Beranda / Urban / Harga Diri Seorang Suami / 40. Si Pembuat Masalah

Share

40. Si Pembuat Masalah

Penulis: Ayu Anggita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-03 20:15:03

“Kamu!” sinis Anggun saat berpapasan dengan Gunawan di tempat parkir.

Gunawan tersenyum mendengar suara sinis Anggun. Dia lantas mengulurkan tangannya. Bermaksud untuk bersalaman dengan mantan istrinya itu. Namun, dengan angkuhnya Anggun menepis tangan Gunawan.

"Apa kabar?" tanya Gunawan. Bibirnya masih mengulas senyuman saat melontarkan pertanyaan itu. Walaupun Anggun sudah dengan kasar menepis tangannya tadi.

Anggun tersenyum miring. Tanpa menjawab pertanyaan Gunawan. Wanita itu lantas meninggalkan tempat parkir dengan langkah yang begitu angkuh dan sombong.

Gunawan menghela napas panjang. Dia hanya bisa menatap kepergian mantan istrinya itu dengan sorot mata yang sulit diartikan. Terus terang dia masih menyimpan rasa sayang untuk Anggun. Walaupun itu sangat kecil dan mungkin akan hilang seiring berjalannya waktu. Namun, dia tak bisa membohongi hatinya sendiri. Anggun masih menempati sudut hatinya yang terdalam.

“Siapa dia?” t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Harga Diri Seorang Suami   41. Rencana Yang Gagal

    "Saya dan ibu saya nggak pernah mengizinkan orang lain untuk tinggal bersama di rumah ini. Termasuk Anda yang bukan siapa-siapa kamu," ucap Ferdy yang berdiri di belakang Bu Ika. “Saya juga nggak sudi tinggal bareng sama orang yang anaknya udah merebut suami orang,” tambah Intan, istri Ferdy. Bukan kebetulan keduanya berada di sana. Memang setiap siang mereka berdua pulang ke rumah dan menutup toko yang mereka kelola berdua. Setelah ashar mereka akan membukanya kembali sampai malam. Bu Ika menoleh dan dengan angkuhnya dia berkata, "siapa kalian? Berani-beraninya kalian menentang keinginan saya? Memangnya kalian yang punya rumah ini?” Ferdy tersenyum miring mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Bu Ika. Sedangkan Bu Siti tampak hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan apa yang keluar dari mulut wanita seumurannya itu. “Enggak perlu tahu siapa kami! Yang jelas kami berdua enggak mengizinkan orang lain tinggal di rumah ini,” jawab Ferdy. “Iya. Rumah ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Harga Diri Seorang Suami   42. Salah Paham

    Gunawan tak bisa mengelak saat sebuah bogem mentah mendarat di wajahnya. Dia terjungkal ke belakang dengan bibir mengeluarkan darah. Di sampingnya, Lena menjerit saat melihat kejadian itu. “Dasar bajingan!” umpat lelaki yang menghadiahi Gunawan dengan bogem mentah tadi. Gunawan berusaha bangkit dan menyeka cairan merah yang keluar dari sudut bibirnya. Belum sempat Gunawan menghindar, lelaki itu kembali melayangkan tonjokan tepat ke arah pelipisnya. Lagi-lagi Gunawan harus terjungkal ke belakang. Lelaki itu berjalan menghampiri Gunawan dan mencengkeram kerah kemejanya. Matanya menyala merah. Urat-urat di sekitar kepalanya pun bersembulan keluar. Menandakan emosinya sudah tak bisa dibendung lagi. Melihat suaminya kalap, Lena berusaha menahan lengan lelaki itu agar tak menyakiti Gunawan lagi. “Sudah, Mas! Sudah, cukup! Jangan kamu teruskan lagi!” mohon Lena. Tangannya berusaha menahan lengan lelaki yang selama ini menemani ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Harga Diri Seorang Suami   43. Belum Berakhir

