Hantaran Diminta Kembali"Ada apa?" tanya Rizal menyerbu masuk. Ia mendengar suara benda yang pecah.Rizal melihat Lila berjongkok sambil memunguti pecahan gelas. "Aku mau minum, tapi gelasnya malah jatuh,"Sahut Lila sambil menekan dahinya. "Berdirilah, biar aku bersihkan," Rizal menggamit lengan Lila dan membantunya bangkit. Lila mendesis merasakan nyeri di kepala dan perutnya. "Tidurlah!"Rizal membantu Lila kembali berbaring dan segera menyelimutinya.Lila kembali meringkuk dalam selimut, tubuhnya kembali menggigil. Rizal menghela nafas dalam melihatnya. Rizal segera keluar kamar. Dengan tergesa Rizal menuju dapur. Mencari sesuatu yang tak ditemuinya di dapur itu membuatnya kesal. "Ada apa?" tanya Dokter Hendra mendekat. Yuda mengikuti di belakang. "Lila menjatuhkan gelasnya," sahut Rizal sambil menuang air ke dalam gelas. Ia kembali ke kamar dan membawa minuman untuk Lila. Pelan Rizal meletakkan gelas di meja nakas. Rizal duduk di sisi ranjang. "Kamu mau minum?" Riza
Hantaran Diminta Kembali Rizal melangkah keluar dari ruang direksi dengan langkah lebar. Tangannya membawa tas kerja dan beberapa map, sementara tangan yang lain tetap memegang ponsel yang masih melekat di telinganya. Beberapa map itu lolos dari pegangannya dan berjatuhan di lantai. Yuda mendekati Bosnya dan membantu mengemasi map dan kertas itu. Yuda membantu membawa map menuju ruang kerja Rizal. "Yud, bisa kirim asisten rumah tangga hari ini, nggak?" tanya Rizal masih fokus dengan ponselnya. "Bisa, Pak. Mereka sudah siap," Jawab Yuda lugas. "Bagus nanti antar mereka ke rumah sepulang kerja, ya!" ucap Rizal sambil mendorong pintu ruang kerjanya dengan siku. Karena di tangannya membawa tas dan ponsel yang masih menempel di antara pipi dan telinganya. Yuda mengekori langkah Rizal dan meletakkan tumpukan map di meja. "Lila kemana saja, sih?" Omel Rizal sambil menatap ponselnya. Rizal seketika menoleh. Jadi bosnya itu sedang sibuk menelpon istrinya. "Kenapa, Pak?" tany
Hantaran Diminta Kembali Dengan langkah ringan Rizal keluar dari kantornya. Ia menyapa satpam yang membukakan pintu untuknya. Satpam baru itu tersenyum semringah seolah baru mendapat gaji lemburan karena mendapat sapaan ramah Bos besar. Jarang sekali pria nomer satu di kantor itu bisa menebar senyum ramahnya sepulang kerja. Padahal satpam itu sudah khawatir akan mendapat amarah Rizal setelah membiarkan Aiza memaksa masuk ruang kerja Rizal. Keramahan Rizal hari itu seperti membawa aura baik pada pegawai yang lain. Mereka merasa Rizal berbeda dan lebih ramah. Tak seperti biasanya, angkuh, dingin dan sedikit kejam saat ada yang melakukan kesalahan. "Yud! Aku pulang sendiri, kamu langsung jemput para pekerja itu,"ucap Rizal sambil membuka pintu mobil. Yuda mengangguk ramah dan segera beranjak menuju mobilnya. Mereka segera melaju menuju ke tujuan masing-masing. Rizal memasuki rumah yang tampak sepi. Ia segera menuju kamarnya. Rizal menghela nafas ketika melihat masih a
Hantaran Diminta Kembali Lila melirik Selvi yang menatap piringnya dengan nafas memburu. Lila merasa sedikit kasihan pada wanita itu. "Ayo, buka mulutnya!" ucap Rizal sambil mengarahkan sendok ke mulut Lila."Aku sudah kenyang!" kata Lila dengan tak enak hati. Ia melihat ke arah Selvi, tamunya yang terlihat tak bahagia itu. Tapi Rizal tak berminat menoleh ke sampingnya. "Mbak Selvi mau minum?"tanya Lila sambil menuang air dari pitcher ke gelasnya. Lila tersentak. Selvi tiba-tiba membanting garpu dan pisaunya di atas meja kaca itu hingga menimbulkan suara dentingan yang keras dan membuat semua orang tersentak. "Kamu ngapain, sih!" tegur Rizal dengan nada marah. "Kamu maunya apa? Kenapa kamu tidak memakan makanan dari aku?"Seru Selvi dengan nada marah, air matanya tampak menggenang. Lila pelan mengambil tisu dan melap mulutnya. Ia mulai salah tingkah melihat kejadian yang menegangkan di depannya itu. "Kamu mau memanasi aku dengan memperlakukan wanita itu istimewa, begitu
Hantaran Diminta Kembali "Aku sudah sembuh, kamu enggak usah khawatir!" ucap Lila dengan percaya diri. "Kamu seharusnya tidak perlu memperkerjakan banyak pegawai." Imbuh Lila lagi. "Jadi kamu mau aku memecat salah satu dari mereka?" tanya Rizal serius. "Enggak juga, tapi bagaimana, ya?" sahut Lila bingung menjawab sendiri pertanyaannya."Kamu tidak suka dengan mereka?"tanya Rizal menyelidik. "Enggak juga, mereka sepertinya baik dan masih muda, cantik-cantik lagi!" ucap Lila sambil menghempaskan tubuh di sofa itu. "Kamu pintar memilih pegawai, ya!" sindir Lila tanpa menatap Rizal. "Mereka pegawai yang direkomendasikan Yuda," sahut Rizal menegaskan bahwa para pekerja itu adalah pilihan Yuda. "Oo, i see," gumam Lila sambil manggut-manggut. "Apa Yuda ingin mendekati salah satu dari gadis itu?" tanya Lila setengah berbisik. "Meski saya jomblo, tapi saya tidak berniat menikahi asisten rumah tangga!" sahut Yuda datar. pria itu tiba-tiba muncul di ruangan itu."Sombong, kamu!" ci
Hantaran Diminta Kembalil Lila kembali berbaring. Matanya tak bisa terpejam, ucapan Rizal masih terngiang jelas di telinganya. Apa hukuman yang akan ia terima nanti? Apa Rizal akan mengadu pada orangtuanya? Lama merenung membuat Lila lelah, dan akhirnya Lila tertidur. Rizal merasa pegal, ia merubah posisi tidur. Bergerak dengan wajah sewot karena ia tak kunjung bisa memejamkan mata meski ia merasa sangat lelah. Rizal menoleh pada Lila, dengan nyenyaknya gadis itu tertidur bahkan sampai suara dengkuran halusnya yang terdengar. Rizal menatap gemasBisa-bisanya ia tidur nyenyak setelah dimarahi dan justru Rizal sendiri yang tak bisa tidur karena masih emosi. Rizal mengambil satu guling itu dan ia singkirkan sekenanya. Rizal menepuk pipi Lila"He, tukang tidur, bangun!" seru Rizal menepuk pipi Lila beberapa kali. Cepat Lila menepis tangan Rizal dan membuka mata dengan gelagapan. "Lap itu liurnya!" Seru Rizal kesal. Lila melap ujung bibir dengan tangannya. Gadis itu mengerja
Hantaran Diminta Kembali Lila menyisir rambut legamnya yang basah saat Putri mengetuk pintu kamarnya. Lila segera berdiri dari kursi yang menghadap meja riasnya dan beranjak untuk membuka pintu. "Non, ada tamu yang memaksa masuk ke dalam rumah," Lapor Putri dengan wajah tegang Lila melongok dari pintu kamarnya. Ia mendengar suara riuh antara Reni dan seorang perempuan. Mereka terlihat berdebat. Lila tergopoh mendekat. "Lepaskan tanganku, Babu!" Seru wanita itu sambil menghempaskan tangan Reni yang mencekal lengannya. "Ajari Babumu itu sopan santun!" seru wanita itu ketika melihat Lila mendekat. "Mereka bukan babu, mereka-"Ucapan Lila terpotong"Halah, sama aja!" Seru Selvi gusar. "Biarkan, Ren!" cegah Lila Reni yang masih terlibat waspada pada tamu yang datang pagi-pagi itu. Reni mengangguk dan segera beranjak keluar dari ruang tamu. "Aku ingin bertemu Mas Rizal!" ucap Selvi dengan melayangkan pandangan ke sekitar rumah. "Mas Rizal sudah berangkat," sahut Lila dingin
Hantaran Diminta Kembali Lila duduk di kursi malas itu dengan wajah masam. Ia merasa jenuh. Seharian kesibukannya hanya menonton televisi, scrool medsos sampai ia membuat semua akun medsos yang dulu tak pernah disentuhnya. Karena ia tak punya ponsel yang cukup canggih untuk mempunyai akun media sosial sebanyak itu. Tapi nyatanya Lila bosan, ia belum memiliki teman satupun. Ia akhirnya men-follow beberapa orang agar ia mendapat teman. Ia merasa menjadi orang paling kudet di dunia. Tak ada konfirmasi dari beberapa teman yang ia add meski Lila tahu ada tanda titik hijau di foto profil mereka. Lila menghembuskan nafas jenuh, ia meletakkan begitu saja ponselnya di atas meja kecil yang ada di sebelahnya. "Kenapa Bu Lila terlihat sewot?" Sapaan ramah itu membuat Lila seketika menoleh. "Mbak Aiza?"Seru Lila melihat orang yang berjalan mendekatinya. Lila segera beranjak dari malas dari anyaman sintetis itu. Ia mengamati Aiza yang berjalan mendekat ke arahnya. Wanita itu memang