Hamil di Malam Pertama
Bab 44 : Terdampar
“Mak, tolongin ... suamiku mau kabur ini!” teriak Neha dengan tetap memeluk Zaki dari belakang.
“Astaghfirullahal’adzim, jangan seperti ini! Lepaskan saya!” Zaki berusaha melepaskan diri dari gadis yang tak tampak seperti orang waras itu, karena penampilannya berantakan dengan rambut acak-acakan.
“Neha, ada apa?” Sang Mamak datang bersama Bapaknya. “Eh, calon suamimu udah sadar?” sambung wanita paruh baya itu sambil tersenyum dan membenarkan kain di pinggangnya.
“Mak, bukan calon lagi tapi udah jadi suami, ‘kan kami udah nikah semalam .... “ ujar Neha dengan mengedipkan sebelah mata kepada Sang Mamak.
Hamil di Malam PertamaBab 45 : Kantor Polisi“Pak, ikan-ikan asin ini akan dijual atau untuk konsumsi sendiri?” tanya Zaki tiba-tiba.“Untuk dijual, Nak, dan inilah mata pencarian kami di Pulau ini,” jawab Pak Kadir lagi.“Dijual ke mana dan siapa yang akan membelinya?” Zaki masih berusaha mengumpulkan informasi.“Setiap awal bulan akan datang Kapal tengkulak ke sini untuk membeli ikan-ikan asin ini, lalu kami juga akan menukarnya dengan beras, perlengkapan dapur, pakaian juga barang lainnya yang mereka jual. Begitulah kehidupan kami di sini, kami tak pernah keluar dari pulau, warga luar Pulau yang akan ke sini,” jelas Kadir.“Kapan kapal itu akan
Hamil di Malam PertamaBab 46 : Bercinta Sebelum Dibekuk[Apa yang kamu lakukan, Bodoh? Aku melihat ada beberapa Polisi ke Apartementmu. Kamu di mana sekarang? Cepat kabur ke luar kota atau perlu ke luar negeri! Jangan seret namaku jika menyangkut kasus Vaulin!]Willy membaca pesan dari Caroline saat ia baru saja keluar dari Supermarket. Jantungnya jadi berdebar tak karuan, dengan cepat ia segera berlari menuju mobilnya lalu mengeluarkan botol air mineral di dalam kantong belanjaannya.“Ya Tuhan, apa yang terjadi? Apa Vaulin lapor Polisi atas pengakuanku tadi pagi?” Willy bergumam sendiri sambil memegangi kepalanya.Willy bingung saat ini, ia menyesali pengakuannya tadi pagi. Hidup juga karirnya akan hancur, ia tak mau hal in terjadi.“Apa Vaulin merekam
Hamil di Malam PertamaBab 47 : Angkat Tangan!“Wajahmu disensor dulu, biarkan wajah Yuta saja yang terlihat. Captionnya : Dokter kandungan mesum, Dr. Prayuta Aulian, Dokter kandungan di Rumah xxx. Hahhh ... jagat dunia maya dan dunia nyata akan heboh .... “ ujar Willy.Caroline yang memang sedang tak fokus, menuruti saja arahan dari Willy. Sedangkan suara bel dari depan pintu semakin bertalu-talu saja dan mereka masih saja tak menghiraukannya. Dengan cepat, Caroline segera mengupload video itu ke youtube, twitter dan fb. Ia telah menyebarkannya, dengan tak lupa membuat akun fake dulu, ia tak mau mempublishnya dengan akun pribadinya.“Nah, bagus! Biar saja, hancur-hancur dah sekalian!” ujar Willy puas saat Caroline sudah selesai menyebarkan video tak pantas itu. “Terus apalagi?” tanya Caroline kembali panik karena suara bel masih saja terdengar.“Ayo kita lihat ke depan, siapa yang datang itu?
Hamil di Malam PertamaBab 48 : Trending Topik“Saudara Willy Syaqiel, anda kami tangkap atas tuduhan perkosaan kepada Saudari Vaulina, sesuai laporan dan bukti yang telah korban beberkan di kantor tadi pagi!” ujar salah satu Polisi sambil memborgol tangan sang dokter kandungan itu.Willy terbengong, dan hanya bisa berdecak kesal. Sedangkan Caroline terdiam, ia berharap tak ikut dibawa ke kantor Polisi dan berdoa dalam hati agar teman tidurnya itu tak melibatkan namanya dalam kasus ini.“Ayo, ikut kami ke Kantor Polisi!” ujar Sang Polisi sambil menarik borgol di tangan Willy.Caroline menarik napas lega melihat hanya Willy saja yang digelanggang dua Polisi itu.“Pak, wanita yang bersama saya itu juga bersalah, dia adalah dakang dari perkosaan itu,” ujar Willy saat ia sudah dimasukkan ke dalam mobil Polisi.“Apa kamu bisa dipercaya? Jangan mencari celah untuk melempar kesalahanmu kepada orang l
Hamil di Malam PertamaBab 49 : Semua Tahu“Maaf, Dokter Yuta, anda dipanggil Dokter Jordi ke ruangnya!” ujar Seorang security yang mendapati perintah dari sang atasan dari rumah sakit ini untuk memanggilkan Dokter Yuta.“Iya, Pak, saya akan segera ke sana,” jawab Yuta sedikit berdebar-debar, karena tumben-tumbennya sang atasan memanggilnya.Yuta memasang jasnya lalu meraih ponselnya, dan melangkah keluar dari ruangannya untuk menuju lantai dua rumah sakit, di mana ruangan direktur rumah sakit ini berada.‘Tok-tok’Yuta mengetuk pintu sang direktur, sembari mendorongnya pelan.“Permisi, apa benar Dokter Jordi memanggil saya?” ujar Yuta.“Iya, benar. Silakan masuk, Dokter Yuta!” jawab Sang Direktur Rumah Sakit.Yuta melangkah masuk dengan jantung yang semakin berdebar-debar, perasaannya mulai terasa tak enak saat ini.“Silakan duduk, Dokter Yuta!&rdq
Hamil di Malam PertamaBab 50 : Terkuak"Siapa wanita itu, Yuta? Apa dia wanita malam atau siapa? Kalau kamu kesepian sebagai duda, kenapa tak menikah lagi saja, Mama dan Papamu ini takkan keberatan," tanya Utami, Sang Mama tak kalah marah pula."Ceritakan semuanya, Yuta!" bentak Aulian, Sang Papa."Tak ada yang perlu diceritakan lagi, Pa, tak ada gunanya!" jawab Yuta pelan."Hey, tak hanya reputasi dan karir doktermu yang tercemar atas video bodoh ini, martabat keluarga kita juga. Dasar anak tak tahu diri, Papa benar-benar tak menyangka kamu semesum itu!" Aulian kembali berkata dengan lantang, tangannya mengepal marah."Kita bisa menuntut yang menyebarkan video itu, Yuta, ayo kita ke kantor Polisi, m
Hamil di Malam PertamaBab 51 : Fitnah“Mbak Vaulin, ternyata cerita yang sebenarnya ... berbeda dengan cerita awal. Saudara Willy memperkosa atas dasar kerja sama dengan Saudari Caroline. Perbuatan mereka sungguh bejad. Dalam kasus ini, saya menuntut Saudara Willy dengan hukuman 12 tahun berdasarkan pasal 285 KUHP. Saya juga sedang mengusahakan hukuman yang seberat-beratnya untuk saudara Caroline, sebagai otak rencana perkosaan itu,” ujar Pak Jihan soren itu, saat datang ke rumah Vaulin.“Jadi begitu, Pak Jihan, ternyata Willy itu tukang bohong juga.” Vaulin tersenyum sinis.“Kami percayakan kasus ini kepada Pak Jihan, pokoknya kami mau mereka dihukum seberat-beratnya,” ujar Della dengan geram.&ldquo
Hamil di Malam PertamaBab 52 : Masih Ada Orang BaikHingga siang, Zaki masih terikat di batang pohon besar. Ada beberapa warga yang berjaga, mendatanginya sesekali lalu pergi. Ia masih berusaha untuk melepaskan ikatan tali di tangannya, sambil berdoa dalam hati agar ada keajaiban dari Tuhannya agar bisa menyelamatkan diri dari warga Pulau yang menurutnya aneh itu. Pak Kadir, satu-satunya orang yang baik padanya juga tak menampakkan batang hidungnya setelah ia diikat di sini, di tengah-tengah Pulau.“Bang, aku bawain makan siang untuk kamu. Ayo makan! Aku suapin, ya?” Neha menghampiri Zaki sambil membawa piring yang berisi nasi dengan lauk ikan bakar masakan Mak Leha.“Aku tidak lapar, terima kasih.” Zaki mendengus kesal.
Hamil di Malam PertamaExtra Part 5 (Kisah Caroline)Setelah berhasil membobol berangkas milik Erlin, Caroline segera memindahkan uang dan perhiasan itu ke dalam tasnya. Senyum mengembang sambil menatap suami dan madunya yang tertidur dengan pulas karena pengaruh obat tidur racikannya, mantan dokter ahli kandungan. Ia tak menyangka kalau madunya itu menyimpan uangnya di rumah dan kodenya berangkas itu tanggal lahir Rendy—suami mereka.Taklama kemudian, Caroline sudah berada di dalam mobil Erlin dan memacunya pelan untuk keluar dari perkarangan rumah bertingkat dua itu. Tak lupa ia tutup kembali pintu pagar, lalu mulai melajukan mobil hitam itu membelah jalanan. Hatinya begitu puas karena sudah berhasil merampok seluruh uang dan perhiasan milik Erlin, madunya yang tajir melintir namun pelit itu.“Selamat tinggal Erlin, Mas Rendy kuberikan kepadamu. Milikilah dia seutuhanya, sedangkan aku akan memiliki uang, perhiasan juga mobilmu,” lirih
Hamil di Malam PertamaExtra Part 4 (Kisah Caroline)Saat Rendy dan Caroline kembali ke meja mereka, ada seorang pria yang duduk di sana, bersama Erlin.“Nah ini dia Caroline, Mas Rohit. Gimana, dia cantik ‘kan? Cocok ‘kan dia kalau kerja sama Mas Rohit?” Erlin menyunggingkan senyum sambil menunjuk ke arah sang madu yang terlihat sedang kesal itu.“Hmm ... sangat cocok. Mana berkas yang saya suruh siapakan kemarin? Saya akan urus pasport juga kelengkapan lainya,” jawab Rohit, yang bekerja sebagai agen TKW untuk dikirim ke Hongkong. Tatapan matanya menatap Caroline dari atas hingga bawah, ia terpesona akan kecantikan wanita blasteran Jerman itu.“Kalian sedang membicarakan apa ini, Er? Siapa dia?” Rendy menatap sang istri dan pria di hadapannya.“Ini berkasnya sudah saya siapkan, Mas Rohit. Semoga prosesnya cepat.” Erlin segera menyerahkan berkas yang ia keluarkan dari dalam ta
Hamil di Malam PertamaExtra Part 3 (Kisah Caroline)Pukul 13.00, Rendy berserta dua istrinya juga anak kembarnya sudah berangkat menuju restoran. Ternyata Erlin mau merayakan ulang tahun pernikahan mereka sekalian bertemu agency yang menangani tentang TKW yang akan dikirim ke Hongkong dan Rendy tak mengetahui tentang hal itu, dia tahunya mereka akan makan siang bersama hanya untuk merayakan anniversary mereka saja.“Mbak Car, tolongin antar Mona dan Moni ke toilet dong!” perintah Erlin kepada Caroline yang saat itu baru saja hendak menikmati makanan di hadapannya.Caroline meletakkan kembali sendok makanannya lalu menuruti perintah madunya itu, digandengnya dua anak kembar Erlin dan suaminya yang kini berusia 4 tahun itu. Ia menyayangi Mona dan Moni walau membenci mamanya, sebab ia ikut andil dalam merawatnya sejak baru dilahirkan.Taklama kemudian, Caroline sudah menggandeng kedua anak kembar suaminya itu keluar dari toilet. Ia lantas
Hamil di Malam PertamaExtra Part 2 (Kisah Caroline)“Mas, aku nggak minta kamu kerja, aku cuma mau kamu menceraikan Caroline!” pekik Erlin kesal.“Aku tak mau menceraikan siapa pun, aku takkan mau melakukan hal yang dibenci Allah itu. Maafkan aku, Er .... “ Rendy pura-pura sedih sambil duduk di pinggir tempat tidur.“Mas, aku nggak sanggup lagi ... kalau harus terus begini, aku nggak sanggup harus berbagi suami begini. Hatiku sakit, Mas.” Erlin tak dapat lagi menahan tangisnya.Rendy mendekati istri keduanya itu, yang wajahnya tak secantik Caroline. Erlin hanya memiliki tinggi 150 cm saja, sedangkan Caroline 168 cm. Warna kulit keduanya pun jauh berbeda, Caroline berkulit putih, sedangkan Erlin sawo matang. Itu juga alasan Rendy tetap mempertahankan Caroline, ia menikahi Erlin si janda kaya raya itu hanya demi kesejahteraan hidupnya karena Erlin mempuny
Hamil di Malam PertamaExtra Part 1 (Kisah Caroline)Caroline menyeka keringat di dahinya setelah selesai membersikan rumah yang akan mereka kontrakan, yang letaknya berada tepat di sebelah rumah madunya yang kini juga menjadi tempat tinggalnya. Ia tak punya pilihan lain, selain harus menuruti keinginan suaminya yang ingin berpoligami agar mereka bisa tetap hidup. Semua ia lakukan karena rasa cinta yang teramat sangat, yang membuatnya rela diperlakukan seperti pembantu sejak beberapa tahun terakhir ini.“Car, aku lapar.” Pria pengangguran tapi memiliki dua istri itu menghampiri Caroline lalu duduk di depan meja makan.“Hmm ... Mas ... maaf ... aku belum sempat masak,” jawab Caroline.“Ah ... kamu ini, kok belum masak sih?” Rendy—sang suami terlihat berang karena sudah menjadi kebiasaannya setelah bangun tidur, makanan harus sudah terhidang di atas meja.“Aku baru selesai bersihin rumah sebelah,
Hamil di Malam PertamaBab 84 (Tamat)Dengan percaya diri, Willy langsung membeli sebuah cincin dan buket bunga untuk ia berikan kepada Margareta, Mama dari Cris, anak laki-laki yang ia sayangi itu dan ingin menjadi sosok ayah yang baik untuknya. Ia tak peduli akan umur mereka yang terpaut hampir sepuluh tahun itu, yang ia inginkan hanya menyempurnakan agamanya. Ia berharap ridho dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa, ia ingin menjadi pelindung untuk keduanya apalagi Cris pernah berkata kepadanya, kalau ia ingin punya ayah meski mamanya sudah baik, namun tetap saja ia menginginkan keluarga yang lengkap.“Mar, maaf ... jika saya lancang tapi ... saya tetap harus mengatakan semua ini, agar kamu tahu kesungguhan ini. Saya ... ingin melamarmu jadi istri, saya ingin menjadi ayah untuk Cris, putramu. Saya ... ingin ... kita bisa
Hamil di Malam PertamaPart 83 : Hilang CintaCinta alias Yuta kembali ke rumahnya dengan perasaan yang tak menentu, ia sudah lelah menangis dan semuanya takkan kembali seperti semula. Walau menangis darah pun, fisiknya takkan bisa kembali lagi seperti semula.“Apa yang harus kulakukan dengan tubuh ini?” Yuta menatap dirinya di depan cermin, penyesalannya begitu mendalam atas perbuatan yang hanya karena emosi sesaat namun berakibat sangat fatal.Pria dengan bentuk fisik wanita itu menghela napas berat lalu duduk di tempat tidur. Diraihnya ponsel dari dalam tas lalu mulai berselancar di sosial media, mencari informasi tentang pesantren yang dapat ia datangi untuk memulai tobatnya.***Sedan
Hamil di Malam PertamaPart 82 : Putraku Sudah Mati“Kalau Yuta meninggal nanti ... Yuta harap ... bisa diproses sebagai pria walau bentuk tubuh ini sudah berubah. Yuta menyesal melakukan ini semua, Ma.” Cinta alias Yuta kembali menyeka air matanya. “Papa mana, Ma? Yuta mau minta maaf sama dia. Setelah ini, Yuta akan pergi.”“Nak, maafkan Mama juga ... yang tak mensupportmu ketika di penjara ... sehingga kamu menjadi seperti ini. Andai mama tak ikut papamu ke luar negeri dan tetap memperhatikanmu, mungkin kamu takkan mengalami hal-hal buruk itu. Maafkan Mama, Yuta.” Utami memeluk putra tunggalnya itu.“Mama nggak salah, terima kasih sudah mengenali Yuta, Ma.” Cinta alias Yuta mengusap bahu mamanya.Aulian yang sejak beberapa menit yang lalu mendengarkan pembicaraan Utami dan wanita muda yang mengaku Yuta itu mengerutkan dahi, sambil menatap adegan tangis-tangisan itu.“Kamu sakit kanker l
Hamil di Malam PertamaPart 81 : PulangUntuk beberapa saat, kedua Ibu dan anak itu saling tatap.“Mau cari siapa, ya?” tanya Utami, wanita paruh baya yang sudah melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Prayuta Aulian yang kini telah meninggal, begitu kabar yang ia dengan walau tak diketahui di mana makamnya.Cinta alias Yuta langsung menangis dan berlutut di depan kaki mamanya. Utami yang tak mengenali lagi putra semata wayangnya tentu saja keheranan.“Kamu ini siapa? Dan ada apa?” tanya Utami sambil menarik kaki mundur ke belakang.Cinta masih saja berjongkok dengan air mata yang terus mengalir, perasaannya semakin mudah tersentuh layak seorang wanita sejak fisiknya berubah total.“Bangun, Mbak, jangan berjongkok seperti ini! Kamu ini siapa dan ada keperluan apa?” tanya Utami dengan sebuah praduga di kepalanya.Cinta alias Yuta segera bangkit sambil menyeka air matanya, ia menggigit