    Hari ini Irfan akan berangkat ke luar kota. Dia mendapatkan tugas untuk mengecek proyek yang sedang berjalan di sana. Anisa yang mendengar itu segera membantu suaminya untuk menyiapkan segala keperluan Irfan selama berada di tempat itu. Anggun sebenarnya juga mendengar berita itu. Akan tetapi, yang dilakukannya hanya memanyunkan bibir saja. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, tetapi sudah jelas dan pasti kalau dia akan melakukan sesuatu yang buruk pada Anisa dan Pak Dullah. "Aku harap kamu bisa menjaga Anggun selama aku tak ada di rumah," ucap Irfan saat dirinya berdiri di samping Anisa. Anisa tak menyahuti ucapan sang suami. Dia hanya menatap sekilas ke arah lelaki yang kurang lebih sembilan tahun menjadi teman hidupnya itu. "Maaf kalau kemarin kata-kata ku menyakiti hatimu. Aku nggak pernah bermaksud untuk membuatmu sakit hati dan merasa terabaikan. Aku hanya ..." Anisa memotong ucapan sang suami dengan tatapan matanya. Namun, sedeti

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Harga Diri Seorang Suami   44. Menepati Janji

    Pagi ini Pak Dullah tampak bersiap untuk keluar rumah lagi. Anisa yang melihat bapaknya tampak terburu-buru, segera menghampiri lelaki itu. "Bapak mau ke mana lagi?" tanya Anisa saat dirinya berada di samping bapaknya. "Bapak ada urusan. Pulangnya mungkin nanti malam," jawab Pak Dullah. Matanya menatap sang anak sekilas. "Urusan apa sih, Pak? Bapak nggak mau cerita sama aku?" kejar Anisa. Dia merasa penasaran karena melihat akhir-akhir ini Pak Dullah tampak sangat sibuk. Pak Dullah menghela napas panjang. Matanya menatap sang anak dengan sorot lembut dan penuh kasih. "Nanti juga kamu bakalan tahu sendiri. Sekarang, Bapak nggak bisa cerita sama kamu," ucap Pak Dullah. Anisa sudah membuka mulutnya untuk menjawab lagi. Namun, pergerakannya terhenti saat melihat Pak Dullah bangkit dari tempat duduknya dan bersiap untuk melangkah keluar rumah. "Bapak berangkat dulu. Assalamu'alaikum," pamit Pak Dullah. Anisa men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Harga Diri Seorang Suami   45. Siasat Busuk

    Sari pulang ke rumah dengan membawa setumpuk kesal di dalam hatinya. Dia sungguh tak terima melihat Fino dan Lena bahagia, akur dan rukun seperti itu. Dia ingin melihat keduanya berpisah dan melihat Lena hancur dalam keterpurukan. Namun, dia juga tak bisa berbuat apa-apa selain memendam rasa kesal itu dan mencoba mencari cara untuk memisahkan mereka berdua. "Bagaimanapun caranya aku harus bisa memisahkan mereka. Aku tak rela melihat Lena bahagia sementara aku terpuruk dalam kesendirian," ujarnya. Kilatan amarah jelas terlihat dalam sorot matanya. Ingatannya lalu melayang ke kejadian masa lalu. Masa di mana dia dan Fino masih menjalin hubungan. Sari sangat bahagia kala Fino mau berjuang untuk hubungan mereka berdua. Namun, semua itu luluh lantak kala Fino memutuskan hubungan keduanya. Dia harus menuruti keinginan kedua orang tuanya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka. Sari tak kuasa menahan air matanya kala Fino mengungkapkan salam perpisahan it

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Harga Diri Seorang Suami   46. Akhirnya

    Anisa mengemasi barang-barangnya dengan hati hancur berkeping-keping. Air matanya terus saja menetes tiada henti. Musnah sudah harapannya untuk tetap mempertahankan rumah tangganya bersama dengan Irfan. Hanya karena hasutan dari Anggun, lelaki itu tega mentalak sang istri. Tak hanya itu, dia juga dengan Rega mengusir Anisa dan Pak Dullah untuk keluar dari rumah yang selama ini mereka tempati. Dibalik kesedihan dan kehancuran Anisa, Anggun tersenyum penuh kemenangan. Dia kini telah berhasil menyingkirkan penghalang yang berpotensi merebut sesuatu yang sangat ia inginkan. "Mas, aku pamit. Terima kasih untuk semuanya. Dan maaf kalau aku ..." Irfan memotong ucapan Anisa dengan sorot membunuh. Tak ada lagi kelembutan yang selama ini selalu menghiasi sorot netranya. "Enggak usah banyak omong. Pergi sekarang juga dari rumah ini! Aku nggak sudi tinggal serumah dengan seorang kriminal!" sarkas Irfan. Anisa menundukkan kepalanya dalam-dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Harga Diri Seorang Suami   47. Memulai Lagi

    Sari tak bisa lagi berkutik saat pria itu masuk dan mulai menceritakan semuanya. Tentang obsesinya terhadap Fino dan juga tentang kehamilannya yang ternyata adalah palsu. Semua itu ia lakukan demi bisa menghancurkan rumah tangga Lena dan merebut Fino kembali. "Saya tahu semuanya karena selama ini dia selalu menceritakan semuanya pada saya. Awalnya saya tak menganggap serius cerita dia. Namun, lama kelamaan Sari bertindak terlalu jauh dan saya harus meluruskan semuanya," ucap lelaki itu. Yang tak lain adalah Roni, kakak kandung Sari. “Mas Roni apa-apaan sih?” sentak Sari. "Fino, kamu percaya sama aku kan? Jangan dengarkan lelaki itu! Dia itu pembohong." Pandangannya kini beralih ke arah Fino. Sari berkata sembari memasang wajah memelas. Membuat Fino semakin muak. "Sudahlah, Sari. Jangan bertingkah seperti anak kecil! Fino sudah bahagia bersama dengan anak dan istrinya. Kamu pun juga pasti akan menemukan kebahagiaan itu n

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Harga Diri Seorang Suami   48. Menata Kembali

    Anisa sampai di rumahnya menjelang siang hari. Raut lelah terpampang jelas di wajahnya. Namun, ada kelegaan yang tak terurai kata dan senyum bahagia ketika dia berjalan menuju pintu rumahnya. "Alhamdulillah! Akhirnya sampai rumah juga," ucap Anisa. "Masuk dulu, Han. Bapak pasti senang ketemu sama kamu," lanjut Anisa. Handi menganggukkan kepalanya. Dia lantas mengikuti langkah Anisa masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam, Handi menempatkan dirinya ke atas sofa yang ada di ruang tamu. "Aku buatkan minuman dulu," seru Anisa. "Makasih, Mbak. Kalau ada camilannya boleh juga." Alis Handi bergerak naik turun serta bibirnya menyunggingkan senyuman jahil. Anisa tersenyum mendengar selorohan adik sepupunya itu. Dia lantas berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman serta camilan yang diminta oleh Handi. "Eh sudah pulang, Han?" seru Pak Dullah yang baru saja masuk ke ruang tamu. Handi lantas berdiri dari tempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08

Bab terbaru

  • Harga Diri Seorang Suami   60. Berakhir Sudah

    Gunawan tengah menikmati malam minggunya dengan duduk di teras rumahnya. Ditemani segelas minuman favoritnya—es cappucino juga sepiring brownies tape yang ia beli sepulang bekerja tadi. Seulas senyum tergambar di wajahnya kala melihat hidangan yang ia tata di atas meja. “Nikmat mana lagi yang bisa kudustakan?” ucapnya sembari menempatkan dirinya di kursi kayu. Namun, saat tangannya mencomot sepotong kue itu. Sebuah mobil dan dua sepeda motor tampak memasuki pekarang rumahnya. Dari dalam mobil turun sosok yang dikenal Gunawan sebagai suami dari Vera. Lelaki itu berjalan menghampiri Gunawan dan empat orang berbadan besar mengikutinya di belakang. “Ada apa nih?” tanya Gunawan saat lelaki itu berada di hadapannya. Keningnya terlipat heran karena ekspresi wajah kelima orang itu tampak tegang dan menyimpan kebencian yang mendalam. “Enggak usah banyak bacot!” ucap seorang yang berbadan paling besar. Gunawan semakin tak mengerti. “Ada apa ini? Bisa kan bicara baik

  • Harga Diri Seorang Suami   59. Salah Sasaran

    Gunawan hanya diam saja mendengar semua ucapan Heri. Dia tak berniat untuk menjawab ataupun membantah ucapan lelaki itu. “Sekali lagi, aku minta tolong sama Mas Gunawan!” ucap Heri. “Kita sama-sama laki-laki dan aku pikir Mas Gunawan adalah orang yang baik. Jadi, Mas Gun nggak keberatan dengan apa yang akan aku sampaikan,” lanjut Heri. Gunawan menoleh sembari mengangkat sebelah alisnya. Sudut bibirnya turut terangkat. Membentuk seulas senyum tipis nan sinis. Seolah mengejek Heri yang mengatakan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu. “Aku minta sama Mas Gunawan untuk nggak mengganggu dan mencoba mendekati Vera kembali. Aku mohon, Mas. Biarkan rumah tangga kami bahagia tanpa ada gangguan dari pihak luar,” terang Heri. “Lagi pula semua uang yang sudah Mas Gunawan keluarkan saat masih bersama dengan Vera sudah aku kembalikan semuanya?” lanjut Heri. “Aku pikir itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuat Mas Gunawan pergi dari kehidupan kami berdua,” pungkas Heri. Gunawan i

  • Harga Diri Seorang Suami   58. Move On

    Gunawan berusaha untuk melupakan apa yang telah terjadi antara dirinya dan Vera. Sekuat hati dia bersikap biasa saja saat tanpa sengaja bertemu dengan Vera di kantor. Dia juga berusaha untuk sebisa mungkin tak terlibat percakapan dengan wanita itu. “Gun,” tegur Amri saat Gunawan tengah bersiap-siap untuk berangkat visit. Gunawan menoleh ke arah temannya itu. “Ada apa, Am?” “Tuh!” Amri menunjuk ke arah lain dengan dagunya. Gunawan mengikuti arah tunjuk Amri. Seketika itu juga ekspresi wajahnya berubah. Tanpa mengatakan apapun juga. Dia bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Namun, saat akan mencapai pintu keluar Vera mencegah langkahnya. “Bisa kita bicara?” pinta Vera. Gunawan mendengus keras. “Maaf, saya sedang sibuk hari ini!” “Sebentar aja. Ada yang harus aku jelaskan sama Mas Gunawan,” ujar Vera sedikit memaksa. “Enggak ada yang perlu kamu jelaskan lagi! Semuanya sudah sangat jelas menurutku,” sahut

  • Harga Diri Seorang Suami   57. Akhir Kisah Itu

    Gunawan meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Helaan napas berat terdengar begitu menyesakkan. Faizal yang melihat itu hanya bisa menepuk pundak sahabatnya dengan lembut. Mencoba menyalurkan semangatnya pada lelaki yang tengah patah hati itu. “Ikhlas ya, Gun! Aku tahu masih banyak wanita baik di luaran sana,” ucap Faizal. Gunawan menatap Faizal dengan tatapan sendu. Namun, seulas senyum terukir manis di wajahnya. “Suaminya mengembalikan semua uang yang pernah aku keluarkan selama bersama dengan Vera,” kisah Gunawan. “Padahal aku nggak pernah minta uang itu balik lagi. Aku ikhlas kok membantu dia selama ini. Yah walaupun endingnya harus menelan rasa kecewa dan sakit hati,” lanjut Gunawan. Faizal menganggukkan kepala mendengar penuturan Gunawan. Dia tahu betul sahabatnya itu akan sangat royal pada siapapun juga. Dia tak pernah pandang bulu ketika membantu orang lain. “Dia juga bilang, maaf atas semua yang udah istrinya

  • Harga Diri Seorang Suami   56. Patah Hati

    Gunawan pulang dengan perasaan kacau. Hatinya hancur dan remuk. Kenapa semuanya harus seperti ini di saat dirinya mulai bisa membuka hatinya untuk orang lain? Apakah Tuhan tak mengizinkan dirinya untuk bahagia? Bukankah dirinya juga berhak untuk bahagia? Pikirannya melayang ke kejadian beberapa waktu lalu saat dirinya berada di rumah Vera. “Kenalkan! Saya Heri, suami dari Vera.” Lelaki itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk bersalaman dengan Gunawan. Gunawan menyambut uluran tangan itu dengan perasaan kacau. Lelaki itu terkesiap mendengar ucapan lelaki yang mengaku sebagai suami Vera itu. Dia tak percaya dengan apa yang didengarnya hari ini. Tidak mungkin Vera sudah bersuami. Selama ini dia selalu mengaku masih sendiri dan belum ada rencana untuk menikah. Namun, kenapa semua seolah terbalik dan … “Maksudnya … apa ini, Ver? Kenapa dia mengaku sebagai …” “Aku … aku bisa jelaskan semua ini. Dia ini … dia ini memang … suamiku, Mas.”

  • Harga Diri Seorang Suami   55. Fakta Mengejutkan

    Gunawan tertegun mendengar penuturan Lisa. Dirinya sulit sekali untuk percaya pada apa yang diucapkan oleh gadis itu. “Mas Gunawan boleh percaya atau enggak. Tapi, yang jelas aku udah kasih tahu yang sebenarnya,” ujar Lisa. Gunawan menatap Lisa dengan pandangan menyelidik. Seolah ingin menelisik lebih jauh tentang cerita yang meluncur dari mulut gadis itu. “Dia itu sebenarnya udah punya suami. Sekarang suaminya lagi ada di luar kota untuk kerja. Biasanya sebulan sekali suaminya akan pulang ke sini,” terang Lisa. Gunawan mengernyitkan keningnya. Seolah tak percaya dengan apa yang didengar oleh pendengarannya kini. “Aku cerita kayak gini bukan karena pengin menjelek-jelekkan teman, tapi aku nggak mau ada korban lagi,” lanjut Lisa. Gunawan semakin tak mengerti. Dia menatap Lisa dengan tatapan penuh tanya. “Maksud kamu … korban apa?” tanya Gunawan dengan suara terbata-bata. Lisa menikmati minuman yang telah te

  • Harga Diri Seorang Suami   54. Memperingatkan

    Hari ini Gunawan kembali menemani Vera yang sedang menjaga booth untuk pameran. Sejak pagi dia sudah stanby dan selalu cekatan jika Vera membutuhkan sesuatu. Walaupun di sana Vera tak sendirian, tetapi Gunawan tetap menemaninya di sana. “Pulang dari sini kita cari tempat buat makan ya, Mas,” pinta Vera. Gunawan tersenyum. “Memangnya kamu mau makan apa?” “Em … apa ya? Yang pedas-pedas enak kali ya. Kayak lalapan atau mie ayam gitu,” jawab Vera. Gunawan menganggukkan kepalanya. “Aku ada rekomendasi tempat makan yang enak di sekitar sini. Mau coba ke sana?” “Boleh. Kebetulan juga ada yang pengin aku omongin sama, Mas Gun,” sahut Vera. Gunawan tersenyum mendengar jawaban Vera. Dia merasa lega karena sikap Vera jauh lebih baik daripada sebelumnya. Hari ini gadis itu lebih banyak tersenyum dan lebih bisa mengontrol emosinya. Hari sudah beranjak siang. Acara pameran pun sudah selesai. Gunawan membantu Vera dan teman-tema

  • Harga Diri Seorang Suami   53. Sebuah Nasihat

    Gunawan masih memikirkan ucapan Faizal tempo hari. Dia menjadi penasaran siapa Vera sebenarnya. Bukan karena dia kepo dengan urusan orang lain. Namun, dia harus melakukan itu agar tak salah lagi dalam memilih pasangan. Ya! Gunawan bertekad untuk menjadikan Vera sebagai pasangannya kelak. Gunawan telah merasa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan dia. Terdengar gombal memang, tetapi itulah yang terjadi. Dirinya merasa jatuh cinta hanya dengan melihat senyuman manis Vera. “Mas Gun!” tegur seseorang. Gunawan terlonjak kaget mendengar teguran orang itu yang tak lain adalah Fino. Fino tersenyum dan segera duduk di bangku kosong yang ada di sebelah Gunawan. “Melamun aja deh. Kenapa?” tanya Fino begitu dirinya telah duduk di sebelah Gunawan. “Aku dari tadi panggil-panggil kamu, Mas. Eh kamu malah asik melamun. Enggak nyahut sama sekali,” lanjut Fino. Gunawan tersenyum kecut sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia meras

  • Harga Diri Seorang Suami   52. Yang Terbaik

    Semenjak kejadian tempo hari, Gunawan semakin dekat dengan Vera. Bahkan Gunawan rela mengantar jemput Vera. Dia tak ingin kejadian tempo hari terulang kembali. “Hari ini jadwal kamu ke mana aja, Ver?” tanya Gunawan saat keduanya berjalan dari parkiran menuju kantor. “Aku hari ini ada event, Mas. Di pameran gitu sih. Kenapa, Mas?” “Enggak. Kamu berangkat sama tim atau berangkat sendiri?” “Sama tim sih, Mas. Kenapa sih? Kok kayaknya khawatir banget gitu?” tanya Vera dengan nada heran. Gunawan menghela napas panjang. “Enggak. Aku cuma takut kejadian waktu itu terulang kembali. Aku takut mereka ganguin kamu lagi.” Vera tertegun mendengar ucapan Gunawan. Dalam hati dia mulai berpikir, betapa tulus dan perhatiannya lelaki ini. Apakah harus dirinya mendapatkan perlakuan yang lain dari orang lain? “Mas Gunawan tenang aja. Mereka nggak bakalan berani gangguin aku lagi kok.” Vera mencoba tersenyum. “Semoga saja per

DMCA.com Protection Status