Home / Horor / Hantu Vila / Hantu Di kursi Belakang

Share

Hantu Di kursi Belakang

Author: sekar
last update Last Updated: 2021-07-29 19:43:07

“Itu di depan mobil siapa Pa?”

“Hehe, bagus kan? Temen Papa di kantor jual murah banget. Ya udah Papa beli deh”

“Waaah, kenapa beli mobil tua sih, sering mogok loh nanti.”

“Enak aja kamu, mesinnya masih bagus itu, bodinya juga mulus kan, hehehe.” 

Itu percakapan dengan Ayah ketika aku baru sampai rumah sepulang kuliah.

Percakapan yang dipicu oleh keherananku ketika melihat ada mobil asing terparkir di halaman. Mobil yang telihat umurnya sudah cukup tua, tapi bisa dibilang masih bagus penampilannya, bodi mulus mengkilat. 

“Papa ini ada-ada aja, mobil tua dan kuno kok dibeli.” Lanjutku.

“Itu mobil klasik, antik, bukan mobil tua. Dasar kamu ya.” Jawab Papa sambil terus serius melihat ponsel di tangannya. 

Tapi benar juga sih, mobil yang baru papa beli ini adalah BMW seri 3 tahun 80an, warna silver mengkilat, seperti aku bilang tadi, bodinya masih kelihatan mulus tanpa cacat. Masih asik-lah untuk aku bawa ke kampus, sepertinya masih bisa membuat para gebetan melirik, hehe. 

Kisah berawal dari ketika tiba-tiba saja Ayahku beli kendaraan lagi, sebelumnya kendaraan ini milik teman kantornya, Ayah membelinya karena tertarik dengan harga murah yang ditawarkan. 

Seperti yang sudah aku ceritakan di atas tadi, mobil jenis sedan ini masih terlihat sangat bagus dan terawat, menurutku Ayah benar, dia membayar cukup murah untuk mobil sebagus itu. 

Begitulah, pada awal tahun 2018 itu kami punya mobil lagi, kendaraan yang ternyata nantinya akan jadi penggalan cerita yang mungkin akan kami ingat selamanya.

“Mobil itu agak aneh deh Rei, Mama kok sering punya perasaan aneh kalo lagi duduk di belakang.”

“Perasan aneh gimana Ma?”

“Perasaan kok kayak gak lagi sendirian, kayak ada yang duduk di sebelah Mama. Serem deh.”

“Ah itu perasaan Mama aja kali maaaa, gak ada apa-apa kok.” 

Itu contoh percakapanku dengan Mama, setelah sudah beberapa bulan kami memiliki mobil itu. Mama beberapa kali bilang begitu, katanya dia seperti ada yang menemani ketika sedang duduk di kursi belakang mobil sendirian. 

Kalau Ayah beda, beberapa kali dia bilang kalau mencium wangi parfum di dalam mobil, kadang tercium samar, kadang wangi menyengat menusuk hidung. Parfum siapa? Kami gak tahu, kata Ayah wanginya aneh, seperti parfum zaman dulu. 

Aku dan Kakakku waktu itu gak terlalu menanggapi serius cerita-cerita mereka, karena kami gak pernah mengalami peristiwa yang mereka ceritakan ketika sedang mengendarai mobil itu, normal saja, biasa. 

Sampai akhirnya kami harus menanggapinya dengan serius, karena aku merasakan sendiri peristiwa seram ketika sedang mengendarai mobil itu.

Aku pacu mobil dengan kecepatan tinggi menyusuri jalan tol dalam kota, membelah gelapnya tengah malam Jakarta.

Rasa takut terus menyeruak isi kepala, gak ada yang bisa dilakukan selain terus melaju, gak berani untuk berhenti di bahu jalan. 

Sementara suara tawa perempuan di kursi belakang masih sesekali terdengar, seiring dengan wangi parfum kuno memenuhi seisi ruang kabin kendaraan.

“Tuhan, siapa yang ada di belakang?” Aku bertanya-tanya dalam hati. 

Perjalanan dari Pondok Indah sampai ke Bintaro yang seharusnya gak sampai setengah jam, jadi terasa lama.

Aku merinding ketakutan, jam satu tengah malam mendengar tawa perempuan di kursi belakang, padahal sejak dari Bandung aku bermobil sendirian, gak ada yang menemani!

Delapan Jam Sebelumnya 

“Lo yakin mau balik sekarang Rei?” Tanya Ando.

“Balik ah, besok gw ada kuliah, cukuplah refreshing di Bandung kali ini Ndo, haha.” Jawabku. 

“Lo kurang tidur men, jangan sampe ngantuk ya, ngantuk minggir dulu.”

“Lo udah kayak nyokap gw, bawel.”

“Hehe, ya udah, yang penting hati-hati, dan jangan ngangkut ya, hahahaha.”

“Sialan lo, udah cukuplah dua malam di Bandung Ndo, hehe.” 

Selesailah percakapan dengan Aldo, sobatku sejak SMA. Setelah lulus aku meneruskan kuliah di Jakarta, sementara Aldo di Bandung.Iya, waktu itu minggu sore, aku baru saja menghabiskan akhir pekan di Bandung, bersenang-senang di kota kembang bersama Aldo dan teman-temannya. 

