin aku bisa tahu? Aku dan dia cuma punya hubungan perawat dan pasien, masalah ponselnya yang dimatikan sama sekali nggak ada hubungannya dengank
Justin yang pertama kali bicara, "Kak, kamu ngapain sama Kak Agam di sana? Apa yang terjadi sama perawat wanita ini?"Wajah Pamela memerah dan tidak menjawab.Ariel menyikut Justin untuk berhenti bicara, lalu melangkah maju dan bertanya dengan perhatian, "Bos, kamu nggak apa-apa?"Pamela menggelengkan kepalanya, "Nggak apa-apa. Ariel, kenapa kamu bisa datang ke rumah sakit?"Ariel dengan kesal melirik Justin, "Dia menipuku datang ke sini. Aku kebetulan bertemu dengan Sophia saat datang ke sini dan merasa ada yang salah dengannya, jadi aku datang ke sini."Pamela menatap mereka berdua dan sedikit menyipitkan matanya, "Jadi, kamu sudah bertemu dengan orang tua pacarmu?"Ekspresi Ariel menegang sejenak, terdapat beberapa rona merah di wajah orang yang biasanya bersikap dengan tenang, "Bos, bukan seperti yang kamu pikirkan."Justin mendekat dan berkata, "Apa yang kamu pikirkan benar! Kak, aku sudah bawa Ariel bertemu dengan Ayah dan Ayah sangat puas dengannya, seharusnya Ayah akan menyetuj
Ariel memijat keningnya dan menjelaskan, "Karena anak buah kakakmu nggak akan membiarkannya sembarangan bicara setelah sadar. Kamu memang lihat kakakmu pergi, tapi kamu kira dia benar-benar akan membiarkan perawat ini begitu saja?"Justin memeluk kedua lengannya, "Ternyata seperti itu! Kenapa kalian suka bicara dengan nggak jelas? Buat aku bingung saja!"Ariel pun berkata, "Itu karena kamu bodoh!"Justin merasa tidak senang dan menjawab, "Kak Ariel, memangnya ada orang sepertimu yang mengatai suaminya sendiri?""Pergi dari sini!"...Di sisi lain.Sebuah mobil rekreasi yang sedang melaju di jalan ....Alex tidak mengatakan apa pun setelah masuk ke dalam mobil, dia dengan tenang duduk di kursi roda dan melihat pemandangan di luar jendela mobil yang terus bergerak mundur.Sophia tetap merasa sangat tidak tenang meski sikap Alex tetap dingin seperti biasa."Alex, kamu lapar nggak? Bagaimana kalau kita pergi makan dulu sebelum kembali ke hotel?"Sophia dengan hati-hati mencari topik pembic
Kalau Alex menemukan kalau semua ini adalah kebohongan demi membuatnya berada di sisi Sophia, berdasarkan temperamen Alex, Alex tidak akan tinggal di sisi Sophia, tidak akan berbicara dengan Sophia lagi dan tidak akan memberikan kesempatan apa pun lagi meski harus mati!Bahkan sikap dingin seperti ini juga tidak akan ada lagi!Sophia menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan percaya diri, "Alex, kamu bicara apa? Bagaimana mungkin aku membohongimu? Kita berdua adalah suami istri dan aku melahirkan Kevin sebelum kamu kecelakaan!""Alasan aku masih ingin punya anak karena aku merasa Kevin sangat kesepian, kamu nggak merasa sikap Kevin semakin lama semakin tertutup?""Selain itu, aku juga sangat suka anak-anak! Kita sudah punya anak laki-laki dan aku mau punya anak perempuan, agar bisa punya sepasang anak, kehidupan kita berempat juga akan menjadi lebih ramai dan bahagia di masa depan, selain itu Kevin juga bisa punya teman.""Apakah menurutmu ini buruk, Alex?"Sophia paling pandai memu
Sophia tertegun sejenak, "Nggak, a ... aku hanya terlalu terburu-buru dan sangat ingin menghiburmu ...."Kedua mata Alex menatap Sophia tanpa kehangatan, "Sophia, sepertinya kamu sama sekali nggak pernah berharap kedua kakiku bisa sembuh, 'kan?"Sophia mengulurkan tangan untuk menyentuh Alex, "Alex, kamu adalah suamiku, bagaimana mungkin aku nggak berharap kamu cepat sembuh ...."Alex mengangkat tangannya untuk menepis tangan Sophia, "Berkatmu aku merasa sangat lelah sekarang, kamu bisa diam sebentar nggak?"Sophia membuka mulutnya dengan ekspresi terkejut, kemudian menutup mulutnya dan duduk dengan tenang di samping ....Ucapan 'sangat lelah' memenuhi benak Sophia, apa yang sebenarnya telah terjadi antara dia dan perawat wanita itu di dalam ruang pemeriksaan khusus?Hati Sophia dipenuhi dengan amarah saat memikirkan hal ini!Hanya saja dia tidak berhak marah atau cemburu, karena dia sendiri yang mengatur hal ini ....Tidak ada yang berbicara sepanjang jalan sampai mobil berhenti di de
Theo menunjuk ke arah sebuah kamar dengan jijik, "Cepat, cepat! Cepat bawa anak itu pergi! Dari pagi anak itu nggak bicara dan diam saja saat ditanya mau makan nggak, cuma bisa memelototiku, kemudian menangis dan bilang mau bertemu sama ayahnya, aku jadi kesal dan mengurungnya di dalam sana!"Sophia tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Ayah! Kenapa kamu mengurung anak yang masih begitu kecil di dalam kamar sendirian!"Theo bersikap dengan acuh tak acuh, "Apa yang harus kulakukan kalau nggak mengurungnya? Aku tanya mau makan apa dan mau minum apa, tapi dia diam saja dan cuma bisa nangis! Sudah sangat bagus aku nggak pukul dia, lagi pula dia bukan cucu kandungku!"Sophia takut Alex yang berada di luar mendengar ucapan Theo, jadi Sophia melangkah maju dan memberi isyarat pada ayahnya untuk mengecilkan suaranya dan jangan bicara sembarangan!"Ayah, kamu sebenarnya mau aku dan Alex hidup dengan bahagia nggak? Aku akan segera melahirkan cucu untukmu, tolong jangan buat masalah lagi!"The
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen