Vani sengaja bergeser ke samping, berusaha untuk menjaga jarak dengan "Heri". Kemudian, dia menatap ibunya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Nggak, dia bukan kakak yang tumbuh bersamaku! Sejak pulang dari piknik hari itu, dia bukan kakakku lagi! Ibu, kakakku sudah hilang. Orang ini bukan kakakku, dia hanya sangat mirip dengan kakakku!"Pamela sedikit kurang memahami ucapan putrinya, pandangannya tertuju pada wajah "Heri". 'Hmm? Jelas-jelas wajahnya sama persis dengan putraku. Apa yang aneh?''Lagi pula, bagaimana mungkin di dunia ini ada dua anak yang wajahnya sama persis?'Saat itu, Pamela hanya melahirkan sepasang kembar identik, bagaimana mungkin ada bocah lelaki yang sama persis dengan Heri?Pamela menegur putrinya dengan ekspresi serius, "Vani, jangan berbicara sembarangan."Vani berkata dengan ekspresi serius, "Ibu, aku nggak berbicara sembarangan! Dia benar-benar bukan kakakku!""Heri" juga tidak membantah ucapan Vani. Dia hanya berdiri diam di tempat dan menundukkan kepalany
"Heri dan Vani sudah berdamai. Ayo, Revan, ikut Ibu ke lantai bawah untuk sedikit mengambil makanan, lalu kita makan bersama!"Revan adalah anak yang paling pengertian. Dengan sorot mata berbinar, dia menganggukkan kepalanya dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan ibunya. "Oke!"Setelah Pamela menggendong Revan keluar. Dua bocah yang baru saja berjabat tangan dan berdamai menunjukkan sikap asli mereka ....Sambil menyilangkan tangannya di depan dada, Vani memasang ekspresi muram dan berkata, "Huh! Aku nggak akan berdamai denganmu! Kamu bisa membohongi orang lain, tapi kamu nggak bisa membohongiku! Kamu bukan kakakku!"Kevin juga mengerutkan keningnya dan berkata dengan ekspresi kesal, "Nggak mau berdamai, ya sudah! Tadi aku hanya nggak ingin melihat Ibu begitu marah! Aku juga nggak benar-benar ingin berdamai denganmu!"Vani menatap lawan bicaranya dengan tatapan jijik dan berkata, "Kamu bukan kakakku, bisa-bisanya kamu memanggil ibuku dengan panggil Ibu! Dasar nggak ta
Setelah berpikir sejenak, Kevin berkata, "Boleh saja. Saat aku bersiap untuk pergi, aku akan membawamu untuk melihat ayahku. Tapi, kamu harus berjanji padaku, kamu nggak boleh mengekspos pada Ibu bahwa aku bukan Heri lagi!""Oke! Kita sepakat!" Vani menyetujui permintaan Kevin dengan cepat. Lagi pula, dia juga tidak punya cara untuk membuktikan bahwa bocah lelaki ini bukan Heri ....Tiba-tiba, suatu hal tebersit dalam benak Vani. 'Hmm, dia sangat mirip dengan kakakku. Apa mungkin ayahnya adalah ....'Pamela dan Revan membawa sangat banyak camilan ke lantai atas. Camilan-camilan ini dibelikan secara khusus oleh Jason untuk ketiga anak Pamela. Takut gigi anak-anaknya rusak karena terlalu banyak memakan camilan, Pamela menyimpan sebagian besar camilan ini ke dalam lemari dan menguncinya, agar ketiga anak-anaknya diam-diam mengambil dan memakan camilan-camilan itu. Biasanya, dia akan menjadikan camilan-camilan ini sebagai hadiah untuk anak-anaknya.Tentu saja situasi hari ini berbeda. Kare
Pamela terkekeh dan berkata, "Cepat katakan! Kenapa kamu datang mencariku pagi-pagi begini?"Justin mengangkat bahunya dan berkata, "Nggak apa-apa! Bukankah kemarin aku sudah berjanji untuk menemuimu dan anak-anak di kediaman Keluarga Dirgantara? Karena masih belum menyesuaikan diri dengan perbedaan waktu, malam aku sama sekali nggak bisa tidur. Walau pagi aku sangat mengantuk, kalau aku tidur di pagi hari, aku makin nggak bisa menyesuaikan diri dengan waktu di sini!""Jadi, aku memutuskan untuk datang menemuimu lebih cepat. Setelah kamu pulang kerja, kita pergi menjemput anak-anak bersama-sama. Selama tiga tahun ini, aku belum pernah bertemu dengan keponakan-keponakanku!"Pamela melirik Justin dan berkata, "Kenapa kamu begitu kurang kerjaan? Bukankah Pak Jason akan mengatur posisi untukmu di Perusahaan Yanuar?"Justin mengerutkan keningnya dan berkata, "Kak Jason memang akan mengatur posisi untukku di perusahaan. Tapi, aku baru pulang, aku butuh sedikit waktu untuk 'bernapas'!"Pamela
Justin mengangkat bahunya dan berkata, "Oke! Kalau begitu, aku akan pergi ke sekitar sini dan berjalan-jalan sendiri. Nanti siang aku akan kembali lagi, agar ditraktir makan olehmu!"Pamela melirik Justin sejenak, lalu meletakkan cangkir kopinya dan berkata, "Kulihat ini tujuan utamamu mencariku!"Justin tertawa pelan. Kemudian, dia bangkit dari tempat duduknya, baru berjalan keluar dengan santai, tidak mengganggu kakaknya bekerja lagi.Pamela duduk sendirian di tempatnya sebentar lagi, ekspresinya tampak rumit, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Beberapa saat kemudian, dia bangkit dan kembali mengurus pekerjaannya .......Setelah meninggalkan Perusahaan Dirgantara, Justin pergi menemui seorang temannya yang membuka arena eSports dan bermain sejenak di sana. Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang hari.Teman-temannya mengajaknya untuk pergi makan dan minum bersama, tetapi dia tidak ikut bersama mereka. Setelah puas bermain, dia meninggalkan area eSports dan bersiap untuk kembal
"Tuan Muda Jason, Sophia sudah pergi!"Calvin segera melaporkan pada Jason begitu melihat Sophia yang berpakaian rapi sudah keluar dengan membawa tasnya.Jason menyipitkan matanya. 'Lebih cepat dari waktu yang dijanjikan.'Dia bangkit dari sofa, lalu berkata pada bawahannya, "Sekarang aku akan pergi ke kamar seberang dan berbicara dengan bajingan itu. Kamu kirim orang untuk mengawasi di luar. Kalau wanita itu tiba-tiba pulang, segera beri tahu aku."Calvin menganggukkan kepalanya dan berkata, "Baik, Tuan Muda Jason!"Jason membuka pintu, lalu berjalan keluar. Setelah mengamati sekeliling koridor dan memastikan Sophia sudah pergi, dia berjalan ke kamar seberang dan mengetuk pintu kamar tersebut.Sekitar satu menit kemudian, pintu kamar baru dibuka.Seperti kemarin, Jason perlu mengalihkan pandangannya ke bawah baru bisa melihat Alex yang duduk di kursi roda.Sementara itu, Alex mengalihkan pandangannya ke atas untuk melihat Jason. Sorot matanya tampak sangat tenang, dia sama sekali tida
Melihat Jason diam saja, Alex menyipitkan matanya, seolah-olah sudah memahami suatu hal. "Kalau aku dan Nona Pamela bukan suami istri, kenapa saat itu aku membawa kabur satu anaknya?"Jason tersadar dari lamunannya. Kemudian, dia menatap pria di hadapannya ini dengan tatapan penuh amarah dan berkata, "Aku juga ingin tahu mengapa pria bajingan sepertimu ini membawa kabur satu anak Pamela!"Melihat Jason yang bertemperamen buruk, Alex berkata dengan tenang, "Tuan, kalau boleh tahu apa marga Tuan?"Jason berkata dengan dingin, "Margaku Yanuar."Alex bertanya lagi, "Apa hubunganmu dengan Nona Pamela?"Jason berkata, "Dia adalah adikku."Alex menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku sudah mengerti. Kamu marah padaku karena merasa aku sudah mengecewakan adikmu."Jason mendengus dan berkata, "Lebih dari sekadar mengecewakan! Tindakanmu yang sudah menyakitinya sedalam itu nggak bisa hanya dideskripsikan dengan kata 'mengecewakan'!"Alex berkata dengan sangat tenang, "Karena aku sudah nggak me
Alex berkata, "Perkenalkan aku dengan dokter rehabilitasi profesional. Aku membutuhkan seseorang yang membimbingku cara melatih kakiku dengan benar sehingga aku dapat berdiri kembali. Untuk mengontrolku selama bertahun-tahun, aku curiga Sophia telah menggunakan obat untuk mengendalikanku. Dokter yang dia kirim padaku telah menyesatkanku dan mengajariku cara yang salah. Meskipun setelah itu aku memuntahkan obat itu, kakiku tetap nggak membaik.""Mengenai hubungan antara aku dan adikmu, aku akan berbicara dengan adikmu setelah aku bisa berdiri."Mendengar permintaan Alex masuk akal, Jason mengangguk. "Aku nggak sulit untuk menemukan dokter profesional. Pertanyaannya apakah Sophia mengizinkanmu menerima bimbingan dari dokter yang aku perkenalkan?"Alex berkata, "Aku hanya memerlukan panduan online. Sophia nggak mungkin mengizinkan aku menghubungi orang luar secara offline. Ini alamat emailku. Cari peretas untuk membantumu mengirimiku kontak dokter itu. Ponsel dan semua informasi kontakku
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen