****
Oceana tidur dengan sangat nyenyak diatas ranjang nya hingga ia tidak sadar hari sudah menjelang sore. Dengan perlahan Oceana membuka matanya dan menatap sekeliling.
Oceana langsung bangkit dari tidurnya saat menyadari Kenan tidak ada disampingnya. Napas Oceana naik turun, dia memegangi kepalanya yang pusing karena langsung duduk.
Mata Oceana banjir saat mengingat kenan meninggalkannya lagi, tanpa memberitahu nya. Oceana tidak mengerti mengapa dirinya menjadi sesedih ini. Dia merasa sedih karena Kenan melanggar janjinya lagi.
Oceana terus menangis hingga suara tangisan nya menyebar di dalam kamar.Napas Oceana sudah tersendat, namun dia tetap menangis tidak memperdulikan kesehatannya
Oceana mendongak saat mendengar suara pintu terbuka. Dia terkejut saat melihat Kenan yang keluar dari kamar mandi. Oceana langsung turun dari atas ranjang dan berlari menghampiri Kenan, dia memeluk Kenan dengan erat.
Kenan membalas pelukan
****Pintu kamar inap Vanetta terbuka membuat atensi Vanetta teralihkan. Dia menatap orang yang masuk ke dalam kamar inap nya dengan senyuman kecil."Kamu dari mana aja?" tanya Vanetta pelan."Mama tadi telepon gue suruh gue buat pulang, nenek datang ke Indonesia dan rencananya akan di rawat di sini, jadi gue harus pulang kan ...."Vanetta menghela napas. "Kenapa enggak bilang dulu sama aku, Kenan?" tanya Vanetta dengan sedih.Kenan merasa tidak enak, dia langsung menghampiri Vanetta dan menggenggam tangan Vanetta. "Maaf, tadi lo lagi tidur gue enggak enak kalau ganggu tidur lo," ucap Kenan dengan penuh rasa bersalah.Vanetta menghela napas dan menatap Kenan dengan serius. "Besok-besok bilang dulu sama aku sebelum pergi!" tegas Vanetta.Kenan mengangguk dan menatap piring yang berisi makanan Vanetta. "Lo belum makan?" tanya Kenan beralih menatap Vanetta.Vanetta menggeleng. "Aku enggak tahu kamh pergi kemana, jadi aku
****Erlan sudah tiba di Indonesia dan dia langsung menuju rumahnya yang saat ini ditempati oleh Oceana. Erlan mengerutkan dahinya bingung saat melihat banyak pelayan yang berlalu lalang di halaman rumahnya.Dia memberhentikan salah satu pelayan lelaki. Pelayan lelaki itu nampak terkejut melihat Erlan ada di Indonesia bahkan sudah ada di rumah ini."Tu—Tuan ... Mengapa tuan ada disini? Bukannya tuan sedang ada di London?" tanya pelayan itu bingung sekaligus ketakutan.Erlan menatap pelayan itu dengan datar. "Saya merindukan Oceana maka dari itu saya pulang," jawab Erlan."Oh ya, dimana Oceana? Apakah dia sedang bersekolah?" tanya Erlan sambil menatap sekeliling.Keringat dingin jatuh dari pelipis pelayan itu. Dia menelan ludahnya dengan susah payah, lalu mengusap tengkuk nya karena gugup. "Hm ... Tuan," panggil pelayan itu dengan pelan.Erlan menoleh menatap pelayan itu. "Ada apa?" tanya Erlan memicing menatap pelayan itu d
****Lima hari berlalu, hidup Kenan terasa sepi tanpa canda tawa dan sikap manja Oceana. Bukan hanya Kenan, tapi semua orang juga merasa kesepian tanpa hadirnya Oceana.Seperti hari-hari biasanya Kenan kembali datang ke ruangan Oceana untuk mengganti bunga tulip yang ada di ruangan Oceana, bunga tulip adalah bunga kesukaan Oceana, maka dari itu Kenan selalu membawakan bunga tulip baru dan segar.Kenan mengganti bunga tulip yang kemarin dnegna bunga tulip yang dia bawa. Kenan terdiam saat mendengar sesuatu, dia menanamkan pendengaran nya."Lio ...."Kenan menoleh kearah Oceana, dia tersenyum dengan senang saat melihat Oceana membuka matanya. Kenan menangkup wajah Oceana, dia tidak sanggup menahan air matanya.
****Bryan memutar knop pintu kamar inap Oceana, dia masuk dan melihat Oceana yang tertidur. Kenan juga tertidur dengan posisi duduk dikursi yang berada di samping brankar Oceana.Bryan menghela napas, dia mengerti dengan kondisi ini. Kenan pasti lelah menjaga Oceana, tadi malam Kenan juga tidak tertidur karena memikirkan Oceana dan sekarang dia juga selalu ada di samping Oceana. Bryan sedikit senang karena Kenan mau membayar kesalahannya dengan menjaga Oceana.Bryan menutup pintu dengan pelan agar Kenan maupun Oceana tidak terbangun. Dia berjalan menuju nakas dan menaruh bekal yang di titipan oleh mama Kenan.Bryan baru saja ingin keluar, namun dering telepon menghentikan rencananya. Bryan menoleh dan melihat sebuah handphone yang berada diatas nakas. Bryan mengerutkan dahinya, dia sangat hapal handphone siapa itu, itu adalah handphone Kenan.Karena penasaran melihat nama kontak seorang perempuan dilayar handphone Kenan, Bryan mengang
****Kenan mencuci wajah Oceana dengan Oceana yang masih berada di atas brankar nya. Oceana membuka matanya saat Kenan telah selesai membasuh wajahnya."Bagaimana? Sudah merasa segar?" tanya Kenan dengan begitu lembut. Oceana mengangguk dengan semangat.Kenan tersenyum, dia mengelap wajah Oceana dnegna handuk. Kenan mengusap nya dengan begitu lembut membuka Oceana menguap."Kamu lembut banget, aku jadi ngantuk!" gerutu Oceana sambil mengucek matanya.Kenan terkekeh dan mencubit pelan hidung Oceana. "Kan kamu yang minta tadi, jadi kenapa malah menyalahkan aku?" tanya Kenan sambil menggeleng kan kepalanya tak mengerti.Oceana memanyunkan bibirnya. "Pokoknya kamu salah! Ini aku lo yang ngomong," ucap Oceana.Kenan kembali terkekeh dan mengangguk. "Iya ... Iya, aku salah. Kalau udah Oceana yang bilang itu berarti benar," kata Kenan mengalah.Oceana mengangguk dengan senang. "Bagus ... Bagus, kamu makin pintar," ujar
****Pagi yang indah dengan hawa yang begitu sejuk. Rumah sakit tempat Oceana di rawat memiliki taman yang di penuhi dengan pohon yang rimbun, itu lah yang menyebabkan hawa rumah sakit ini begitu sejuk.Kenan keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Dia sudah memakai pakaiannya di dalam. Kenan berjalan menuju jendela sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk yang berada di pundaknya.Sinar matahari masuk ke dalam ruangan Oceana saat Kenan membuka jendela tersebut. Dia menatap keluar dan tersenyum menikmati angin yang menerpa wajahnya.Kenan membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah pintu. Seorang suster masuk dengan membawa jatah sarapan Oceana. Kenan berjalan ke arah nya dan mengambil sarapan Oceana."Terima kasih," ucap Kenan kepada suster itu. Suster itu tersenyum dan pamit untuk pergi.Kenan berjalan kearah nakas dan menaruh nampan itu diatas nakas. Ia menatap Oceana yang masih setia memejamkan mata. Ken
****Kepala pelayan Nancy menaikkan selimut hingga ke dada Oceana. Dia menghela napas saat teringat Oceana meminum obat tidur untuk bisa tidur dengan nyenyak. Dia tidak menyangka kalau Oceana akan berakhir seperti ini.Kepala pelayan Nancy berjalan keluar. Dia menutup pintu saat sudah tiba di luar ruangan Oceana. Dia terdiam dan menatap seluruh teman dan keluarga Kenan."Apa Oceana sudah tidur?" tanya Kenan. Kenapa pelayan Nancy diam tidak menjawab."Kepala pelayan Nancy, jawab!" Erlan kesal sendiri karena kepala pelayan Nancy memilih untuk tetap diam.Kenan menghela napas. "Saya tahu kalau Oceana tidak mengizinkan anda berbicara dengan kami. Saya hanya ingin mengetahui keadaan Oceana," kata Kenan dengan sedih.Kepala pelayan Nancy menggeleng. "Tidak tuan. Nona memang tidak mengizinkan saya berbicara dengan kalian semua, tapi saya akan berbicara dengan kalian dan memberitahu keadaan Nona. Saya akan berusaha untuk membuat Nona men
****Hari ini adalah hari ujian kelulusan. Semua murid kelas dua belas tengah sibuk mempersiapkan ujian yang akan menentukan masa depan mereka.Oceana turun dari taksi, dia belum menemukan supir untuk bekerja di rumah nya. Oceana menatap gerbang sekolah, dia menghela napas dan berjalan masuk ke dalam sekolah.Di parkiran Oceana dapat melihat semua teman-temannya tengah berkumpul. Dia menunduk saat melewati mereka semua. Hati Oceana seperti di remas saat teman-temannya tidak ada yang melihatnya ataupun memperdulikan nya, mereka sibuk dengan pembicaraan mereka sendiri.Oceana mempercepat langkahnya saat matanya tidak bisa diajak kompromi. Oceana tiba di taman, dia duduk di bangku taman dan menangis saat mengingat teman-temannya yang tidak memperdulikan nya lagi."Kenapa nangis?"Oceana menoleh ke samping dan melihat Kenan duduk di sebelah nya. Oceana menghapus air matanya dan berniat untuk pergi, namun Kenan menahan tan
Hai, semuanya! Makasih buat yang udah baca cerita aku ini. Aku enggak tahu harus bilang apa lagi. Pokoknya makasih banyak udah luangin waktu kalian cuma untuk membaca cerita ku ini. Jujur sebelumnya aku enggak yakin kalau cerita aku ada yang baca, tapi berkat dukungan dari segala pihak aku bisa yakin dan kembali semangat buat tamatin cerita ini. Banyak suka duka yang aku lewati. Banyak pembelajaran dan dilema yang aku dapatkan dalam pembuatan cerita ini. Harapan aku ke depannya cerita ini akan menjadi trending dan diminati banyak orang. Semoga cerita ini bermanfaat bagi banyak orang. Dan ya, kalau ada kata-kata yang tidak disukai aku minta maaf yang sebesar-besar nya. Aku mohon untuk tidak mengikuti ataupun mencontoh adegan berbahaya dan yang tidak pantas di dalam cerita ini. Cukup ambil sisi positif nya saja. Aku enggak mau banyak bacot, jadi sampai sini aja sampai jumpa dicerita aku selanjutnya!! Byee
****Setelah menempuh perjalanan cinta yang panjang, akhirnya hari sakral bagi kedua kekasih tiba. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih untuk menempuh kehidupan pernikahan.Berpacaran lama dan menghabiskan waktu bersama ternyata tidak dapat menghilangkan rasa gugup dan malu bagi Kenan dan Oceana.Seperti saat ini di kamar rias Oceana. Oceana terlihat sangat gugup dan berulang kali mengipasi wajahnya."Na, santai dong!" Zanna terkekeh melihat wajah pucat Oceana.Oceana mendengus sebal. "Ini AC nya kalian matiin ya?" tanya Oceana yang terus mengipasi wajahnya.Adera, Zanna dan Vanetta saling tatap, kemudian mereka tertawa dan membuat Oceana menatap mereka tajam. "Kenapa kalian ketawa?" tanya Oceana dengan kesal.Mereka bertiga menggeleng sambil menahan tawa. "Lo udah siap? Pernikahan akan di lakukan sebentar lagi," kata Vanetta sambil menatap wajah Oceana dari cermin.Oceana menghela napas
****Setiap malam minggu semua orang selalu berkumpul di rumah Kenan. Mereka berbincang, berpesta dan bercanda bersama."Om, Fio mana?" tanya Lalisa sambil menatap ke kanan dan ke kiri. Mereka semua terkejut mendengar pertanyaan Lalisa, mereka baru sadar kalau ternyata Fiorella tidak ada di rumah."Lah iya ya, gue baru sadar," ucap Adnan sambil menyengir.Kenan meminum jus anggur nya. "Dia sama mommy nya," jawab Kenan membuat mereka semua melongo."Mommy? Maksud lo Oceana?" tanya Galan terkejut. Kenan mengangguk. "Kok bisa?" tanya Galan lagi."Gue kasih Fio sama dia," jawab Kenan membuat mereka mengerti."Tadi Dera lihat rumah Oceana gelap, sepi juga," kata Adera sambil menatap mereka semua."Iya, Oceana bawa Fio kemana?" tanya Zanna kepada Kenan. Kenan hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh."Gue capek diikuti terus sama Fio. Mumpung mommy nya ada disini jadi ya udah gue kasih sama d
****"Apa klien nya masih lama Ryan?"Kenan bertanya sambil menyuapi es krim kepada Fiorella. Hari ini dia ada pertemuan khusus di sebuah Cafe. Seperti biasa Fiorella selalu ikut dengan nya dan hal ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi klien nya."Sebentar lagi tuan," jawab Ryan yang fokus dengan handphonenya tanpa menatap Kenan.Kenan mendengus sebal dan kembali menyuapi es krim kepada Fiorella. "Dad, Fio mau makan pudding nya," ucap Fiorella sambil menunjuk sebuah pudding.Kenan mengambil pudding itu tanpa bertanya milik siapa. Dia menyuapi pudding itu kepada Fiorella yang sudah menunggu dengan perasaan senang.Ryan menghela napas dan menegakkan tubuhnya. Dia menaruh handphone miliknya di atas meja. Dahinya berkerut saat merasa kehilangan sesuatu. Dia menatap Kenna dan Fiorella, matanya langsung melotot saat melihat apa yang dia cari."Heh! Itu pudding punya om!" teriak Ryan dan menarik piring pudding itu.
****Suasana sunyi di rumah baru ini membuat Angelo merinding. Dia berjalan kearah dapur untuk sarapan, kebiasaan angelo adalah sarapan sebelum mandi.Angelo terdiam saat tidak menemukan siapapun atau apapun. Angelo berdecak sebal saat Oceana belum memasak apapun.Angelo berjalan menuju kamar Oceana. Saat tiba dia langsung masuk ke dalam dan tidak menemukan siapapun. Angelo menggeram dan memilih untuk mencari Oceana lagi.Saat melewati balkon utama di lantai dua, langkah kaki angelo berhenti. Di sana dia melihat Oceana yang sedang serius menatap ke depan. Tak butuh waktu lama angelo langsung menghampiri Oceana."Kakak ngapain sih di sini?! Aku lapar loh ...," rengek Angelo, namun tidak mendapatkan respon.Angelo yang kesal pun ikut menatap apa yang sedang di lihat oleh kakaknya itu. Angelo menutup mulutnya terkejut saat melihat Kenan yang tengah memberikan Fiorella kepada Vanetta. Ya, angelo tahu mereka semua karena O
3 tahun kemudian *** BRAK!! BRAK!! BRAK!! PROK!! PROK!! Kenan menutup telinganya dengan bantal karena suara yang begitu berisik. Dia menggeram saat suara berisik itu semakin besar dan nyaring. Suara tawa anak-anak menghancurkan tidurnya. Kenan menghela napas dan dengan terpaksa membuka matanya. Dia menatap sekeliling kamar dan menghela napas saat tak menemukan siapapun. Kenan turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kearah tirai. Kenan membuka tirai itu dan tidak menemukan apapun, dia menghela napas kesal dan membalikkan badannya menatap sekeliling kamarnya. "Sayang ...," panggil Kenan sambil berjalan menuju sebuah lemari yang berisi mainan. Kenan membuka pintu lemari itu dan tetap tidak menemukan siapapun. Kenan menghela napas bersabar. "Kamu dimana sih?! Cepat keluar!" titah Kenan namun hanya di sambut oleh suara tawa. Kenan mengantuk, dia lelah dan ingin tidu
****4 tahun kemudianKehidupan Kenan berlalu begitu saja bahkan dia tidak merasakan waktu berjalan begitu cepat. Kini dia telah memiliki perusahaan sendiri yang dia bangun sendiri dengan kerja keras dan harapan tentang Oceana. Kenan juga sudah lulus kuliah dengan cepat.Kenan berdiri di dekat jendela kaca yang berada di ruangan nya. Dia menyereput kopi hangat dengan pelan, lalu menatap ke luar jendela. Dia menghela saat harapannya tidak pernah tercapai.Semua tak terasa seperti berjalan dengan begitu cepat. Oceana sudah pergi selama 4 tahun. Di pikiran Kenan saat ini, apa Oceana–nya akan kembali?Kenan menghela napas dan berjalan menuju meja kerja nya. Dia duduk di kursi dan mengambil foto Oceana yang terleltak diatas meja kerjanya."Honey, kamu dimana? Kamu tahu? Sebentar lagi kak Raquel akan melahirkan, aku udah sabar buat gendong keponakan aku." Kenan menatap foto itu dengan tatapan lembut.Soal Raquel, mem
****Dua bulan berlalu semenjak kepergian Oceana. Dihari itu, Kenan pulang seperti tanpa jiwa. Dia lebih banyak diam dan membatasi diri.Kenan mengunci diri di dalam apartemen nya. Mematikan handphone, sehingga tidak ada yang bisa menghubungi nya. Semua orang setiap harinya memasukkan surat dari celah pintu untuk mengabari atau sekedar menanyai kabarnya.Kenan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan Oceana, namun semua usaha nya gagal. Dia tidak dapat menemukan Oceana bahkan semua data tentang Oceana dan keluarga hilang bagaikan di telan bumi. Oceana benar-benar pergi dari nya dan tak akan pernah kembali.Hidup Kenan sekarang hancur, dia tidak memiliki tujuan lagi. Tidak tahu harus melakukan apa. Meminum alkohol, merokok dan makan sekali sehari sudah menjadi rutinitas Kenan saat ini.Bel apartemen berbunyi dan menandakan bahwa seseorang baru saja mengirim nya surat. Kenan mengucek matanya dan menggeliat di
****"Oceana salah. Seharusnya —""TUNGGU!!"Semua orang terkejut saat ada seseorang yang menghentikan ucapan Oceana. Mereka melihat kearah pintu, disana terdapat papi Galan yang berdiri di barisan depan bersama dengan istri dan putranya, namun yang membuat bingung dibelakang mereka juga terdapat Vanetta.Papa Kenan maju mendekati sang adik dengan bingung. "Gilbert, ada apa ini?" tanya papa Kenan kepada papi Galan."Kakak, aku mau Kenan bertanggung jawab," ucap papi Galan membuat semua orang terkejut.Oceana memilih untuk menjauh dan mendekati kedua orang tuanya. "Kamu tenang sayang, semua pasti akan baik-baik aja," ucap mama Oceana menenangkan Oceana. Oceana hanya tersenyum dan kembali menatap ke depan."Bertanggung jawab untuk apa?" tanya papa Kenan tidak mengerti."Vanetta," panggil papi Galan. Vanetta berjalan maju dengan kepala yang tertunduk."Jangan takut sayang, papi ada disini