Setelah selesai percakapan perpisahan itu, aku langsung pulang kembali ke jakarta, sendirian. 

Seperti yang sudah kita semua tahu, minggu sore perjalanan Bandung Jakarta dipastikan akan padat, banyak kendaraan yang kembali pulang setelah berlibur di Bandung. Perkiraanku, jam 10 malam sudah sampai di rumah, di Bintaro, kalau hanya macet normal seperti biasanya di jalan tol. Berkendara sendirian, menggunakan mobil kesayangan Ayah, mobil BMW klasik yang sangat beliau perhatikan perawatannya, membuat aku gak gak bisa menginjak pedal gas dalam-dalam, gak tega. 

Tingkat kecepatan normal, gak terlalu pelan dan gak terlalu cepat. Selain itu, memang badan terasa sangat lelah, di Bandung kurang tidur, jadi khawatir kalau tiba-tiba mengantuk. 

Singkat kata, ketika baru saja melewati Purwakarta, hal yang gak aku inginkan terjadi, macet. Kendaraan berbaris tersendat, memanjang terus ke arah Jakarta.

“Tuhan, masih sampe Purwakarta sudah mulai macet.” Gumamku sendirian.

Sudah jam 7 malam, entah ini macetnya sampai mana. 

Alunan musik dari radio membuat aku sedikit terhibur, bisa mengalihkan pikiran dari kekesalan yang mulai hinggap karena kendaraan hanya merayap pelan.

Waktu terus bergulir..

Jam delapan..

Jam Sembilan. 

Jam sepuluh, Mobil masih juga jalan perlahan, baru sampai di Kerawang, masih jauh dari Jakarta apalagi Bintaro.

Nah ketika sudah di jam sepuluh malam inilah, aku merasakan kalau suasana di dalam mobil seperti ada yang beda. Beda gimana? Ada yang aneh.. 

Awalnya, satu dua kali seperti ada bayangan di kursi belakang, aku melihatnya melalui kaca spion. Di awal-awal, aku langsung menoleh ke belakang, tapi ya pasti gak ada siapa-siapa, kan memang sedang berkendara sendirian.

“Ah mungkin bayangan dari luar,” Begitu pikirku. 

Pada titik ini aku belum punya perasaan takut, walaupun bayangan itu beberapa kali masih kelihatan di ujung mata, selain dari spion.

Kejadian aneh berikutnya, ketika sudah mendekat ke jam sebelas, tercium wangi parfum. 

Wangi parfum yang sama sekali belum pernah tercium sebelumnya, karena itulah aku sangat yakin kalau ini bukan parfum Ayah atau Ibu, aku yakin itu. 

Wanginya seperti parfum zaman dulu, entah kenapa aku berpikir seperti itu, tiba-tiba saja muncul di kepala, memang sepertinya wangi parfum tua, zaman dulu. 

Awalnya wangi ini samar tercium, antara ada dan tiada, tapi lama kelamaan semakin menyengat.

“Ini parfum Papa atau Mama sih, kayaknya tumpah nih di belakang.” Itu yang ada di pikiranku, awalnya. 

Kendaraan melaju sangat pelan, karena jalanan masih tersendat, saat itu pulalah aku coba untuk mencari di mana kiranya parfum tumpah itu, lalu tangan kiri aku julurkan ke belakang, meraba kursi dan bagian bawahnya, dengan mata tetap memperhatikan jalan. 

Nah, ketika tangan sedang meraba-raba kursi belakang inilah tiba-tiba aku seperti menyentuh permukaan dingin, seperti permukaan kulit tubuh yang dingin. Aku kaget, refleks langsung menarik tangan lalu menoleh belakang.

Kosong, kursi belakang masih tetap kosong, syukurlah. 

Entah tanganku menyentuh apa tadi, terasa seperti permukaan kulit manusia.

Setelah itu, aku mencium jari-jari tangan kiri, coba menghirup aromanya. Ternyata tanganku menjadi wangi, wangi parfum yang sejak tadi mengusik indera penciuman. 

“Ah, bener kan, ada parfum tumpah.” Begitu pikirku lagi.

Setelah itu aku gak berpikir macam-macam lagi, lalu terus konsentrasi melanjutkan perjalanan. Sementara itu wangi parfum sesekali menyengat menyeruak seisi mobil. 

Selepas Cikarang kendaraan mulai melaju lebih cepat, gak lagi jalan merayap, kemacetan mulai terurai.

Jam sudah di pukul 12 tengah malam. Aku berbelok masuk jalan tol lingkar luar, menuju Bintaro. 

Sial, di daerah Taman mini sampai depan terminal kampung rambutan, kendaraan kembali tersendat,

ada perbaikan jalan. Tepat di depan Terminal Kampung Rambutan, aku yang mulai merasa ngantuk, tetiba segar karena kaget.

Sekilas, aku melihat ada sosok perempuan di kursi belakang! melihatnya melalui kaca spion. Sekali lagi aku langsung menoleh ke belakang, gak ada siapa-siapa.. 

“Ah mungkin karena ngantuk, jadi halu deh.” Gumamku dalam hati.

