Beranda / Horor / Hantu Vila / Misteri 096 part 3

Share

Misteri 096 part 3

Penulis: sekar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sore ini kak Salsa pulang dengan beberapa temanya berempat, karena terdengar dari suaranya yang lumayan cukup berisik di ruangan tengah, dan aku juga mendengar suara dari kak Nenah sontak membuat aku ingat tentang janjinya dipertemuan awal denganku akan menanyakan tentang kejadian itu pada orang tuanya.

“Bas, tuh kakak bawa makanan, ayo makan bareng, sama kenalan sama teman kakak,” ucap kak Salsa berdiri di depan pintu kamarku, yang tidak tertutup.

Segera aku bangun, dan menyapa dan berkenalan dengan teman-teman kak Salsa satu persatu. Silvi, Dena dan Andin. Berlima denganku akhirnya makan bersama dengan tidak jarang yang menjadi badan becandaan adalah aku.

“Eh Bas nanti kakak ngerjain tugasnya di belakang saja yah, terminal listrik udah dibenerin kan?,” tanya kak Salsa.

“Sudah sama mang Yaya, cukup kok emang aku sengaja mintanya buat disambung dari dapur aja kak, eh kak, ibu bilang besok motor aku baru bisa diambil di stasiun kota, antar yah,” ucapku yang baru selesai m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hantu Vila   Misteri 096 Part 4

    Akhirnya mataku perlahan ingin beristirahat, segera aku bangun dan mengunci semua pintu yang ada, dan kembali lagi tiduran di sofa. Perlahan mata terpejam dengan begitu saja dan dengan tiba-tiba aku mendengar suara pintu depan “bruk,” membangunkan aku yang baru saja terlelap “arrghhh” ucapku, sambil melihat jam yang ada di hp “jam 1” ucapku.Terlihat kak Salsa berjalan dengan muka pucat dan badan yang sangat terlihat lelah sekali, bahkan jalanya sangat-sangat perlahan seperti orang yang benar-benar lelah, apalagi beberapa bagian rambutnya tidak rapih sama sekali. Pandanganya hanya ke bawah.“Kak, tumben jam segini baru pulang,” tanyaku masih dalam kondisi mengantuk.Kak Salsa hanya menganguk dan terus berjalan, tanpa menjawab sama sekali, aku yang melihat bagian samping muka kak Salsa yang semakin pucat, sama sekali tidak curiga“Kelelahan kali,” ucapku.Segera aku berdiri dan melihat kak Salsa seda

  • Hantu Vila   Misteri 096 Part 5

    “Sorry Bas, salahku awalnya,” jawab Anton tidak enak.“Gaklah awalnya juga ada hal aneh, kebetulan kamu alamin, harusnya aku tidak membawa kamu ke rumah, jadinya kan seperti ini, sialan emang rumah itu,” jawabku emosi karena tidak tenang.“Slow Bas,” ucap Anton menenangkan.“Ton, kalau aku gak tinggal di rumah itu, kuliahku bisa jadi berhenti, tapi rumah seperti itu, lagian itu orang siapa coba segala imbasnya padaku dan kakaku Ton, keluargaku sedang tidak baik dalam kondisi ekonomi Ton,” jawabku menuangkan kekesalan.Setelah mengobrol soal kuliah dan tidak masuknya lagi aku dan Anton, Anton pamit pulang dan janji akan main lagi ke sini, walau aku merasa tidak enak juga diam di rumah kak Nenah karena hanya sebatas teman kak Salsa saja.Aku hanya menghabiskan waktu di luar duduk sambil berpikir, semoga kak Salsa menghubungi ibu hari ini, sedang santai-santainya merokok dari pemberian Anton.“Bas, Sals

  • Hantu Vila   Misteri 096 Part 6

    Obrolan di ruang tengah, dengan sedikit tenang apalagi melihat kak Salsa sudah tertidur di pangkuan kakek Bambang sedikit lega, walau perkataan “mahluk itu masih ada di sini” tentu membuat aku cemas.“Dengar teh, saya rasa rasa kita sepakat dan paham kalau yang sudah melakukan perjanjian dengan memberikan Salsa kepada mahluk itu tau siapa orangnya dan Bastian saya rasa benar-benar jujur, sesuai apa yang siang tadi kita obrolkan,” jawab kakek Bambang.Ibu dan Bapak hanya mengangguk berkali-kali, sementara aku belum mengetahui apa yang sebelumnya ibu obrolkan.“Tidak apa-apa Bas, sudah waktunya kamu tau juga,” ucap IbuBaru saja Ibu akan menjelaskan panjang, kakek Bambang memotong dengan mengusap kembali wajah kak Salsa, dan terlihat kak Salsa membuka matanya perlahan, sangat pelan. Segera kakek Bambang memberikan minum. Dan kak Salsa sangat sayu seperti sangat kelelahan, sambil meninum air yang disodorkan oleh kakek Bambang.“Ibu...” u

  • Hantu Vila   Misteri 096 -tamat

    Silih berganti orang-orang berdatangan, dan sampai aku, kak Salsa, Ibu dan Bapak mengantarkan ke tempat pemakaman umum, akhirnya memutuskan untuk ke rumah kakek Bambang.Sampai di rumah kakek Bambang juga kaget dengan kabar yang Ibu berikan tentang meninggalnya mang Yaya, apalagi Ibu yang melihat kondisi terakhir mang Yaya sebelum dikebumikan ada bekas cekikan di bagian lehernya mang Yaya, yang sangat jelas sekali.“Yaya orang yang semenjak dari dulu adalah kepercayaan keluarga kalian, tidak pernah menikah sampai usianya terakhir ini, sayang godaanya memang besar memiliki ilmu seperti itu tapi harus berakhir dengan hal sama,” ucap kakek Bambang.Malam itu juga Ibu kembali pulang, dengan kepergian mang Yaya selamanya itu, tidak lama dari kejadian yang menimpa kak Salsa, membuat pertanyaan aneh yang sudah lama aku pendam, setelah Ibu pulang aku langsung duduk di halaman depan dengan kakek Bambang.“Aku melihat mang Yaya keluar dari rumah 096 itu kek pen

  • Hantu Vila   Teror Pocong Kiriman part 1

    Tak ada yang spesial malam ini, tak terkecuali hari ini malam jum’at legi dan jarum jam masih bergantung di angka 22.00. Suasana malam yang sesekali diiringi suara jangkrik saling bersahutan di luaran rumah.Bu Sri yang kala itu terjaga dari tidurnya melangkah gontai ke arah dapur, tenggorokannya dirasa kering karena haus. Untuk menuju ke dapur, Bu Sri harus melewati Lorong gelap yang melewati ruang tamu bercahayakan temaram. Sesaat kepalanya tak sengaja menoleh, matanya menangkap gorden yang tersingkap, belum menutup jendela dengan sempurna.Sesekali ia memegang dada kirinya yang terasa sakit.“Kenapa gorden sering lupa ditutup,” Gumam Bu Sri, Wanita paruh baya itu akhirnya membelokkan langkah ke ruang tamu menuju jendela. Dilihatnya suasana malam perumahan begitu pekat, meski lampu jalan menerangi sekitar.Tak seperti biasa, ntah kenapa matanya malah memaksa untuk melihat rumah kosong sebelah rumahnya. Bulu kuduk Bu Sri terasa meremang tatkala

  • Hantu Vila   Teror Pocong Kiriman Part 2

    Dengan tubuh gemetar Angga melangkah pelan melompatinya. Saat menuju ke arah saklar, Angga mendengar suara orang terbatuk-batuk dengan keras di belakangnya. Angga berusaha mengabaikan, namun batuk itu semakin keras, berganti dengan suara batuk yang beradu dengan suara orang ingin muntah.Angga mulai memencet tombol saklar, lampu malah tak menyala. Ia mencoba memencet saklar berulang kali, namun hasilnya masih sama. Lampu tak juga mau menyala. Dengan terbata-bata Angga membaca surat-surat pendek yang dihafal.Lalu, sesuatu menggelinding berat menabrak kakinya. Di saat yang sama lampu berhasil menyala. Angga yang terkaget menoleh, dilihatnya pocong itu benar-benar menampakkan diri di bawah pandangannya. Wajah hitam dengan mata melotot sempurna, memandang tajam pada Angga dengan mulut menganga.“BAPAAAKKKKKK ADA POCONG!!!”Dan seketika pandangan Angga berubah menjadi gelap seluruhnya.[Di sisi lain]Pak Hasan menghisap rokok khidmat dari sela-s

  • Hantu Vila   Teror Pocong Kiriman Part 3

    Perasaannya berubah menjadi tak nyaman dengan aura rumahnya sendiri. Pantas saja saat pulang sore tadi, tak ada siapa pun. Bahkan kamar-kamar pun terkunci. Hanum bisa masuk ke dalam karena ia memang membawa salah satu kunci cadangan rumah.Suasana sepi yang menyambutnya sedari tadi ternyata tak hanya sementara. Bahkan ia mengira keluarganya sedang pergi menginap ke rumah sanak saudara terdekat saja. Hanum menggelengkan kepala, berusaha menanamkan pikiran-pikiran positif tak akan terjadi apa-apa.Setelah berhasil menenangkan diri, ia menyalakan lampu tidur temaram dan mematikan lampu utama kamar. Hanum mulai merebahkan diri, mencoba tidur. Sudah hampir satu jam matanya terpejam, namun ia benar-benar tak bisa tidur. Bahkan suara detik-detik jarum yang bergerak terdengar begitu jelas di telinga.(BRUK! BRUK! BRUK!)Ada suara sesuatu yang berat tampak berdebum melompat beberapa kali. Hanum mengacuhkan, berharap itu hanya halusinasi.(BRUK! BRUK! BRUK!)Suar

  • Hantu Vila   Teror Pocong Kiriman -Tamat

    Menjelang setelah asar Pakde Anom sudah terlihat datang ke rumah keluarga pak Saiful. Lelaki paruh baya itu menyambutnya penuh suka cita. Ujung matanya juga menangkap dua sosok pemuda lain di belakang Pakde Anom. Seolah mampu membaca pikiran, pakde Anom pun menjawab:“Ini murid-muridku Pul, mereka juga akan membantu proses peruwatan nanti."“Oh, begitu pakde,” jawab pak Saiful sembari mempersilakan ketiganya masuk ke dalam rumah.Pukul 11 malam, kompleks perumahan terlihat mulai sepi. Tampak dua orang pemuda yang dibawa pakde Anom menggali tanah dengan sekop dan memendam sesuatu di empat sudut penjuru rumah.Tujuannya adalah menanam pagar gaib untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan saat proses ritual pengusiran. Pak Saiful tampak mengintip dari jendela di dalam rumah mengamati aktivitas tersebut. Sebuah tepukan pelan di bahu kanan membuatnya menoleh. Dilihatnya Pak Hasan mencoba memberikan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.Kedu

Bab terbaru

  • Hantu Vila   Sekolah Angker Tamat

    Aduh bapak hampir lupa, Cokro. Ya tukang bersih-bersih itu. Dia sangat terobsesi dengan senam. Setiap Rabu pagi, dia rutin ikut senam di belakang barisan siswa."Pak, bapak yakin kalau pembunuh Veli adalah Cokro?" Tanya Eldi."Iya, bapak pernah bilang kalau Cokro belum sempat diperiksa polisi, tapi sudah meninggal dikeroyok siswa," ujar Gina."Bapak sendiri tidak yakin kalau Cokro pelakunya, tapi kasus itu sama sekali tidak pernah terungkap sampai sekarang," jelas Pak Gimin."Pak, saya yakin kalau kematian siswa di sekolah kita itu karena roh Cokro yang marah. Dia dituduh dan dibunuh begitu saja, siapa tahuCokro bukan pelakunya," Gina mengeluarkan kegelisahannya selama ini."Sudahlah Gina, Eldi. Kalian masih terlalu dini untuk memikirkan hal-hal seperti ini.Gina menanyakan lokasi makam Cokro pada Pak Gimin, ia ingin berziarah dan meminta maaf mewakili semua siswa SMA Setia Bakti. Dengan harapan Cokro tidak lagi mengganggu siswa di sekolahnya.Di samping

  • Hantu Vila   Sekolah angker Part 3

    Sekolah angker part3Gina dan Eldi masuk ke perpustakaan."Di, ini persis wajah perempuan yang ada di bayangkan gua semalem. Lihat deh dia masuk ke sekolah ini tahun 2000 dan berhenti tahun 2000 juga," Gina menyodorkan buku Arsip pada Eldi."Iya, juga ya. Kita tanya kepala sekolah aja, Gin. Siapa tahu Pak Gimin masih ingat tentang perempuan ini.""Lu benar, Di."Gina memotret foto Velicia Tjhia. Kemudian mereka bergegas menuju kantor kepala sekolah. Kebetulan Pak Gimin sedang ada di ruangannya. Ia terlihat sibuk dengan lembaran dokumen di atas meja. Malu-malu Gina dan Eldi masuk ke ruangan Pak Gimin."Selamat siang, Pak?""Iya, siang." Pak Gimin menoleh pada mereka berdua."Kami mau bicara sebentar saja.""Oh, iya silakan masuk, Nak."Mereka berdua duduk di hadapan Pak Gimin lalu menunjukkan sebuah gambar di layar smartphone Gina."Maaf ganggu waktunya, Pak. Apakah bapak kenal dengan siswi ini?"Pak Gimin terkejut, ia heran

  • Hantu Vila   Sekolah angker part 2

    Pembunuhan"Anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru, ya," kata Bu Yati, guru matematika.Veli dengan percaya diri masuk ke dalam kelas 3A didampingi kepala sekolah. Di kantong tasnya ada buah rambutan pemberian Pak Cokro."Hai semua, kenalin namaku Velicia Tjhia. Atau biasa dipanggil Veli. Aku pindahan dari SMA Darma Bakti Yogyakarta. Salam kenal semua," ujar Veli sambil tersenyum."Hai Veli," serentak semua murid di kelas itu menyapanya."Veli, kamu bisa duduk di samping Sinta ya," Kata Bu Yati.Veli mengangguk dan langsung menuju tempat duduknya."Baik, anak-anak. Tolong temani Veli dan terima dia dengan baik, ya." ucap Pak kepala sekolah."Iya, Pak," jawab semua murid serentak.Walau Veli siswa pindahan, tidak butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan teman-temannya juga dengan setiap mata pelajaran. Veli terbilang siswi yang pintar. Ia kini menjadi pesaing beratnya Mona yang setiap tahun meraih juara satu di kelas itu.

  • Hantu Vila   Sekolah Angker Part 1

    Siapa nama kamu?Gina, lu serius berani sendiri?"Fika mengarahkan cahaya senter ke gedung sekolah tiga lantai. Tak ada lampu yang menyala di gedung itu, mungkin listriknya sedang mati."Iya Fik. Itu jam tangan pemberian almarhum nyokap gua. Takut ilang kalau nggak diambil sekarang.""Lagian lu ada-ada aja pake lupa segala. Eh, gua nggak berani nganter lu masuk ke kelas, ya. Gua nunggu di sini.""Iya nggak apa-apa. Lu jagain motor gua.""Eh, tapi gua juga takut sendirian di sini gimana dong?" Fika merengek."Lu tenang aja. Gua pasti nggak akan lama-lama."Gina membuka gerbang sekolah yang kebetulan tidak dikunci. Sekolah SMA Setia Bakti memang tidak ada satpamnya. Pihak sekolah sudah membuka lowongan, tapi tidak ada orang yang berani melamar. Banyak cerita horor yang beredar dari mulut ke mulut tentang sekolah itu."Gin, tunggu. Lu yakin mau masuk," Fika menarik lengan bajunya Gina."Eh, gua kan udah bilang kalau gua yakin mau masuk.

  • Hantu Vila   Dinas Bidan tamat

    Pagi ini aku tidak masuk kerja karena tiba-tiba badanku demam tinggi. Aku juga sudah minum obat, tapi demamku tidak kunjung reda. Sekarang tubuhku malah menggigil. Wajahku tampak pucat saat kulihat di cermin. Kantung mataku juga mendadak hitam. Segera kubenamkan diri di atas kasur. Semakin lama tubuhku malah menggigil."Dinda...," dengan suara serak kupanggil Dinda."Iya, Mbak," sahutnya dari luar. Kudengar langkah kakinya mendekat ke kamarku."Mbak sakit?" tanya Dinda sambil melongokkan kepala dari balik pintu."Iya, Dinda. Kalau kamu nggak keberatan, tolong ambilkan mbak air hangat ya," pintaku sambil menggigil."Iya, Mbak. Tunggu ya."Tak lama kemudian dia muncul kembali dengan membawa segelas air hangat. Aku meraih gelas itu dan menyeruput airnya."Mbak sakit apa? Sudah minum obat?" Dinda duduk di sampingku."Aku demam, Din. Sudah tadi," kuserahkan kembali gelas itu pada Dinda."Semoga lekas sembuh, Mbak," kata Dinda.Dia lalu ke

  • Hantu Vila   Dinas Bidan Part 3

    “Kamu apa-apaan Din! Mbokmu sudah meninggal! Hargai mbokmu!” aku meneriakinya.“Mbokku hidup lagi kok hahaha…,” Dinda lari-lari kecil mengelilingi jenazah mboknya.“Dinda! Mbak bilang hargai Mbok kamu!” aku menerobos hujan yang kian lebat, menghampiri Dinda.Kain kafan Mbok Ibah basah kuyup dan kotor, “Astagfirullah! Dinda apa-apaan kamu! Sadar Dinda sadar!” kupegang erat kedua tangannya agar dia mau diam.“Lepasin Mbak ih…!” dia berontak.“Ada apa ini?!” Pak Rahmat muncul dengan membawa payung.“Kenapa jenazah Mbok Ibah ada di sini?!” Pak Rahmat terkejut melihat jenazah itu.Dia langsung membopong jenazah Mbok Ibah dan membawanya masuk ke dalam rumah. Dinda susah sekali dikendalikan, dia malah menangis sambil memanggil-manggil mboknya. Pak Rahmat kembali tanpa menggunakan payung, dia langsung memangku paksa si Dinda yang masih mengamuk.“Is

  • Hantu Vila   Dinas Bidan Part 2

    Sore itu semua petugas puskesmas sudah pulang. Pak Sukra memberikan kunci puskesmas kepadaku. Malam ini aku mau menginap saja di puskesmas. Kebetulan ada hal yang mau kukerjakan. Aku akan menyusun rancangan penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya keselamatan saat bersalin.Lebih dari itu, jujur saja aku masih trauma kalau harus pulang ke rumah Dinda. Ada yang tak beres sama mboknya. Dan, aku yakin bidan yang pernah tinggal di rumah Dinda juga mengalami hal yang sama.Selepas magrib kututup gerbang puskesmas lalu mengunci pintu rapat-rapat. Aku mulai bekerja menyusun rancangan dan materi untuk penyuluhan. Selang beberapa saat ada yang mengetuk pintu. Sepertinya ada yang mau berobat. Segera aku beranjak dari tempat duduk dan langsung membukakan pintu.Di depanku berdiri seorang perempuan berbaju daster yang sedang hamil tua. Dia memegangi kandungannya sambil meringis kesakitan.“Tolong aku, Bu!” katanya dengan suara yang tertahan.“

  • Hantu Vila   Dinas Bidan Part 1

    Sebelum saya menceritakan pengalaman teman saya yang mulai dinas didaerah terpencil sebagai bidanOh iya, perkenalkan dulu, aku Maya. Aku tuh seorang bidan. Setelah lulus kuliah, aku sempat kerja di klinik. Sebenarnya klinik itu milik kakak iparku. Kalau kalian pernah ke Balaraja, klinik tempatku bekerja tidak jauh dari pasar Balaraja. Selama dua tahun aku bekerja di sana.Tahun 2016, pemerintah membuka lowongan CPNS. Aku iseng-iseng ikutan daftar. Sebenarnya aku hanya ingin tahu saja bagaimana tes CPNS itu dan tidak punya harapan tinggi bisa lolos tes. Tapi, Tuhan berkata lain. Alhamdulillah aku lolos CPNS, lalu ditugaskan ke kampung terpencil.Nama kampungnya Mekar Sari. Di sana ada puskesmas yang kekurangan tenaga bidan. Oh iya, bukan kekurangan tapi tidak ada bidannya. Jadi bidan yang pernah tugas di sana minta dimutasi ke daerah lain. Dan... aku ditugaskan untuk mengisi kekosongan bidan di puskesmas itu.Aku tidak menyangka kalau kampung ini benar-benar terp

  • Hantu Vila   Teror Pocong Kiriman -Tamat

    Menjelang setelah asar Pakde Anom sudah terlihat datang ke rumah keluarga pak Saiful. Lelaki paruh baya itu menyambutnya penuh suka cita. Ujung matanya juga menangkap dua sosok pemuda lain di belakang Pakde Anom. Seolah mampu membaca pikiran, pakde Anom pun menjawab:“Ini murid-muridku Pul, mereka juga akan membantu proses peruwatan nanti."“Oh, begitu pakde,” jawab pak Saiful sembari mempersilakan ketiganya masuk ke dalam rumah.Pukul 11 malam, kompleks perumahan terlihat mulai sepi. Tampak dua orang pemuda yang dibawa pakde Anom menggali tanah dengan sekop dan memendam sesuatu di empat sudut penjuru rumah.Tujuannya adalah menanam pagar gaib untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan saat proses ritual pengusiran. Pak Saiful tampak mengintip dari jendela di dalam rumah mengamati aktivitas tersebut. Sebuah tepukan pelan di bahu kanan membuatnya menoleh. Dilihatnya Pak Hasan mencoba memberikan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.Kedu

DMCA.com Protection Status