Hancur Karena Notifikasi M-banking
Part 9**
"Mbak, kamu jahat, ya. Nggak punya hati,"
Lagi-lagi dahiku mengernyit. Aku jahat? Nggak punya hati? Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Bukannya terbalik?
"Aku?"
"Iya, kamu jahat, Mbak. Kenapa harus bilang gitu di grup? Jadinya semua orang tahu, kan?"
"Lah, memang semua itu benar adanya kok. Aku orangnya nggak suka bohong," jawabku penuh pembelaan.
Kudengar ia menghembuskan nafas kasar, "jangan pelit-pelit, ya, Mbak. Nanti kuburanmu sempit, loh,"
"Astagfirullah, kamu nyumpahin aku mati?" hardikku kasar.
"Ya abis, Mbak kaya gitu, sih. Hasilnya aku dimarahin Mas Arfan, kan," jawabnya merajuk.
Ya itu sih deritamu sendiri. Memang apa yang aku katakan bener kok, Mas Bayu tidak pernah minta ijin dulu kalau mau transfer ke Linda.
"Lagian juga cuma berapa, Mbak. Pelit banget jadi istri," lanjutnya lagi tanpa memikirkan perasaanku.
"Lin. Cukup, y
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 10**"Hallo, ada apa, Mas?" ucapku ketika sambungan telepon dari Mas Bayu telah tersambung."Dek, Arfan kecelakaan,"Degh.Apa? Kecelakaan? Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini. Semoga dia dalam keadaan yang baik-baik saja."Kecelakaan?" tanyaku tak percaya."Iya, dia kecelakaan di luar kota. Sekarang di rawat di rumah sakit terdekat." Terdengar suara panik Mas Bayu, "aku kesana, ya. Kamu baik-baik di rumah,"Sambungan telepon kami terputus setelah aku mengijinkan dia pergi menemui Arfan yang sedang dirawat di rumah sakit. Semoga saja Arfan selalu dalam keadaan yang baik-baik saja.Aku kembali menyelesaikan pekerjaanku agar bisa pulang lebih cepat. Rasanya pikiranku tidak tenang begitu mendengar kabar dari Mas Bayu.***Sudah hampir Isya, dan Mas Bayu belum menampakkan dirinya di rumah. Mungkin ia masih ada di rumah sakit menemani Arfan. Wajar, Mas Bayu i
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 11**"D-dek. Kamu kok ke sini nggak bilang dulu?" tanya Mas Bayu tergagap."Katakan, apa yang aku tidak tahu?" hardikku dengan menatap mereka satu persatu, bahkan Arfan yang mash tergeletak di ranjang rumah sakit tak luput dari tatapan intimidasiku.Kulihat dari ekor mataku Linda memutar bola matanya, serta menyilangkan kedua tangannya di dada. Persis, seperti orang yang sedang tidak merasa bersalah sehabis ketahuan olehku."Arfan, apa yang aku tidak tahu?" tanyaku sembari menatapnya lekat, karena percuma jika aku bertanya pada Ibu ataupun Mas Bayu. Mereka sama saja."Em ... Mbak, jangan emosi dulu,""Siapa bilang aku emosi? Tidak, aku tidak emosi. Ini aku bawakan buah untukmu. Semoga lekas sembuh, ya. Biar cepet-cepet bisa ngurus istri cantikmu ini," sindirku halus dengan meliriknya tajam.Linda melengos, lalu duduk di sofa dekat dengan Ibu."Aku pikir, aku hanya
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 12**Aku tidak mengerti bahwa ternyata aku hidup dengan sebuah kepalsuan selama ini. Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk saling memahami dan meresapi tentang arti kebersamaan, tapi nyatanya aku keliru. Selama hampir lima tahun ini pula semua orang tak pernah menunjukkan wajahnya yang asli. Mereka selalu berlindung di belakang topeng mereka masing-masing.Lima tahun yang lalu ...."Nur, Ibu dan Bapak mau bicara," kata Ibu suatu malam ketika aku selesai menyiapkan barang-barang untuk aku bawa bekerja besok.Aku merupakan perawat baru di puskesmas Desa Mekar Sari, tak heran jika aku tak ingin melupakan satu pun peralatanku untuk bekerja. Nurma Hamida, itu namaku. Hidup dengan kedua orang tua yang masih lengkap. Aku merupakan anak tunggal dengan kedua orang tua mantan PNS yang memiliki usaha dibidang hasil bumi yang lumayan pesat."Ya, ada apa, Bu?""Jadi gini, besok sore Bapak mau ngen
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 13**Aku menyandarkan tubuhku di kursi cafe, lalu menutup map dan meletakkannya di meja."Bagaimana?" tanya Deva, tapi aku masih terpaku. Berusaha mengurutkan setiap kejadian ini satu persatu."Sepertinya ini aneh, aku menangkap ada sesuatu yang jelas berhubungan di sini," tuturku dengan pandangan lurus ke depan.Deva mengangguk, lalu mengambil alih map itu lagi. "Aku akan selidiki lebih lanjut, sepertinya Linda juga bukan orang biasa," kata Deva penuh penekanan.Sejenak aku menatapnya, benarkah iparku itu memiliki sebuah rahasia yang aku tidak tahu?"Baiklah, terimakasih untuk info hari ini. Kabari aku jika ada info selanjutnya," ucapku seraya memberikan amplop cokelat berisi uang padanya."Jika pekerjaanmu memuaskan aku akan memberimu bonus lebih banyak lagi." Dengan yakin aku menatap Deva. Bagiku kini uang tak berarti lagi ketika sebuah kepercayaan di rusak begitu saja oleh keboh
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 14**"Mira sudah sembuh?" tanyaku dengan debaran jantung yang tak beraturan.Deva mendesah pelan, seakan menyembunyikan sebuah beban berat dalam hatinya."Belum ...."Refleks aku menutup mulutku yang menganga tak percaya dengan penuturan Deva."Lalu?""Dia kabur dari rumah sakit jiwa,""Astagfirullah ....""Menurut informasi yang kuperoleh, orang tuanya juga tidak berniat mengembalikannya ke rumah sakit jiwa. Itulah sebabnya pada foto yang tempo hari kutunjukkan padamu ada seorang wanita tengah duduk di teras dengan tatapan kosong. Itu Mira,"Detak jantungku seakan berhenti berdetak. Mira, mantan kekasih Mas Bayu, masuk rumah sakit jiwa, kabur, Linda adik Mira, minta uang setiap bulan pada Mas Bayu.AarrgghhKepalaku hampir pecah. Sebenarnya apa yang terjadi sekarang? Kenapa semua begitu rumit?"Hentikan, Va. Kepalaku serasa mau pecah, kita b
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 15**Kusandarkan kepalaku di sisi jendela kamar, menatap jingga di ufuk barat sana. Hancur, itulah yang kini tengah menyelimuti hatiku. Ketika sebuah notifikasi M-banking di ponsel suamiku menghancurkan semuanya.Terlebih hari ini, saat ada seorang wanita datang dan merengkuh tubuh suamiku hangat. Ia pun juga mengatakan bahwa aku telah merebut Mas Bayu darinya. Sungguh, semua hal yang terjadi akhir-akhir ini serasa membuatku gila.Bahkan wanita yang tampak gangguan jiwa itu terlihat sangat mencintai Mas Bayu meski kini pikirannya sedang terganggu. Sedangkan Mas Bayu, kulihat ia pun juga masih memiliki perasaan yang sama pada wanita itu.Kuremas dadaku sendiri, merasakan setiap jengkal rasa sakit yang kian menelusup dalam dada. Ya Allah ... Andai saat itu aku tak menerima perjodohan ini, mungkin semua ini tak akan terjadi.Kulirik sekilas, saat Mas Bayu melintas di taman sisi kamar den
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 16**"Dek ...."Aku terperanjat ketika mendengar suara Mas Bayu mengangetkanku yang masih tersungkur di lantai saat mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Kejadian yang membuat Mira harus tinggal di rumah ini.Sepatah katapun serasa tak mampu keluar dari mulutku. Kecewa. Itu lah yang kini tengah aku rasakan. Tak hanya sekali ini dia telah menyakiti hatiku, tapi berkali-kali, membuatku serasa sudah sangat kebal dengan rasa sakit yang kian mendera hidupku.Ia terlihat berjalan mendekat ke arahku, lalu berjongkok dihadapanku. Seorang imam yang baik, tak akan memasukkam wanita lain ke dalam rumahnya dalam keadaan apapun. Namun tidak dengan Mas Bayu, ia dengan mudahnya memasukkan Mira ke dalam rumah ini dengan dalih kesembuhannya. Apa itu masuk akal?"Dek, maafkan aku,"Aku masih diam bergeming, serasa mulutku kaku tak dapat mengucapkan satu patah katapun. Hi
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 17**Kubaringkan Mira di tempat tidurnya, lalu beranjak meninggalkannya yang mulai tenang. Setengah jam kutunggui dia yang diam tak bergerak hingga akhirnya matanya terpejam dan terdengar dengkuran halus dari bibirnya.Wajahnya cantik, putih, rambutnya juga halus dan hitam. Mungkin, dia sangat cantik ketika belum mengalami gangguan jiwa seperti ini. Sebesar ini kah rasa cintanya pada Mas Bayu hingga ia harus depresi karena ditinggal oleh kekasihnya itu?Lalu, sebenarnya apa motif Linda menikah dengan Arfan jika memang Mira adalah mantan kekasih Mas Bayu?"Dek ...."Aku mengacungkan jari telunjuk di depan mulut ketika melihat Mas Bayu masuk ke dalam kamar tamu tempat Mira tidur. Ia mengerti lalu mundur kembali dan menutup pintunya pelan.Sehalus mungkin aku juga meninggalkan Mira sendiri di dalam kamar agar ia bisa beristirahat. Ini tidak boleh dibiarkan terus menerus, Mira buka