Setelah itu aku nyalakan radio dengan volume tinggi, supaya terus terjaga. 

Selepas dari kampung rambutan, jalan tol tiba-tiba lancar, kendaraan mulai melaju kencang. Aku juga begitu, mulai menginjak pedal gas dalam-dalam, pingin cepat sampai rumah. 

Tapi hanya sebentar, aku harus mengangkat pedal gas, mengurangi kecepatan. Kenapa? Karena penciuman kembali menangkap sesuatu, kembali tercium wangi parfum, namum kali ini menyengat menusuk hidung.

“Parah nih baunya.”

Setelah itu, kembali sesuatu terjadi. 

Aku mendengar tawa perempuan, bukan cekikikan atau terbahak-bahak, tapi tawa pelan.. 

Mengecilkan volume radio, aku coba menajamkan pendengaran, jadi hening, sama sekali gak terdengar apa-apa.

Ah berarti tadi suara tawa asalnya dari radio, karena penyiarnya sedang berbicara, begitu kesimpulanku, lalu menaikkan volume radio lagi dan mempercepat laju kendaraan. 

Tapi, ketenangan perasaan itu ternyata hanya sebentar, ketika tengah melintas lewat depan Citos akhirnya semuanya terjadi, kejadian seram di dalam mobil ini. 

Lagi-lagi aku mendengar tawa perempuan di kursi belakang, sangat jelas, dan kali ini aku yakin kalau asalnya bukan dari radio, karena radio tengah memutar lagu, bukan penyiar yang sedang bicara.

Aku lalu mengecilkan volume radio pelan-pelan, penasaran terbalut penuh ketakutan. 

Benar, ketika sudah sangat sunyi gak ada suara apa-apa, akhirnya terdengar jelas tawa perempuan, tawa perempuan dari kursi belakang.

Suara tawa itu diiringi juga oleh wangi parfum menyengat. 

Yang lebih mengerikan lagi, ketika gak sengaja melirik kaca spion, aku melihat benar ada sosok perempuan sedang duduk di kursi belakang, duduk di sisi bagian kanan, tepat di belakangku. 

Perempuan ini hanya terlihat sebagian wajah dan matanya saja, itu pun gak jelas karena tertutup rambut hitamnya. 

Tubuh langsung merinding, buku kuduk berdiri, desir-desir aliran darah terasa mengalir cepat, aku sangat ketakutan, lalu mengubah posisi duduk supaya gak bisa langsung melihat kaca spion.

Sementara tawa perempuan terus terdengar..

“He, he, he, he.” Kira-kira seperti itu. 

Aku pacu mobil dengan kecepatan tinggi menyusuri jalan tol dalam kota, membelah gelapnya tengah malam Jakarta.

Ketakutan terus menyeruak isi kepala, gak ada yang bisa dilakukan selain terus melaju, aku gak berani untuk berhenti di bahu jalan. 

Sementara suara tawa perempuan di kursi belakang terus terdengar, seiring dengan wangi parfum kuno menyeruak seisi ruang kabin kendaraan.

“Tuhan, siapa perempuan yang sedang berada di belakang?” Aku bertanya-tanya dalam hati. 

Perjalanan dari Pondok Indah - Bintaro yang seharusnya gak sampai setengah jam, jadi terasa lama sekali.

Akhirnya, ketika sudah masuk jalan tol arah Bintaro, aku membuka kaca jendela sebagian, membiarkan angin malam masuk, dengan tujuan mengurangi ketakutan. 

Tapi ternyata nggak, cekam gak berkurang, ketakutan belum juga hilang. Suara tawa terus terdengar sesekali, wangi parfum juga seperti menguliti. 

Puncaknya, ketika kendaraan akan keluar tol, di telinga kanan seperti ada perempuan berbisik pelan,

“Pelan-pelan saja nak.”, begitu suaranya. Aku semakin panik, ketakutan menyentuh level tertinggi. 

Akhirnya, aku buka penuh kaca jendela, membiarkan banyak angin masuk ke dalam, suara dari luar juga jadi terdengar riuh.

Syukurlah, kira-kira 15 menit kemudian aku sampai juga di rumah. 

“Kak, bukain gerbang buruan dong, Gw bentar lagi sampe rumah nih.” Aku menelepon kakak beberapa menit sebelum benar-benar sampai depan rumah.

Ketika sudah sampai, aku memasukkan mobil ke dalam garasi. Lalu buru-buru keluar. 

“Knapa sih lo? Panik amat, kayak lagi dikejar setan.” Begitu Kakak bilang setelah melihatku keluar dari mobil.

“Ayok cepetan masuk Kak, buruan.” Aku bilang begitu setelahnya.

“Ada apa sih?”

“Udah, cepetan masuk aja dulu.” 

Lalu kami masuk ke dalam rumah, berbincang sebentar sebelum masuk kamar masing-masing.

“Bener kata Mba Ida Kak, dia gak halu, beneran dia liat setan.”

“Masak sih, serius lo?” Tanya Kakak. 

“Iya Kak, tadi gw dari Bandung sendirian, tapi tiba-tiba ada perempuan duduk di kursi belakang, persis kayak yang Mba Ida ceritain waktu itu. Serem banget, sepanjang jalan dia ketawa, sambil bau wangi parfum zaman dulu kak, sumpah serem banget.” Aku ceritakan semuanya. 

Kakak hanya diam terus mendengarkan.

Siapakah Mbak Ida? Mbak Ida adalah asisten rumah tangga di keluarga kami.

Sebelumnya, dia mengalami kejadian seram yang melibatkan mobil baru milik ayah juga.

Waktu itu malam hari, aku lupa hari apa. Kami masih kumpul duduk santai di depan tv sekitar jam sembilan.

Lalu tiba-tiba Papa bilang begini, “Aduh, kacamata Papa ketinggalan di mobil.”

Kebetulan, waktu itu ada Mbak Ida juga sedang duduk menonton tv. 

“Ida, coba tolong ambil kacamata dong di mobil.” Ayah bilang begitu,

“Di mobil yang mana Pak?” Tanya Mbak Ida.

“Di mobil silver,” Jawab Ayah.

“Hmm, eemm, mmm, gak bisa besok pagi aja Pak? Emang mau dipake sekarang.” Tanya Mbak Ida sambil agak gelagapan bicaranya. 

“Sekarang Ida, mau ada yang saya baca di HP nih. Kenapa sih? Kamu takut hantu ya? gak ada hantu di mobil itu, sudah tolong ambil sana.” Begitu kata Ayah. 

Hantu di dalam mobil?

Iya, sebelumnya Mbak Ida pernah cerita kalau dia beberapa kali melihat penampakan hantu perempuan sedang duduk di kursi belakang mobil warna silver yang baru Ayah beli. 

Waktu itu kami hanya menertawainya saja, karena sudah sangat kenal Mbak Ida, kami tahu kalau dia ini orang yang sangat penakut. Makanya kami gak terlalu menggubris ketika dia cerita tentang hantu di kursi belakang mobil silver itu. 

“Sudah Mbak, ambilin sana deh, Papa bawel kan.” Begitu Kakak bilang.

Terlihat ragu, akhirnya Mbak Ida bangun dari duduknya, lalu berjalan menuju garasi. 

“Gapapa Mbak, gak ada hantu, gak ada.” Begitu ucapku sambil cekikikan, ketika melihat raut wajah takutnya.

Ya sudah, lalu Mbak Ida benar ke garasi, untuk mengambil kaca mata Ayah. Sementara kami terus lanjut nonton TV. 

Nah, saking asyiknya berbincang, sampai-sampai kami lupa dengan Mbak Ida, setelah sampai 30 menit kemudian dia belum kembali juga.

“Eh, Ida ke mana ya? kok lama amat ngambil kacamata doang.” Begitu kata Ayah.

Benar, akhirnya kami semua sadar, Mbak Ida ke mana? Kok lama? 

“Stella, coba liat di garasi, ada Ida gak.” Ayah menyuruh Kakak untuk melihat ke garasi, karena posisi duduknya lebih dekat.

Kemudian kakak bangun dari duduk, melangkah ke garasi,

Tapi gak lama kemudian, kakak tiba-tiba kembali dari garasi dengan tergopoh-gopoh. 

“Pa, ayo ikut liat ke garasi, aku gak mau sendirian, takut.” Kata Kakak dengan suara gemetaran.

Aku, Ayah, dan Ibu tentu saja penasaran, ada apa sih? Apa yang terjadi dengan Mbak Ida?

Lalu kami semua menuju garasi, melihat apa yang terjadi. 

Sesampainya di garasi, kami semua melihat Mbak Ida sedang duduk di kursi belakang mobil BMW silver itu, dia duduk dalam gelap.

Setelah kami sudah cukup dekat, barulah kelihatan kalau ternyata Mbak Ida duduk sambil menangis.

Kenapa dia? Apa yang terjadi? 

Setelah kami sudah berhasil membawanya masuk ke dalam rumah, perlahan Mbak Ida berhenti menangis, kemudian mulai bercerita.

Jadi, ketika sedang mencari kaca mata di dalam mobil, tiba-tiba dia mencium bau parfum, lalu setelahnya mendengar tawa perempuan di kursi belakang. 

Benar, setelah Mbak Ida melihat langsung ke asal suara, ternyata memang ada sosok perempuan sedang duduk di kursi belakang, perempuan yang sama sekali gak dia kenal.

Lalu sosok perempuan itu seperti menyuruh Mbak Ida untuk duduk di kursi belakang, duduk persis di sebelahnya. 

Seperti terhipnotis, mbak Ida menuruti kemauan perempuan itu, untuk duduk di kursi belakang. Ketika sudah duduk, kemudian perempuan itu menggenggam tangan Mbak Ida, seperti memberi tanda kalau Mbak Ida gak boleh ke mana-mana, harus tetap duduk di kursi belakang. 

Sampai akhirnya kami semua muncul di garasi, kemudian sosok perempuan menyeramkan itu menghilang.

Related chapters

  • Hantu Vila   Angkot Jatinagor

    Aku Rizky, Mahasiswa angkatan 2005 salah satu kampus di Jatinangor, Jawa Barat.Yang akan aku ceritakan kali ini adalah peristiwa yang aku alami sendiri pada tahun 2006.Begini ceritanya..Seperti mahasiswa lain yang berasal dari luar daerah di mana letak kampus berada, aku yang berasal dari Sukabumi harus ngekost juga.Tempat kostku gak teralu jauh dari kampus, masih bisa dijangkau dengan jalan kaki untuk pulang pergi kuliah.Dan, sama juga dengan sebagian besar anak kost lainnya, aku juga mengandalkan transportasi umum kalau harus ke tujuan agak jauh, salah satunya angkot.Ngomong-ngomong soal angkot, boleh dibilang aku sangat jarang menggunakannya, karena tempat kost berada di tengah-tengah, jadi kalau mau ke mana-mana masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki.Kalau mau ke tempat tujuan jauh naik apa dong?.Nah, kalau melihat letak di mana Jatinangor berada, yaitu di antara kota Bandung d

    Last Updated : 2021-07-30
  • Hantu Vila   Hantu di kursi Belakang

    “Itu di depan mobil siapa Pa?”“Hehe, bagus kan? Temen Papa di kantor jual murah banget. Ya udah Papa beli deh”“Waaah, kenapa beli mobil tua sih, sering mogok loh nanti.”“Enak aja kamu, mesinnya masih bagus itu, bodinya juga mulus kan, hehehe.”Itu percakapan dengan Ayah ketika aku baru sampai rumah sepulang kuliah.Percakapan yang dipicu oleh keherananku ketika melihat ada mobil asing terparkir di halaman. Mobil yang telihat umurnya sudah cukup tua, tapi bisa dibilang masih bagus penampilannya, bodi mulus mengkilat.“Papa ini ada-ada aja, mobil tua dan kuno kok dibeli.” Lanjutku.“Itu mobil klasik, antik, bukan mobil tua. Dasar kamu ya.” Jawab Papa sambil terus serius melihat ponsel di tangannya.Tapi benar juga sih, mobil yang baru papa beli ini adalah BMW seri 3 tahun 80an, warna silver mengkilat, seperti aku bilang tadi, bodinya masih ke

    Last Updated : 2021-07-31
  • Hantu Vila   Wahana maut part 1

    Jangan Main ke Wahana IniKenalkan, aku Sarah. Tahun lalu sekitar pertengahan bulan Agustus, aku dan teman-temanku mengalami kejadian mengerikan di sebuah wahana angker. Ini semua gara-gara Dion kalau saja dia tidak mengajak kami main ke wahana itu mungkin petaka ini tak akan pernah menimpa kami.Dion itu salah satu sahabatku. Jadi, kami tuh sahabatan empat orang. Aku, Dion, Rendi (dia pacarku), dan satu lagi si Arin. Persahabatan kami sudah terjalin dari sejak lama.Di suatu siang, kami berempat sedang kumpul di kantin. Awalnya obrolan kami membahas dosen killer yang suka mengusir mahasiswa dari kelas. Tiba-tiba topik obrolan kami beralih membahas wahana malam. Kata Dion di dekat sini ada wahana malam yang seru banget.“Pokoknya kalian nggak akan kecewa. Ayolah kita ke sana,” kata Dion, ekspresi wajahnya penuh semangat.“Emang wahananya daerah mana sih?” tanya Rendi penasaran.“Di dekat Cise

    Last Updated : 2021-07-31
  • Hantu Vila   Wahana Maut Tamat

    tersenyum Waktu saya datang ke yayasan, adik saya maksa ikut, akhirnya saya ajak dia, tapi sore harinya ibu panti datang dan jemput dia pulang. Saya ga bisa telpon atau sekedar nanya kabar adik saya, saya kangen banget aki," Aki Toha tersenyum mendengar cerita gadis itu.Nama kamu siapa?,” tanya Aki.“Andini, Aki," jawabnya sambil tersenyum ceria.Setelah sampai di pasar, Andini meminta ijin untuk menuju panti yang letaknya bersampingan dengan toko klontong, Andini menunjuk panti itu kepada Aki dan berjanji akan kembali setelah 30 menit. Aki mengiyakan dan merekapun turun dari mobil.Ada Makhluk Gaib yang Mengikuti KamiSampai malam tiba, Dion tidak kunjung bangun. Dia tidur dengan sangat nyenyak. Aku tak tega kalau harus membangunkannya. Kami akhirnya menginap di rumah ambu Minah, kebetulan dia sangat baik dan mengizinkan kami untuk menginap di rumahnya.Ambu Minah memang hanya tinggal sendirian di rumah itu. Suaminya sudah lama

    Last Updated : 2021-08-01
  • Hantu Vila   Hantu Kamar Mandi

    Kamar mandi, satu ruangan yang selalu ada di setiap bangunan, entah itu rumah, kantor, tempat ibadah, mall, dan lain sebagainya, kamar mandi pasti ada.Ya memang tujuan dibuat untuk memenuhi salah satu hasrat manusia, yaitu membersihkan diri alias mandi, buang air, atau kegiatan lainnya.Di dalam bangunan tempatnya berada, letak kamar mandi hampir pasti di bagian belakang, atau di lokasi yang agak tersembunyi, jarang sekali letaknya di bagian depan bangunan, hampir gak ada kan?Isi di dalamnya juga beda-beda, dari yang sederhana sampai yang mewah.Dulu, di rumah nenek, kamar mandinya masih ada bak air besar, di sebelahnya ada sumur sebagai sumber air, dan tentu saja letaknya di belakang rumah, di luar malah.Gw juga punya teman, yang kamar mandi rumahnya berukuran sangat besar dan mewah, gak ada bak air tentunya. Yang seru, di dalamnya ada taman kecil, sangat cocok buat sambil melamun, hehe.Begitulah kamar

    Last Updated : 2021-08-02
  • Hantu Vila   Darah Daging Part 1

    -Sudut pandang Kevin-“Vin, ibu sebenarnya berat harus cerita ini ke kamu, di umur kamu sekarang mungkin kamu tidak akan paham akan keadaan keluarga akhir-akhir ini, tapi kamu sudah dewasa. Bahkan tahun ini keinginan kamu kuliah ibu ragu Vin,” ucap ibu, sambil mengelus kepalaku yang sedang duduk di teras rumah.“Kevin juga paham Bu, apalagi Ayah akhir-akhir ini terlihat tidak biasanya dan banyak sekali teman-teman ayah yang berkunjung ke rumah ada apa sih bu sebenarnya?” tanyaku.“Ayah bangkrut, utang ke Bank dari perusahan ayah tidak bisa dibayar lagi, sudah mencari investor ke mana-mana Ayah tidak dapat Vin,” jawab Ibu, sambil meneteskan air mata.Aku hanya bisa terdiam, baru kali ini selama aku lahir dari rahim yang aku sebut malaikat ini, aku harus melihat air matanya perlahan turun membasahi pipinya.Tatapannya pada wajahku sangat berat, seolah kalimat yang barusan keluar adalah kalimat yang tidak

    Last Updated : 2021-08-03
  • Hantu Vila   Darah Daging Part 2

    ucapku dalam hati dan langsung teringat sosok nenek, yang sebelumnya aku lihat ketika berangkat meninggalkan rumah beberapa jam kebelakang .Iyah warna baju dan sosoknya sama percis!,” ucapku lagi dalam hati.Tapi kenapa dia mengucapkan aku masih mengingat perlahan“Darah Daging,” dan nama Ayah dan kenapa sosoknya begitu menyeramkan sekali, lalu kenapaaku tidak biasanya tidur siang dan mimpi dengan sosok nenek tua bongkok itu?.Pertanyaan akan keanehan yang aku alami barusan menjadi pertanyaan tanpa jawaban, kebetulan yang tidak aku aminkan, andai itu terjadi dengan Darah yang berceceran yang aku ingat, itu sangat di luar keinginanku.“Akhirnya Vin sampai juga, kamu turunkan semua barang kamu yah, amang tidak akan turun dulu, soalnya buru-buru paling nenek di dalam ketuk aja pintunya,” ucap mang Darma tergesa-gesa.“Baik mang kalau gitu,” jawabku, segera aku turunkan semua di depan rumah nenek ini.Ru

    Last Updated : 2021-08-04
  • Hantu Vila   Misteri mayat Dipondok Indah Graha

    Misteri Mayat di Pondok Indah Graha“Kasus ini bermula saat Eka menginap di Graha Indah pada tanggal 11 September 2013. Resepsionis tempat itu, Ny. Rahma, mengatakan bahwa Eka tiba disana jam 9.00 pagi dan berencana menginap selama tiga hari. Ia menyewa pondok nomor 13. Agus dan temannya Reza, petugas kebersihan tempat itu, tiap pagi bertugas membersihkan semua pondok di Graha indah. Mereka sependapat bahwa di hari kedua Eka menginap, yaitu tanggal 12, tepatnya jam 8.00 pagi, Eka masih membukakan pintu untuk mereka, ketika mereka hendak membersihkan pondok tersebut. Namun keesokan harinya tanggal 13, Agus hendak melakukan tugasnya, tapi tidak ada siapapun yang membukakan pintu. Agus pikir tamunya sedang tidur, jadi Agus melewati pondok itu. Ia kembali pada jam 10.00, namun tetap tak ada yang membukakan pintu. Agus melaporkan hal tersebut kepada Ny. Rahma. Tapi pada awalnya, Ny. Rahma menganggap tamunya mungkin tidak mau diganggu. Nah, baru ketika malam hari, Ny. Rahma cur

    Last Updated : 2021-08-05

Latest chapter

  • Hantu Vila   Sekolah Angker Tamat

    Aduh bapak hampir lupa, Cokro. Ya tukang bersih-bersih itu. Dia sangat terobsesi dengan senam. Setiap Rabu pagi, dia rutin ikut senam di belakang barisan siswa."Pak, bapak yakin kalau pembunuh Veli adalah Cokro?" Tanya Eldi."Iya, bapak pernah bilang kalau Cokro belum sempat diperiksa polisi, tapi sudah meninggal dikeroyok siswa," ujar Gina."Bapak sendiri tidak yakin kalau Cokro pelakunya, tapi kasus itu sama sekali tidak pernah terungkap sampai sekarang," jelas Pak Gimin."Pak, saya yakin kalau kematian siswa di sekolah kita itu karena roh Cokro yang marah. Dia dituduh dan dibunuh begitu saja, siapa tahuCokro bukan pelakunya," Gina mengeluarkan kegelisahannya selama ini."Sudahlah Gina, Eldi. Kalian masih terlalu dini untuk memikirkan hal-hal seperti ini.Gina menanyakan lokasi makam Cokro pada Pak Gimin, ia ingin berziarah dan meminta maaf mewakili semua siswa SMA Setia Bakti. Dengan harapan Cokro tidak lagi mengganggu siswa di sekolahnya.Di samping

