Hantaran Diminta Kembali. Selvi berjalan tergopoh mendekati Rizal. Wanita yang memakai rok mini itu sedikit berlari menuju ke mobil Rizal. Selvi akan melupakan amarahnya dan mencoba lagi bicara dengan Rizal. Ia masih berharap bisa meluluhkan hati Rizal. Dengan cara apapun, termasuk merendahkan dirinya di hadapan Rizal. "Zal, aku mau bicara sesuatu yang penting!" Selvi bicara dengan cepat.Rizal urung membuka pintu mobil. "Aku minta waktu sebentar, please!" Ujar Selvi dengan mata memohon. Rizal mentap lekat wanita ituLila hanya memperhatikan tingkah wanita yang sedang mengatupkan tangan memohon pada mantan suaminya itu. Rizal menatap ragu kemudian ia menoleh pada Lila. "Bilang Yuda agar ia mengantarnu pulang, aku ada urusan dengan Selvi."Pamit Rizal pada Lila. Lila hanya mematung saja tanpa mengiyakan. Toh, jika Lila menolak, Rizal akan tetap pergi dengan Selvi. Selvi merasa ingin bersorak. Ternyata semudah itu merayu Rizal. Ia hanya perlu bicara dengan nada manja dan
Hantaran Diminta Kembali"Kok, melamun? Kamu dengar ucapanku, nggak?"hardik Rizal dengan suara keras. Lila tersentak dari lamunannya. "Iya, dengar," sahut Lila ragu. Ia tidak yakin Rizal bicara apa. Tapi Lila hafal pria itu memang hanya ingin mengganggunya dan selalu mencari-cari kesalahannya saja. "Aku siapkan makan malam," ucap Lila singkat, gadis itu membungkuk dan mengemasi barang belanjaannya yang tergeletak di meja. Ia memasukkan kembali barang-barang itu ke dalam kantung kreseknya. "Tidak usah masak, aku sedang ingin makan enak hari ini," sahut Rizal sambil menaikkan kedua kakinya di sofa. "Kamu ingin makan apa? Aku masakkan," tanya Lila tidak bersemangat. Rasa nyeri itu masih terasa di kepalanya. "Aku pesan makanan saja, aku tidak ingin selera makanku hilang karena masakanmu nanti tidak sesuai ekspektasiku," Sahut Rizal dengan nada dingin. Lila hanya diam. Ia malas berdebat karena ia merasa lelah. Lila beranjak menuju kamarnya. Lila memandangi ranjang yang rapi
Hantaran Diminta Kembali Rizal membuka pintu kamar. Ia mendekati Lila. "Ada dokter Hendra kemari!" Kata Rizal. Lila membuka matanya. Mengerjap beberapa kali karena terasa panas. Ia merubah posisi tidurnya. Rizal kembali menuju pintu kamar dan membuka lebar, mempersilahkan Dokter Hendra masuk. "Masuk!" Perintah Rizal pada dokter itu. Dokter Hendra memasuki kamar yang luas itu dan mengembangkan senyum lebar. Tatapannya segera tertuju pada ranjang. Ia sedikit heran melihat wanita yang duduk bersandar di ranjang itu. Ada seorang wanita yang duduk bersandar di ranjang besar dan mewah itu. Ia masih muda, Dokter itu mengira usia gadis itu lebih muda sekitar enam tahun di bawah Rizal. Ia tidak mengira istri baru temannya itu seperti gadis muda dengan penampilan yang sederhana. Hendra sangat mengenal Rizal dan Selvi. Wanita itu dan Selvi seperti begitu berbeda, bagai langit dan bumi"Selamat sore nyonya Rizal!" Sapa dokter itu ramah. Lila mengangguk sambil tersenyum. Ia mengi
Hantaran Diminta Kembali"Ada apa?" tanya Rizal menyerbu masuk. Ia mendengar suara benda yang pecah.Rizal melihat Lila berjongkok sambil memunguti pecahan gelas. "Aku mau minum, tapi gelasnya malah jatuh,"Sahut Lila sambil menekan dahinya. "Berdirilah, biar aku bersihkan," Rizal menggamit lengan Lila dan membantunya bangkit. Lila mendesis merasakan nyeri di kepala dan perutnya. "Tidurlah!"Rizal membantu Lila kembali berbaring dan segera menyelimutinya.Lila kembali meringkuk dalam selimut, tubuhnya kembali menggigil. Rizal menghela nafas dalam melihatnya. Rizal segera keluar kamar. Dengan tergesa Rizal menuju dapur. Mencari sesuatu yang tak ditemuinya di dapur itu membuatnya kesal. "Ada apa?" tanya Dokter Hendra mendekat. Yuda mengikuti di belakang. "Lila menjatuhkan gelasnya," sahut Rizal sambil menuang air ke dalam gelas. Ia kembali ke kamar dan membawa minuman untuk Lila. Pelan Rizal meletakkan gelas di meja nakas. Rizal duduk di sisi ranjang. "Kamu mau minum?" Riza
Hantaran Diminta Kembali Rizal melangkah keluar dari ruang direksi dengan langkah lebar. Tangannya membawa tas kerja dan beberapa map, sementara tangan yang lain tetap memegang ponsel yang masih melekat di telinganya. Beberapa map itu lolos dari pegangannya dan berjatuhan di lantai. Yuda mendekati Bosnya dan membantu mengemasi map dan kertas itu. Yuda membantu membawa map menuju ruang kerja Rizal. "Yud, bisa kirim asisten rumah tangga hari ini, nggak?" tanya Rizal masih fokus dengan ponselnya. "Bisa, Pak. Mereka sudah siap," Jawab Yuda lugas. "Bagus nanti antar mereka ke rumah sepulang kerja, ya!" ucap Rizal sambil mendorong pintu ruang kerjanya dengan siku. Karena di tangannya membawa tas dan ponsel yang masih menempel di antara pipi dan telinganya. Yuda mengekori langkah Rizal dan meletakkan tumpukan map di meja. "Lila kemana saja, sih?" Omel Rizal sambil menatap ponselnya. Rizal seketika menoleh. Jadi bosnya itu sedang sibuk menelpon istrinya. "Kenapa, Pak?" tany
Hantaran Diminta Kembali Dengan langkah ringan Rizal keluar dari kantornya. Ia menyapa satpam yang membukakan pintu untuknya. Satpam baru itu tersenyum semringah seolah baru mendapat gaji lemburan karena mendapat sapaan ramah Bos besar. Jarang sekali pria nomer satu di kantor itu bisa menebar senyum ramahnya sepulang kerja. Padahal satpam itu sudah khawatir akan mendapat amarah Rizal setelah membiarkan Aiza memaksa masuk ruang kerja Rizal. Keramahan Rizal hari itu seperti membawa aura baik pada pegawai yang lain. Mereka merasa Rizal berbeda dan lebih ramah. Tak seperti biasanya, angkuh, dingin dan sedikit kejam saat ada yang melakukan kesalahan. "Yud! Aku pulang sendiri, kamu langsung jemput para pekerja itu,"ucap Rizal sambil membuka pintu mobil. Yuda mengangguk ramah dan segera beranjak menuju mobilnya. Mereka segera melaju menuju ke tujuan masing-masing. Rizal memasuki rumah yang tampak sepi. Ia segera menuju kamarnya. Rizal menghela nafas ketika melihat masih a
Hantaran Diminta Kembali Lila melirik Selvi yang menatap piringnya dengan nafas memburu. Lila merasa sedikit kasihan pada wanita itu. "Ayo, buka mulutnya!" ucap Rizal sambil mengarahkan sendok ke mulut Lila."Aku sudah kenyang!" kata Lila dengan tak enak hati. Ia melihat ke arah Selvi, tamunya yang terlihat tak bahagia itu. Tapi Rizal tak berminat menoleh ke sampingnya. "Mbak Selvi mau minum?"tanya Lila sambil menuang air dari pitcher ke gelasnya. Lila tersentak. Selvi tiba-tiba membanting garpu dan pisaunya di atas meja kaca itu hingga menimbulkan suara dentingan yang keras dan membuat semua orang tersentak. "Kamu ngapain, sih!" tegur Rizal dengan nada marah. "Kamu maunya apa? Kenapa kamu tidak memakan makanan dari aku?"Seru Selvi dengan nada marah, air matanya tampak menggenang. Lila pelan mengambil tisu dan melap mulutnya. Ia mulai salah tingkah melihat kejadian yang menegangkan di depannya itu. "Kamu mau memanasi aku dengan memperlakukan wanita itu istimewa, begitu
Hantaran Diminta Kembali "Aku sudah sembuh, kamu enggak usah khawatir!" ucap Lila dengan percaya diri. "Kamu seharusnya tidak perlu memperkerjakan banyak pegawai." Imbuh Lila lagi. "Jadi kamu mau aku memecat salah satu dari mereka?" tanya Rizal serius. "Enggak juga, tapi bagaimana, ya?" sahut Lila bingung menjawab sendiri pertanyaannya."Kamu tidak suka dengan mereka?"tanya Rizal menyelidik. "Enggak juga, mereka sepertinya baik dan masih muda, cantik-cantik lagi!" ucap Lila sambil menghempaskan tubuh di sofa itu. "Kamu pintar memilih pegawai, ya!" sindir Lila tanpa menatap Rizal. "Mereka pegawai yang direkomendasikan Yuda," sahut Rizal menegaskan bahwa para pekerja itu adalah pilihan Yuda. "Oo, i see," gumam Lila sambil manggut-manggut. "Apa Yuda ingin mendekati salah satu dari gadis itu?" tanya Lila setengah berbisik. "Meski saya jomblo, tapi saya tidak berniat menikahi asisten rumah tangga!" sahut Yuda datar. pria itu tiba-tiba muncul di ruangan itu."Sombong, kamu!" ci