Share

Bab 35 : Aneh

Penulis: Evhae Naffae
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hamil di Malam Pertama

Bab 35 : Aneh

"Hmm ... saya ini penyuka anak kecil loh, dan anak kecil juga pada suka sama saya. Sayangnya ... Tuhan belum ngasih istri, jadi belum bisa punya anak kecil deh," ujar Willy yang sebenarnya menyadari tatapan aneh Vaulin terhadapnya.

Vaulin hanya melengos dan tak menanggapi perkataan Willy.

"Buruan katakan apa yang mau kamu bicarakan!" ujar Vaulin dengan memutar bola matanya.

"Hmm ... saya minum dulu, ya, tenggorokan jadi kering ini .... " Willy meraih gelas jus di hadapannya sambil memikirkan kata-kata yang akan ia lontarkan kepada ibu dari putrinya itu.

"Buruan, Dokter Willy, saya tak punya waktu lama. Dokter juga pastinya mau ke rumah sakit 'kan? Biar cepat selesai, jadi cepat katakan!" Vaulin menatap tajam pria dengan jambang tipis di wajahnya itu yang mungkin tak sempat cukuran.

Willy mengeluarkan ponselnya dan pura-pura mendapatkan chat dari seseorang.

"Vau, kayaknya saya belum bisa bica

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 36 : Daftr Nama

    Hamil di Malam PertamaPart 36 : Daftar Nama“ ... 77. Muhammad Zaki, 29 tahun .... “Keempat mata yang sedang menatap televisi 43 inci itu langsung melotot tak percaya saat melihat nama Zaki terpampang di daftar nama penumpang Lion JT-007, tangis Vaulin pun langsung pecah.“Ya Allah, Zaki .... ” Malik mengusap wajahnya dengan air mata yang tak tertahan lagi, ia sudah menganggap anak angkat yang kini sudah menjadi menantunya itu sebagai anak sendiri. Rasa sayangnya sama antara Vaulin juga Zaki.“Kak Zaki, Ma, ini nggak benar ‘kan? Itu bukan Zaki suaminya Vaulin ‘kan?!” Vaulin luruh ke lantai dan sang Mama segera memapahnya menuju sofa, dadanya sangat sesak saat ini dengan air mata yang teru

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 37 : Masa Lalu

    Hamil di Malam PertBab 37 : Masa LaluMalik keluar dari kamar bersama Della, setelah menjelaskan semuanya walau istrinya itu masih saja tak bisa mempercayai penuturannya saat itu.“Zaki, Vaulin, kalian sudah berkenalan? Kok sudah main saja?” Malik tersenyum ke arah keduanya.“Iya, Pa. Terima kasih udah bawain Kakak buat Vaulin,” jawab Vaulin yang polos, yang sangat senang kini sudah memiliki teman bermain karena sehari-hari ia hanya bermain bersama Bik Ijah saja, sedangkan Mama dan Papanya sibuk di kantor setiap hari.“Zaki, salim dulu sama istri saya. Mulai sekarang, panggil dia Mama!” perintah Malik kepada anak angkatnya itu.“Baik, Om!” Zaki se

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 38 : Keyakinan Vaulin

    Hamil di Malam PertamaBab 38 : Keyakinan VaulinBeberapa hari berlalu pasca kecelakaan pesawat di perairan laut xxx, tim SAR sudah berhasil mengidentifikasi beberapa serpihan pesawat juga beberapa organ tubuh yang ditemukan oleh seorang nelayan secara terpisah. Ada yang menemukan sepotong tangan, dan ada juga yang menemukan sepotong kaki. Menurut kesaksian beberapa nelayan yang saat itu berada di sekitar tempat kejadian peristiwa, terjadi dua ledakan sore itu namun tak ada yang melihat langsung kejadian na’as.Menurut Kepala Basarnas, sangat kecil harapan untuk para korban bisa selamat, sudah dipastikan kalau seluruh penumpang dan awak pesawat meninggal sebab menurut rekaman kejadian di Kotak hitam, pesawat mengalami kerusakan mesin lalu mencoba mencari pendaratan darurat tapi saat itu sedang terbang di atas laut. Tiba-t