  • Hantu Vila   Sekolah angker Part 3

    Sekolah angker part3Gina dan Eldi masuk ke perpustakaan."Di, ini persis wajah perempuan yang ada di bayangkan gua semalem. Lihat deh dia masuk ke sekolah ini tahun 2000 dan berhenti tahun 2000 juga," Gina menyodorkan buku Arsip pada Eldi."Iya, juga ya. Kita tanya kepala sekolah aja, Gin. Siapa tahu Pak Gimin masih ingat tentang perempuan ini.""Lu benar, Di."Gina memotret foto Velicia Tjhia. Kemudian mereka bergegas menuju kantor kepala sekolah. Kebetulan Pak Gimin sedang ada di ruangannya. Ia terlihat sibuk dengan lembaran dokumen di atas meja. Malu-malu Gina dan Eldi masuk ke ruangan Pak Gimin."Selamat siang, Pak?""Iya, siang." Pak Gimin menoleh pada mereka berdua."Kami mau bicara sebentar saja.""Oh, iya silakan masuk, Nak."Mereka berdua duduk di hadapan Pak Gimin lalu menunjukkan sebuah gambar di layar smartphone Gina."Maaf ganggu waktunya, Pak. Apakah bapak kenal dengan siswi ini?"Pak Gimin terkejut, ia heran

  • Hantu Vila   Sekolah angker part 2

    Pembunuhan"Anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru, ya," kata Bu Yati, guru matematika.Veli dengan percaya diri masuk ke dalam kelas 3A didampingi kepala sekolah. Di kantong tasnya ada buah rambutan pemberian Pak Cokro."Hai semua, kenalin namaku Velicia Tjhia. Atau biasa dipanggil Veli. Aku pindahan dari SMA Darma Bakti Yogyakarta. Salam kenal semua," ujar Veli sambil tersenyum."Hai Veli," serentak semua murid di kelas itu menyapanya."Veli, kamu bisa duduk di samping Sinta ya," Kata Bu Yati.Veli mengangguk dan langsung menuju tempat duduknya."Baik, anak-anak. Tolong temani Veli dan terima dia dengan baik, ya." ucap Pak kepala sekolah."Iya, Pak," jawab semua murid serentak.Walau Veli siswa pindahan, tidak butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan teman-temannya juga dengan setiap mata pelajaran. Veli terbilang siswi yang pintar. Ia kini menjadi pesaing beratnya Mona yang setiap tahun meraih juara satu di kelas itu.

  • Hantu Vila   Sekolah Angker Part 1

    Siapa nama kamu?Gina, lu serius berani sendiri?"Fika mengarahkan cahaya senter ke gedung sekolah tiga lantai. Tak ada lampu yang menyala di gedung itu, mungkin listriknya sedang mati."Iya Fik. Itu jam tangan pemberian almarhum nyokap gua. Takut ilang kalau nggak diambil sekarang.""Lagian lu ada-ada aja pake lupa segala. Eh, gua nggak berani nganter lu masuk ke kelas, ya. Gua nunggu di sini.""Iya nggak apa-apa. Lu jagain motor gua.""Eh, tapi gua juga takut sendirian di sini gimana dong?" Fika merengek."Lu tenang aja. Gua pasti nggak akan lama-lama."Gina membuka gerbang sekolah yang kebetulan tidak dikunci. Sekolah SMA Setia Bakti memang tidak ada satpamnya. Pihak sekolah sudah membuka lowongan, tapi tidak ada orang yang berani melamar. Banyak cerita horor yang beredar dari mulut ke mulut tentang sekolah itu."Gin, tunggu. Lu yakin mau masuk," Fika menarik lengan bajunya Gina."Eh, gua kan udah bilang kalau gua yakin mau masuk.

  • Hantu Vila   Dinas Bidan tamat

    Pagi ini aku tidak masuk kerja karena tiba-tiba badanku demam tinggi. Aku juga sudah minum obat, tapi demamku tidak kunjung reda. Sekarang tubuhku malah menggigil. Wajahku tampak pucat saat kulihat di cermin. Kantung mataku juga mendadak hitam. Segera kubenamkan diri di atas kasur. Semakin lama tubuhku malah menggigil."Dinda...," dengan suara serak kupanggil Dinda."Iya, Mbak," sahutnya dari luar. Kudengar langkah kakinya mendekat ke kamarku."Mbak sakit?" tanya Dinda sambil melongokkan kepala dari balik pintu."Iya, Dinda. Kalau kamu nggak keberatan, tolong ambilkan mbak air hangat ya," pintaku sambil menggigil."Iya, Mbak. Tunggu ya."Tak lama kemudian dia muncul kembali dengan membawa segelas air hangat. Aku meraih gelas itu dan menyeruput airnya."Mbak sakit apa? Sudah minum obat?" Dinda duduk di sampingku."Aku demam, Din. Sudah tadi," kuserahkan kembali gelas itu pada Dinda."Semoga lekas sembuh, Mbak," kata Dinda.Dia lalu ke

  • Hantu Vila   Dinas Bidan Part 3

    “Kamu apa-apaan Din! Mbokmu sudah meninggal! Hargai mbokmu!” aku meneriakinya.“Mbokku hidup lagi kok hahaha…,” Dinda lari-lari kecil mengelilingi jenazah mboknya.“Dinda! Mbak bilang hargai Mbok kamu!” aku menerobos hujan yang kian lebat, menghampiri Dinda.Kain kafan Mbok Ibah basah kuyup dan kotor, “Astagfirullah! Dinda apa-apaan kamu! Sadar Dinda sadar!” kupegang erat kedua tangannya agar dia mau diam.“Lepasin Mbak ih…!” dia berontak.“Ada apa ini?!” Pak Rahmat muncul dengan membawa payung.“Kenapa jenazah Mbok Ibah ada di sini?!” Pak Rahmat terkejut melihat jenazah itu.Dia langsung membopong jenazah Mbok Ibah dan membawanya masuk ke dalam rumah. Dinda susah sekali dikendalikan, dia malah menangis sambil memanggil-manggil mboknya. Pak Rahmat kembali tanpa menggunakan payung, dia langsung memangku paksa si Dinda yang masih mengamuk.“Is

  • Hantu Vila   Dinas Bidan Part 2

    Sore itu semua petugas puskesmas sudah pulang. Pak Sukra memberikan kunci puskesmas kepadaku. Malam ini aku mau menginap saja di puskesmas. Kebetulan ada hal yang mau kukerjakan. Aku akan menyusun rancangan penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya keselamatan saat bersalin.Lebih dari itu, jujur saja aku masih trauma kalau harus pulang ke rumah Dinda. Ada yang tak beres sama mboknya. Dan, aku yakin bidan yang pernah tinggal di rumah Dinda juga mengalami hal yang sama.Selepas magrib kututup gerbang puskesmas lalu mengunci pintu rapat-rapat. Aku mulai bekerja menyusun rancangan dan materi untuk penyuluhan. Selang beberapa saat ada yang mengetuk pintu. Sepertinya ada yang mau berobat. Segera aku beranjak dari tempat duduk dan langsung membukakan pintu.Di depanku berdiri seorang perempuan berbaju daster yang sedang hamil tua. Dia memegangi kandungannya sambil meringis kesakitan.“Tolong aku, Bu!” katanya dengan suara yang tertahan.“

  • Hantu Vila   Dinas Bidan Part 1

    Sebelum saya menceritakan pengalaman teman saya yang mulai dinas didaerah terpencil sebagai bidanOh iya, perkenalkan dulu, aku Maya. Aku tuh seorang bidan. Setelah lulus kuliah, aku sempat kerja di klinik. Sebenarnya klinik itu milik kakak iparku. Kalau kalian pernah ke Balaraja, klinik tempatku bekerja tidak jauh dari pasar Balaraja. Selama dua tahun aku bekerja di sana.Tahun 2016, pemerintah membuka lowongan CPNS. Aku iseng-iseng ikutan daftar. Sebenarnya aku hanya ingin tahu saja bagaimana tes CPNS itu dan tidak punya harapan tinggi bisa lolos tes. Tapi, Tuhan berkata lain. Alhamdulillah aku lolos CPNS, lalu ditugaskan ke kampung terpencil.Nama kampungnya Mekar Sari. Di sana ada puskesmas yang kekurangan tenaga bidan. Oh iya, bukan kekurangan tapi tidak ada bidannya. Jadi bidan yang pernah tugas di sana minta dimutasi ke daerah lain. Dan... aku ditugaskan untuk mengisi kekosongan bidan di puskesmas itu.Aku tidak menyangka kalau kampung ini benar-benar terp

  • Hantu Vila   Teror Pocong Kiriman -Tamat

    Menjelang setelah asar Pakde Anom sudah terlihat datang ke rumah keluarga pak Saiful. Lelaki paruh baya itu menyambutnya penuh suka cita. Ujung matanya juga menangkap dua sosok pemuda lain di belakang Pakde Anom. Seolah mampu membaca pikiran, pakde Anom pun menjawab:“Ini murid-muridku Pul, mereka juga akan membantu proses peruwatan nanti."“Oh, begitu pakde,” jawab pak Saiful sembari mempersilakan ketiganya masuk ke dalam rumah.Pukul 11 malam, kompleks perumahan terlihat mulai sepi. Tampak dua orang pemuda yang dibawa pakde Anom menggali tanah dengan sekop dan memendam sesuatu di empat sudut penjuru rumah.Tujuannya adalah menanam pagar gaib untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan saat proses ritual pengusiran. Pak Saiful tampak mengintip dari jendela di dalam rumah mengamati aktivitas tersebut. Sebuah tepukan pelan di bahu kanan membuatnya menoleh. Dilihatnya Pak Hasan mencoba memberikan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.Kedu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status