****
Erlan menyeruput dengan pelan kopi yang dibuatkan oleh pelayan di rumah nya. Dia menaruh gelas kopi itu diatas meja kaca di depannya.
Erlan menatap Kenan yang tengah diobati oleh beberapa pelayan. Luka dipelipis Kenan cukup lebar karena batu yang dilempari Oceana sedikit runcing.
Erlan menyuruh para pelayan itu untuk pergi karena mereka sudah selesai mengobati luka Kenan. Erlan menyodorkan secangkir kopi kepada Kenan.
"Ayo diminum!" kata Erlan. Kenan menatap kopi itu sejenak, lalu meminum nya dengan pelan.
Kenan menatap sekeliling saat ini mereka tengah berada di ruang keluarga di rumah Erlan. Kenan merasa rumah ini sangat sunyi kebanyakan pelayan daripada tuan rumah.
"Lo tinggal sendiri? Orang tua lo mana?" tanya Kenan sambil menatap Erlan.
Erlan tersenyum tipis. "Uya gue tinggal sendiri," jawab Erlan pelan.
"Terus orang tua lo tinggal dimana?" tanya Kenan lagi sambil menyeruput kopi ny
****Sudah beberapa hari berlalu, namun Kenan tak menemukan hal yang mengganjal tentang keselamatan Oceana. Erlan bilang kepadanya kalau nyawa Oceana dalam bahaya, tapi nyata Oceana baik-baik saja dan tidak lecet sedikit pun bahkan Oceana selaku tersenyum bahagia.Kenan pusing memikirkan semua ini. Disisi kanan dia memikirkan Oceana dan disisi kiri dia memikirkan nasib Vanetta. Selama beberapa hari ini Kenan fokus dnegna Oceana, dia bahkan memblokir nomor Vanetta hanya demi Oceana. Sekarang Kenan menjadi khawatir dengan keadaan Vanetta karena dia meninggalkan Vanetta sebelum menyelesaikan masalah teror itu.Kenan menatap handphone digenggamannya dengan gelisah. Saat ini Kenan tengah berada dibalkon kamar dengan ditemani sebatang rokok.Kenan terus menatap handphonenya sesekali menghisap rokok yang terselip dijarinya. "Apa selama ini Erlan dan Oceana bohongi gue, supaya gue enggak lari dari tanggung jawab gue terhadap Oceana?" tanya Kenan
****"Selamat pagi!"Kenan menyapa Vanetta saat masuk ke dalam ruang inap Vanetta. Dia berjalan dengan senyum yang mengembang dan jangan lupakan ditangan nya terdapat tas yang berisikan kebutuhan Vanetta.Vanetta tersenyum senang melihat Kenan akhirnya datang, tadinya dia pikir Kenna tidak akan datang. "Aku pikir kamu enggak akan datang," ucap Vanetta sambil memasukkan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya.Kenan menaruh tas itu ke atas meja, lalu berjalan menuju vanetta dan merebut mangkuk bubur yang berada diatas paha Vanetta. Vanetta menatap Kenan kesal."Biar gue yang suapin lo," kata Kenan dan mengadu bubur itu.Vanetta menghela napas dan membuka mulutnya saat Kenan menyodorkan sendok berisi bubur ke arah nya. Vanetta menelan bubur itu dengan pelan."Kenan," panggil Vanetta yang hanya dibalas deheman oleh Kenan."Kamu kenapa datang ke sini? Memang nya Oceana udah izinin kamu?" tanya Vanetta lirih.
****Oceana tidur dengan sangat nyenyak diatas ranjang nya hingga ia tidak sadar hari sudah menjelang sore. Dengan perlahan Oceana membuka matanya dan menatap sekeliling.Oceana langsung bangkit dari tidurnya saat menyadari Kenan tidak ada disampingnya. Napas Oceana naik turun, dia memegangi kepalanya yang pusing karena langsung duduk.Mata Oceana banjir saat mengingat kenan meninggalkannya lagi, tanpa memberitahu nya. Oceana tidak mengerti mengapa dirinya menjadi sesedih ini. Dia merasa sedih karena Kenan melanggar janjinya lagi.Oceana terus menangis hingga suara tangisan nya menyebar di dalam kamar.Napas Oceana sudah tersendat, namun dia tetap menangis tidak memperdulikan kesehatannyaOceana mendongak saat mendengar suara pintu terbuka. Dia terkejut saat melihat Kenan yang keluar dari kamar mandi. Oceana langsung turun dari atas ranjang dan berlari menghampiri Kenan, dia memeluk Kenan dengan erat.Kenan membalas pelukan
****Pintu kamar inap Vanetta terbuka membuat atensi Vanetta teralihkan. Dia menatap orang yang masuk ke dalam kamar inap nya dengan senyuman kecil."Kamu dari mana aja?" tanya Vanetta pelan."Mama tadi telepon gue suruh gue buat pulang, nenek datang ke Indonesia dan rencananya akan di rawat di sini, jadi gue harus pulang kan ...."Vanetta menghela napas. "Kenapa enggak bilang dulu sama aku, Kenan?" tanya Vanetta dengan sedih.Kenan merasa tidak enak, dia langsung menghampiri Vanetta dan menggenggam tangan Vanetta. "Maaf, tadi lo lagi tidur gue enggak enak kalau ganggu tidur lo," ucap Kenan dengan penuh rasa bersalah.Vanetta menghela napas dan menatap Kenan dengan serius. "Besok-besok bilang dulu sama aku sebelum pergi!" tegas Vanetta.Kenan mengangguk dan menatap piring yang berisi makanan Vanetta. "Lo belum makan?" tanya Kenan beralih menatap Vanetta.Vanetta menggeleng. "Aku enggak tahu kamh pergi kemana, jadi aku
****Erlan sudah tiba di Indonesia dan dia langsung menuju rumahnya yang saat ini ditempati oleh Oceana. Erlan mengerutkan dahinya bingung saat melihat banyak pelayan yang berlalu lalang di halaman rumahnya.Dia memberhentikan salah satu pelayan lelaki. Pelayan lelaki itu nampak terkejut melihat Erlan ada di Indonesia bahkan sudah ada di rumah ini."Tu—Tuan ... Mengapa tuan ada disini? Bukannya tuan sedang ada di London?" tanya pelayan itu bingung sekaligus ketakutan.Erlan menatap pelayan itu dengan datar. "Saya merindukan Oceana maka dari itu saya pulang," jawab Erlan."Oh ya, dimana Oceana? Apakah dia sedang bersekolah?" tanya Erlan sambil menatap sekeliling.Keringat dingin jatuh dari pelipis pelayan itu. Dia menelan ludahnya dengan susah payah, lalu mengusap tengkuk nya karena gugup. "Hm ... Tuan," panggil pelayan itu dengan pelan.Erlan menoleh menatap pelayan itu. "Ada apa?" tanya Erlan memicing menatap pelayan itu d
****Lima hari berlalu, hidup Kenan terasa sepi tanpa canda tawa dan sikap manja Oceana. Bukan hanya Kenan, tapi semua orang juga merasa kesepian tanpa hadirnya Oceana.Seperti hari-hari biasanya Kenan kembali datang ke ruangan Oceana untuk mengganti bunga tulip yang ada di ruangan Oceana, bunga tulip adalah bunga kesukaan Oceana, maka dari itu Kenan selalu membawakan bunga tulip baru dan segar.Kenan mengganti bunga tulip yang kemarin dnegna bunga tulip yang dia bawa. Kenan terdiam saat mendengar sesuatu, dia menanamkan pendengaran nya."Lio ...."Kenan menoleh kearah Oceana, dia tersenyum dengan senang saat melihat Oceana membuka matanya. Kenan menangkup wajah Oceana, dia tidak sanggup menahan air matanya.
****Bryan memutar knop pintu kamar inap Oceana, dia masuk dan melihat Oceana yang tertidur. Kenan juga tertidur dengan posisi duduk dikursi yang berada di samping brankar Oceana.Bryan menghela napas, dia mengerti dengan kondisi ini. Kenan pasti lelah menjaga Oceana, tadi malam Kenan juga tidak tertidur karena memikirkan Oceana dan sekarang dia juga selalu ada di samping Oceana. Bryan sedikit senang karena Kenan mau membayar kesalahannya dengan menjaga Oceana.Bryan menutup pintu dengan pelan agar Kenan maupun Oceana tidak terbangun. Dia berjalan menuju nakas dan menaruh bekal yang di titipan oleh mama Kenan.Bryan baru saja ingin keluar, namun dering telepon menghentikan rencananya. Bryan menoleh dan melihat sebuah handphone yang berada diatas nakas. Bryan mengerutkan dahinya, dia sangat hapal handphone siapa itu, itu adalah handphone Kenan.Karena penasaran melihat nama kontak seorang perempuan dilayar handphone Kenan, Bryan mengang
****Kenan mencuci wajah Oceana dengan Oceana yang masih berada di atas brankar nya. Oceana membuka matanya saat Kenan telah selesai membasuh wajahnya."Bagaimana? Sudah merasa segar?" tanya Kenan dengan begitu lembut. Oceana mengangguk dengan semangat.Kenan tersenyum, dia mengelap wajah Oceana dnegna handuk. Kenan mengusap nya dengan begitu lembut membuka Oceana menguap."Kamu lembut banget, aku jadi ngantuk!" gerutu Oceana sambil mengucek matanya.Kenan terkekeh dan mencubit pelan hidung Oceana. "Kan kamu yang minta tadi, jadi kenapa malah menyalahkan aku?" tanya Kenan sambil menggeleng kan kepalanya tak mengerti.Oceana memanyunkan bibirnya. "Pokoknya kamu salah! Ini aku lo yang ngomong," ucap Oceana.Kenan kembali terkekeh dan mengangguk. "Iya ... Iya, aku salah. Kalau udah Oceana yang bilang itu berarti benar," kata Kenan mengalah.Oceana mengangguk dengan senang. "Bagus ... Bagus, kamu makin pintar," ujar