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 39 : Duel

    Hamil di Malam PertamaBab 39 : Duel“Nggak seru kalau cuma adu mulut, coba turun ke halaman sana! Terus adu jotos, aku mau lihat ... siapa yang paling jago diantara kalian berdua?” tantang Vaulin kesal melihat tingkah dua dokter yang menurutnya sangat kekanak-kanakan.Vaulin menatap kesal keduanya. Yuta terlihat mengusap wajah, sedangkan Willy pura-pura sedang mengajak Fatihah mengobrol. Bayi berambut keriting itu menarik-narik ujung jari Willy dan memainkannya, sedangkan sang ayah biologis begitu menyukai momen ini.“Ya sudah, kami pamit pulang saja. Maaf ... kalau sudah mengganggu kamu, Vau!” ujar Yuta sambil menepuk punggung Willy. “Ayo pulang!”“Kamu duluan saja, saya baru datang kok. Masih pingin

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 40 : Calon Suami

    Hamil di Malam PertamaBab 40 : Calon Suami“Neha, ini Mamak bikinkan obat untuk calon suamimu itu. Ayo bantu membangunkan dia, biar bisa minum ramuan ini!” ujar seorang wanita paruh baya sambil membawa gelas seng besar saat memasuki kamar anak gadisnya.“Iya, Mak,” jawab Neha sambil mendekati pemuda yang kondisinya begitu lemah itu.“Abang, ayo bangun!” ujar Neha dengan suara lembut dan tentunya sambil tersenyum-senyum sendiri, ia begitu senang, akhirnya Tuhan menjatuhi dia jodoh juga walau nemunya di laut.“Uhuukk .... “ Sang Pemuda terbatuk dan duduk dengan dibantu Neha.Wanita paruh baya dengan kaos kedodoran serta kain yang terikat di pinggangnya it

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 41 : Taman Kota

    Hamil di Malam PertamaBab 41 : Taman Kota“Nggak ada racun atau obat biusnya kok, Vau, biar saya saja dulu yang makan .... “ Willy yang bisa membaca pikiran wanita di hadapannya itu mengambil bakso bakar di tangan Vaulin lalu memakannya.“Eh!” Vaulin sedikit kaget karena Dokter berkulit gelap itu mengetahui isi kepalanya.“Makanlah, aman kok. Saya orang baik-baik, kamu tak perlu takut saya racuni atau apalah,” ujar Willy sambil tersenyum kecut.“Hmm ... bukannya gitu, Mas, kamu tahu ‘kan masalah yang kualami ... hingga detik ini ... aku nggak tahu siapa Ayah Fatin. Semua itu terjadi di saat aku tak sadarkan diri, sebab tak mungkin rasanya jika setan yang telah menggagahiku sebab anakku terbukti manusia, jadi nggak mungkin kalau bapaknya setan.” Vaulin berkata pelan dengan tatapan ke arah Willy, yang membuat pria berjaket hitam itu jadi sedikit gelagapan.“Oh itu, iya ... saya tahu

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 42 : Pengakuan Palsu

    Hamil di Malam PertamaBab 42 : Pengakuan PalsuMendengar pengakuan tak terduga dari mulut Willy, Vaulin segera menoleh ke arahnya. Sedangkan Yuta, ia jadi gelagapan sebab tak menyangka teman satu profesinya itu akan menggali lobang kematian untuk mereka termasuk dirinya.“Maksud Mas Willy gimana? Aku tak butuh pengakuan palsu, aku ingin sebuah kejujuran,” jawab Vaulin berusaha tenang, walau kini jantungnya mulai berpacu cepat.Sebelum Willy membuka mulutnya, Yuta sudah menghadiahu pria berkulit gelap itu dengan sebuah pukulan keras yang tak sempat ia hindari.“Jangan dengarkan dia, Vau, itu hanya taktiknya untuk bisa merebut kamu dariku. Ayo, kita cepat pergi dari ini!” Yuta berusaha menarik tangan Vaulin pergi tapi me

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 43 : Neha Gadis Pulau

    Hamil di Malam PertamaBab 43 : Neha Gadis Pulau“Jika maumu seperti itu, saya sangat setuju. Saya juga ingin bertanggung jawab atas kalian, saya ingin membina rumah tangga denganmu, Vau, saya ingin memperbaiki semuanya. Kita lupakan kejadian kelam itu, menikahlah denganku!” Willy meraih tangan Vaulin dan mengggenggamnya.Vaulin meringis, tapi menahan diri untuk tak menepis tangan kekar itu sebab ia belum mendengarkan pengakuan Willy yang sepenuhnya.“Kapan kamu melakukan hal itu, Mas, dan di mana? Terus ... kenapa aku sampai tak tahu? Apa Fatihah anak hasil suntikan atau bagaimana? Maklum ... kalian itu para dokter kandungan yang cerdas, aku yang awam ini sulit memahaminya,” ujar Vaulin lagi.“Sebelumnya ... aku

Bab terbaru

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 5

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 5 (Kisah Caroline)Setelah berhasil membobol berangkas milik Erlin, Caroline segera memindahkan uang dan perhiasan itu ke dalam tasnya. Senyum mengembang sambil menatap suami dan madunya yang tertidur dengan pulas karena pengaruh obat tidur racikannya, mantan dokter ahli kandungan. Ia tak menyangka kalau madunya itu menyimpan uangnya di rumah dan kodenya berangkas itu tanggal lahir Rendy—suami mereka.Taklama kemudian, Caroline sudah berada di dalam mobil Erlin dan memacunya pelan untuk keluar dari perkarangan rumah bertingkat dua itu. Tak lupa ia tutup kembali pintu pagar, lalu mulai melajukan mobil hitam itu membelah jalanan. Hatinya begitu puas karena sudah berhasil merampok seluruh uang dan perhiasan milik Erlin, madunya yang tajir melintir namun pelit itu.“Selamat tinggal Erlin, Mas Rendy kuberikan kepadamu. Milikilah dia seutuhanya, sedangkan aku akan memiliki uang, perhiasan juga mobilmu,” lirih

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 4

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 4 (Kisah Caroline)Saat Rendy dan Caroline kembali ke meja mereka, ada seorang pria yang duduk di sana, bersama Erlin.“Nah ini dia Caroline, Mas Rohit. Gimana, dia cantik ‘kan? Cocok ‘kan dia kalau kerja sama Mas Rohit?” Erlin menyunggingkan senyum sambil menunjuk ke arah sang madu yang terlihat sedang kesal itu.“Hmm ... sangat cocok. Mana berkas yang saya suruh siapakan kemarin? Saya akan urus pasport juga kelengkapan lainya,” jawab Rohit, yang bekerja sebagai agen TKW untuk dikirim ke Hongkong. Tatapan matanya menatap Caroline dari atas hingga bawah, ia terpesona akan kecantikan wanita blasteran Jerman itu.“Kalian sedang membicarakan apa ini, Er? Siapa dia?” Rendy menatap sang istri dan pria di hadapannya.“Ini berkasnya sudah saya siapkan, Mas Rohit. Semoga prosesnya cepat.” Erlin segera menyerahkan berkas yang ia keluarkan dari dalam ta

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 3

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 3 (Kisah Caroline)Pukul 13.00, Rendy berserta dua istrinya juga anak kembarnya sudah berangkat menuju restoran. Ternyata Erlin mau merayakan ulang tahun pernikahan mereka sekalian bertemu agency yang menangani tentang TKW yang akan dikirim ke Hongkong dan Rendy tak mengetahui tentang hal itu, dia tahunya mereka akan makan siang bersama hanya untuk merayakan anniversary mereka saja.“Mbak Car, tolongin antar Mona dan Moni ke toilet dong!” perintah Erlin kepada Caroline yang saat itu baru saja hendak menikmati makanan di hadapannya.Caroline meletakkan kembali sendok makanannya lalu menuruti perintah madunya itu, digandengnya dua anak kembar Erlin dan suaminya yang kini berusia 4 tahun itu. Ia menyayangi Mona dan Moni walau membenci mamanya, sebab ia ikut andil dalam merawatnya sejak baru dilahirkan.Taklama kemudian, Caroline sudah menggandeng kedua anak kembar suaminya itu keluar dari toilet. Ia lantas

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 2

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 2 (Kisah Caroline)“Mas, aku nggak minta kamu kerja, aku cuma mau kamu menceraikan Caroline!” pekik Erlin kesal.“Aku tak mau menceraikan siapa pun, aku takkan mau melakukan hal yang dibenci Allah itu. Maafkan aku, Er .... “ Rendy pura-pura sedih sambil duduk di pinggir tempat tidur.“Mas, aku nggak sanggup lagi ... kalau harus terus begini, aku nggak sanggup harus berbagi suami begini. Hatiku sakit, Mas.” Erlin tak dapat lagi menahan tangisnya.Rendy mendekati istri keduanya itu, yang wajahnya tak secantik Caroline. Erlin hanya memiliki tinggi 150 cm saja, sedangkan Caroline 168 cm. Warna kulit keduanya pun jauh berbeda, Caroline berkulit putih, sedangkan Erlin sawo matang. Itu juga alasan Rendy tetap mempertahankan Caroline, ia menikahi Erlin si janda kaya raya itu hanya demi kesejahteraan hidupnya karena Erlin mempuny

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 1

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 1 (Kisah Caroline)Caroline menyeka keringat di dahinya setelah selesai membersikan rumah yang akan mereka kontrakan, yang letaknya berada tepat di sebelah rumah madunya yang kini juga menjadi tempat tinggalnya. Ia tak punya pilihan lain, selain harus menuruti keinginan suaminya yang ingin berpoligami agar mereka bisa tetap hidup. Semua ia lakukan karena rasa cinta yang teramat sangat, yang membuatnya rela diperlakukan seperti pembantu sejak beberapa tahun terakhir ini.“Car, aku lapar.” Pria pengangguran tapi memiliki dua istri itu menghampiri Caroline lalu duduk di depan meja makan.“Hmm ... Mas ... maaf ... aku belum sempat masak,” jawab Caroline.“Ah ... kamu ini, kok belum masak sih?” Rendy—sang suami terlihat berang karena sudah menjadi kebiasaannya setelah bangun tidur, makanan harus sudah terhidang di atas meja.“Aku baru selesai bersihin rumah sebelah,

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 84 (Tamat)

    Hamil di Malam PertamaBab 84 (Tamat)Dengan percaya diri, Willy langsung membeli sebuah cincin dan buket bunga untuk ia berikan kepada Margareta, Mama dari Cris, anak laki-laki yang ia sayangi itu dan ingin menjadi sosok ayah yang baik untuknya. Ia tak peduli akan umur mereka yang terpaut hampir sepuluh tahun itu, yang ia inginkan hanya menyempurnakan agamanya. Ia berharap ridho dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa, ia ingin menjadi pelindung untuk keduanya apalagi Cris pernah berkata kepadanya, kalau ia ingin punya ayah meski mamanya sudah baik, namun tetap saja ia menginginkan keluarga yang lengkap.“Mar, maaf ... jika saya lancang tapi ... saya tetap harus mengatakan semua ini, agar kamu tahu kesungguhan ini. Saya ... ingin melamarmu jadi istri, saya ingin menjadi ayah untuk Cris, putramu. Saya ... ingin ... kita bisa

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 83 : Hilangnya Cinta

    Hamil di Malam PertamaPart 83 : Hilang CintaCinta alias Yuta kembali ke rumahnya dengan perasaan yang tak menentu, ia sudah lelah menangis dan semuanya takkan kembali seperti semula. Walau menangis darah pun, fisiknya takkan bisa kembali lagi seperti semula.“Apa yang harus kulakukan dengan tubuh ini?” Yuta menatap dirinya di depan cermin, penyesalannya begitu mendalam atas perbuatan yang hanya karena emosi sesaat namun berakibat sangat fatal.Pria dengan bentuk fisik wanita itu menghela napas berat lalu duduk di tempat tidur. Diraihnya ponsel dari dalam tas lalu mulai berselancar di sosial media, mencari informasi tentang pesantren yang dapat ia datangi untuk memulai tobatnya.***Sedan

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 82 : