****
Erlan berjalan di koridor rumahnya dengan membawa sebuah nampan berisikan roti sandwich dan segelas susu. Erlan berjalan menuju kamar Oceana.
Dia membuka pintu kamar Oceana dan masuk ke dalam. Dia tersenyum saat melihat Oceana yang masih tertidur diatas ranjang. Dia berjalan menuju meja yang terletak tak jauh dari ranjang, Erlan menaruh nampan itu diatas meja.
Setelah menaruh nampan berisi makanan, Erlan berjalan menuju horden dan membuka horden itu membuat cahaya masuk ke dalam kamar. Erlan membuka pintu balkon yang sangat besar itu.
Erlan berjalan menuju ranjang untuk membangunkan Oceana. Erlan mengguncang tubuh Oceana agar dia cepat bangun.
Terlihat Oceana menggeliat diatas ranjang dan tak lama ia membuka matanya dan menatap Erlan dengan kesal. Oceana menarik kembali selimutnya dan membelakangi Erlan, dia kembali tertidur tanpa memperdulikan Erlan.
Erlan menghela napas. "Oceana, ayo bangun!" titah Erlan sambil
****Oceana berjalan di belakang Kenan, dia sangat senang karena Kenan mengajak nya untuk pulang bersama. Mereka sudah tiba di dekat motor Kenan.Kenan berniat untuk memakaikan helm kepada Oceana, namun handphonenya bergetar. Jantung Oceana Berdetak dengan cepat saat kejadian ini kembali terulang."Sebentar," ucap Kenan mengambil handphonenya dan melihat siapa yang menelepon.Oceana mengintip layar handphone Kenan dan terkejut saat melihat kontak bernama 'Dear'. Oceana dapat melihat Kenan yang dengan cepat mengangkat panggilan itu.Mata Oceana berkaca-kaca saat melihat Kenan menjauh dari nya. Oceana langsung menghapus air matanya saat Kenan sudah kembali berjalan ke arah nya.Oceana tersenyum menatap Kenan. "Kenapa? Kamu ada urusan lagi ya? Enggak bisa pulang bareng aku?" tanya Oceana membuat Kenan terkejut."Honey, enggak kayak gitu ....""Terus apa? Kalau emang enggak bisa pulang bareng ... Enggak papa kok aku
****Kenan masuk ke dalam kelas nya. Dia sedang memikirkan Oceana, beberapa hari ini Oceana tidak ada di apartment bahkan Oceana berhenti menghubungi nya.Kenan menghampiri Bryan untuk menanyakan apakah Oceana ada mengirim dia pesan. "Bryan!" panggil Kenan membuat Bryan yang memainkan handphonenya menoleh."Apa?" tanya Bryan sambil menaikkan satu alis nya."Gue mau ngomong berdua sama lo," kata Kenan dan langsung pergi.Bryan mengerutkan dahinya bingung, lalu menatap kedua sahabatnya. "Kenapa tuh?" tanya Galan.Bryan mengedikkan bahunya. "Entahlah," jawab Bryan dan langsung pergi mengejar Kenan.Kenan dan Bryan sampai di rooftop, mereka berdiri di dekat pembatas. Bryan menatap Kenan penasaran sedangkan Kenan menatap lurus ke depan."Lo mau ngomongin apa?" tanya Bryan yang sudah mulai bosan."Apa Oceana ada hubungi lo?" tanya Kenan pelan.Bryan mengerutkan dahinya bingung, dia tengah berpikir da
****Sinar matahari yang masuk dari celah jendela menyoroti wajah Kenan yang tengah tertidur diatas ranjang empuk nya. Sinar matahari itu seperti sengaja ingin bermain dengan Kenan.Kenan dengan terpaksa membuka matanya lalu membalikkan tubuhnya membelakangi jendela dan dia kembali memejamkan matanya. Tangan kekar Kenan meraba sesuatu disampingnya. Matanya terbuka saat menyadari kalau Oceana tidak ada disampingnya.Kenan duduk diatas ranjang dan melihat sekeliling kamar, Oceana tidak ada di sini. Kenan terdiam saat mengingat segalanya. Dia menjambak rmabutnya dengan kuat dan menangis."Lo bodoh Ken! Lo bener-bener bodoh!!" maki Kenan kepada dirinya sendiri.Kenan menangis dalam diam, dia menyandarkan tubuh polos nya pada kepala ranjang. Kenan sadar kalau dia telah melakukan kesalahan, dia telah melewati batasan nya.Tangan Kenna mencengkram selimut dengan kuat. Kenan marah, Kenan marah terhadap dirinya sendiri. Rasanya dia ingin
****Erlan menyeruput dengan pelan kopi yang dibuatkan oleh pelayan di rumah nya. Dia menaruh gelas kopi itu diatas meja kaca di depannya.Erlan menatap Kenan yang tengah diobati oleh beberapa pelayan. Luka dipelipis Kenan cukup lebar karena batu yang dilempari Oceana sedikit runcing.Erlan menyuruh para pelayan itu untuk pergi karena mereka sudah selesai mengobati luka Kenan. Erlan menyodorkan secangkir kopi kepada Kenan."Ayo diminum!" kata Erlan. Kenan menatap kopi itu sejenak, lalu meminum nya dengan pelan.Kenan menatap sekeliling saat ini mereka tengah berada di ruang keluarga di rumah Erlan. Kenan merasa rumah ini sangat sunyi kebanyakan pelayan daripada tuan rumah."Lo tinggal sendiri? Orang tua lo mana?" tanya Kenan sambil menatap Erlan.Erlan tersenyum tipis. "Uya gue tinggal sendiri," jawab Erlan pelan."Terus orang tua lo tinggal dimana?" tanya Kenan lagi sambil menyeruput kopi ny
****Sudah beberapa hari berlalu, namun Kenan tak menemukan hal yang mengganjal tentang keselamatan Oceana. Erlan bilang kepadanya kalau nyawa Oceana dalam bahaya, tapi nyata Oceana baik-baik saja dan tidak lecet sedikit pun bahkan Oceana selaku tersenyum bahagia.Kenan pusing memikirkan semua ini. Disisi kanan dia memikirkan Oceana dan disisi kiri dia memikirkan nasib Vanetta. Selama beberapa hari ini Kenan fokus dnegna Oceana, dia bahkan memblokir nomor Vanetta hanya demi Oceana. Sekarang Kenan menjadi khawatir dengan keadaan Vanetta karena dia meninggalkan Vanetta sebelum menyelesaikan masalah teror itu.Kenan menatap handphone digenggamannya dengan gelisah. Saat ini Kenan tengah berada dibalkon kamar dengan ditemani sebatang rokok.Kenan terus menatap handphonenya sesekali menghisap rokok yang terselip dijarinya. "Apa selama ini Erlan dan Oceana bohongi gue, supaya gue enggak lari dari tanggung jawab gue terhadap Oceana?" tanya Kenan
****"Selamat pagi!"Kenan menyapa Vanetta saat masuk ke dalam ruang inap Vanetta. Dia berjalan dengan senyum yang mengembang dan jangan lupakan ditangan nya terdapat tas yang berisikan kebutuhan Vanetta.Vanetta tersenyum senang melihat Kenan akhirnya datang, tadinya dia pikir Kenna tidak akan datang. "Aku pikir kamu enggak akan datang," ucap Vanetta sambil memasukkan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya.Kenan menaruh tas itu ke atas meja, lalu berjalan menuju vanetta dan merebut mangkuk bubur yang berada diatas paha Vanetta. Vanetta menatap Kenan kesal."Biar gue yang suapin lo," kata Kenan dan mengadu bubur itu.Vanetta menghela napas dan membuka mulutnya saat Kenan menyodorkan sendok berisi bubur ke arah nya. Vanetta menelan bubur itu dengan pelan."Kenan," panggil Vanetta yang hanya dibalas deheman oleh Kenan."Kamu kenapa datang ke sini? Memang nya Oceana udah izinin kamu?" tanya Vanetta lirih.
****Oceana tidur dengan sangat nyenyak diatas ranjang nya hingga ia tidak sadar hari sudah menjelang sore. Dengan perlahan Oceana membuka matanya dan menatap sekeliling.Oceana langsung bangkit dari tidurnya saat menyadari Kenan tidak ada disampingnya. Napas Oceana naik turun, dia memegangi kepalanya yang pusing karena langsung duduk.Mata Oceana banjir saat mengingat kenan meninggalkannya lagi, tanpa memberitahu nya. Oceana tidak mengerti mengapa dirinya menjadi sesedih ini. Dia merasa sedih karena Kenan melanggar janjinya lagi.Oceana terus menangis hingga suara tangisan nya menyebar di dalam kamar.Napas Oceana sudah tersendat, namun dia tetap menangis tidak memperdulikan kesehatannyaOceana mendongak saat mendengar suara pintu terbuka. Dia terkejut saat melihat Kenan yang keluar dari kamar mandi. Oceana langsung turun dari atas ranjang dan berlari menghampiri Kenan, dia memeluk Kenan dengan erat.Kenan membalas pelukan
****Pintu kamar inap Vanetta terbuka membuat atensi Vanetta teralihkan. Dia menatap orang yang masuk ke dalam kamar inap nya dengan senyuman kecil."Kamu dari mana aja?" tanya Vanetta pelan."Mama tadi telepon gue suruh gue buat pulang, nenek datang ke Indonesia dan rencananya akan di rawat di sini, jadi gue harus pulang kan ...."Vanetta menghela napas. "Kenapa enggak bilang dulu sama aku, Kenan?" tanya Vanetta dengan sedih.Kenan merasa tidak enak, dia langsung menghampiri Vanetta dan menggenggam tangan Vanetta. "Maaf, tadi lo lagi tidur gue enggak enak kalau ganggu tidur lo," ucap Kenan dengan penuh rasa bersalah.Vanetta menghela napas dan menatap Kenan dengan serius. "Besok-besok bilang dulu sama aku sebelum pergi!" tegas Vanetta.Kenan mengangguk dan menatap piring yang berisi makanan Vanetta. "Lo belum makan?" tanya Kenan beralih menatap Vanetta.Vanetta menggeleng. "Aku enggak tahu kamh pergi kemana, jadi aku
Hai, semuanya! Makasih buat yang udah baca cerita aku ini. Aku enggak tahu harus bilang apa lagi. Pokoknya makasih banyak udah luangin waktu kalian cuma untuk membaca cerita ku ini. Jujur sebelumnya aku enggak yakin kalau cerita aku ada yang baca, tapi berkat dukungan dari segala pihak aku bisa yakin dan kembali semangat buat tamatin cerita ini. Banyak suka duka yang aku lewati. Banyak pembelajaran dan dilema yang aku dapatkan dalam pembuatan cerita ini. Harapan aku ke depannya cerita ini akan menjadi trending dan diminati banyak orang. Semoga cerita ini bermanfaat bagi banyak orang. Dan ya, kalau ada kata-kata yang tidak disukai aku minta maaf yang sebesar-besar nya. Aku mohon untuk tidak mengikuti ataupun mencontoh adegan berbahaya dan yang tidak pantas di dalam cerita ini. Cukup ambil sisi positif nya saja. Aku enggak mau banyak bacot, jadi sampai sini aja sampai jumpa dicerita aku selanjutnya!! Byee
****Setelah menempuh perjalanan cinta yang panjang, akhirnya hari sakral bagi kedua kekasih tiba. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih untuk menempuh kehidupan pernikahan.Berpacaran lama dan menghabiskan waktu bersama ternyata tidak dapat menghilangkan rasa gugup dan malu bagi Kenan dan Oceana.Seperti saat ini di kamar rias Oceana. Oceana terlihat sangat gugup dan berulang kali mengipasi wajahnya."Na, santai dong!" Zanna terkekeh melihat wajah pucat Oceana.Oceana mendengus sebal. "Ini AC nya kalian matiin ya?" tanya Oceana yang terus mengipasi wajahnya.Adera, Zanna dan Vanetta saling tatap, kemudian mereka tertawa dan membuat Oceana menatap mereka tajam. "Kenapa kalian ketawa?" tanya Oceana dengan kesal.Mereka bertiga menggeleng sambil menahan tawa. "Lo udah siap? Pernikahan akan di lakukan sebentar lagi," kata Vanetta sambil menatap wajah Oceana dari cermin.Oceana menghela napas
****Setiap malam minggu semua orang selalu berkumpul di rumah Kenan. Mereka berbincang, berpesta dan bercanda bersama."Om, Fio mana?" tanya Lalisa sambil menatap ke kanan dan ke kiri. Mereka semua terkejut mendengar pertanyaan Lalisa, mereka baru sadar kalau ternyata Fiorella tidak ada di rumah."Lah iya ya, gue baru sadar," ucap Adnan sambil menyengir.Kenan meminum jus anggur nya. "Dia sama mommy nya," jawab Kenan membuat mereka semua melongo."Mommy? Maksud lo Oceana?" tanya Galan terkejut. Kenan mengangguk. "Kok bisa?" tanya Galan lagi."Gue kasih Fio sama dia," jawab Kenan membuat mereka mengerti."Tadi Dera lihat rumah Oceana gelap, sepi juga," kata Adera sambil menatap mereka semua."Iya, Oceana bawa Fio kemana?" tanya Zanna kepada Kenan. Kenan hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh."Gue capek diikuti terus sama Fio. Mumpung mommy nya ada disini jadi ya udah gue kasih sama d
****"Apa klien nya masih lama Ryan?"Kenan bertanya sambil menyuapi es krim kepada Fiorella. Hari ini dia ada pertemuan khusus di sebuah Cafe. Seperti biasa Fiorella selalu ikut dengan nya dan hal ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi klien nya."Sebentar lagi tuan," jawab Ryan yang fokus dengan handphonenya tanpa menatap Kenan.Kenan mendengus sebal dan kembali menyuapi es krim kepada Fiorella. "Dad, Fio mau makan pudding nya," ucap Fiorella sambil menunjuk sebuah pudding.Kenan mengambil pudding itu tanpa bertanya milik siapa. Dia menyuapi pudding itu kepada Fiorella yang sudah menunggu dengan perasaan senang.Ryan menghela napas dan menegakkan tubuhnya. Dia menaruh handphone miliknya di atas meja. Dahinya berkerut saat merasa kehilangan sesuatu. Dia menatap Kenna dan Fiorella, matanya langsung melotot saat melihat apa yang dia cari."Heh! Itu pudding punya om!" teriak Ryan dan menarik piring pudding itu.
****Suasana sunyi di rumah baru ini membuat Angelo merinding. Dia berjalan kearah dapur untuk sarapan, kebiasaan angelo adalah sarapan sebelum mandi.Angelo terdiam saat tidak menemukan siapapun atau apapun. Angelo berdecak sebal saat Oceana belum memasak apapun.Angelo berjalan menuju kamar Oceana. Saat tiba dia langsung masuk ke dalam dan tidak menemukan siapapun. Angelo menggeram dan memilih untuk mencari Oceana lagi.Saat melewati balkon utama di lantai dua, langkah kaki angelo berhenti. Di sana dia melihat Oceana yang sedang serius menatap ke depan. Tak butuh waktu lama angelo langsung menghampiri Oceana."Kakak ngapain sih di sini?! Aku lapar loh ...," rengek Angelo, namun tidak mendapatkan respon.Angelo yang kesal pun ikut menatap apa yang sedang di lihat oleh kakaknya itu. Angelo menutup mulutnya terkejut saat melihat Kenan yang tengah memberikan Fiorella kepada Vanetta. Ya, angelo tahu mereka semua karena O
3 tahun kemudian *** BRAK!! BRAK!! BRAK!! PROK!! PROK!! Kenan menutup telinganya dengan bantal karena suara yang begitu berisik. Dia menggeram saat suara berisik itu semakin besar dan nyaring. Suara tawa anak-anak menghancurkan tidurnya. Kenan menghela napas dan dengan terpaksa membuka matanya. Dia menatap sekeliling kamar dan menghela napas saat tak menemukan siapapun. Kenan turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kearah tirai. Kenan membuka tirai itu dan tidak menemukan apapun, dia menghela napas kesal dan membalikkan badannya menatap sekeliling kamarnya. "Sayang ...," panggil Kenan sambil berjalan menuju sebuah lemari yang berisi mainan. Kenan membuka pintu lemari itu dan tetap tidak menemukan siapapun. Kenan menghela napas bersabar. "Kamu dimana sih?! Cepat keluar!" titah Kenan namun hanya di sambut oleh suara tawa. Kenan mengantuk, dia lelah dan ingin tidu
****4 tahun kemudianKehidupan Kenan berlalu begitu saja bahkan dia tidak merasakan waktu berjalan begitu cepat. Kini dia telah memiliki perusahaan sendiri yang dia bangun sendiri dengan kerja keras dan harapan tentang Oceana. Kenan juga sudah lulus kuliah dengan cepat.Kenan berdiri di dekat jendela kaca yang berada di ruangan nya. Dia menyereput kopi hangat dengan pelan, lalu menatap ke luar jendela. Dia menghela saat harapannya tidak pernah tercapai.Semua tak terasa seperti berjalan dengan begitu cepat. Oceana sudah pergi selama 4 tahun. Di pikiran Kenan saat ini, apa Oceana–nya akan kembali?Kenan menghela napas dan berjalan menuju meja kerja nya. Dia duduk di kursi dan mengambil foto Oceana yang terleltak diatas meja kerjanya."Honey, kamu dimana? Kamu tahu? Sebentar lagi kak Raquel akan melahirkan, aku udah sabar buat gendong keponakan aku." Kenan menatap foto itu dengan tatapan lembut.Soal Raquel, mem
****Dua bulan berlalu semenjak kepergian Oceana. Dihari itu, Kenan pulang seperti tanpa jiwa. Dia lebih banyak diam dan membatasi diri.Kenan mengunci diri di dalam apartemen nya. Mematikan handphone, sehingga tidak ada yang bisa menghubungi nya. Semua orang setiap harinya memasukkan surat dari celah pintu untuk mengabari atau sekedar menanyai kabarnya.Kenan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan Oceana, namun semua usaha nya gagal. Dia tidak dapat menemukan Oceana bahkan semua data tentang Oceana dan keluarga hilang bagaikan di telan bumi. Oceana benar-benar pergi dari nya dan tak akan pernah kembali.Hidup Kenan sekarang hancur, dia tidak memiliki tujuan lagi. Tidak tahu harus melakukan apa. Meminum alkohol, merokok dan makan sekali sehari sudah menjadi rutinitas Kenan saat ini.Bel apartemen berbunyi dan menandakan bahwa seseorang baru saja mengirim nya surat. Kenan mengucek matanya dan menggeliat di
****"Oceana salah. Seharusnya —""TUNGGU!!"Semua orang terkejut saat ada seseorang yang menghentikan ucapan Oceana. Mereka melihat kearah pintu, disana terdapat papi Galan yang berdiri di barisan depan bersama dengan istri dan putranya, namun yang membuat bingung dibelakang mereka juga terdapat Vanetta.Papa Kenan maju mendekati sang adik dengan bingung. "Gilbert, ada apa ini?" tanya papa Kenan kepada papi Galan."Kakak, aku mau Kenan bertanggung jawab," ucap papi Galan membuat semua orang terkejut.Oceana memilih untuk menjauh dan mendekati kedua orang tuanya. "Kamu tenang sayang, semua pasti akan baik-baik aja," ucap mama Oceana menenangkan Oceana. Oceana hanya tersenyum dan kembali menatap ke depan."Bertanggung jawab untuk apa?" tanya papa Kenan tidak mengerti."Vanetta," panggil papi Galan. Vanetta berjalan maju dengan kepala yang tertunduk."Jangan takut sayang, papi ada disini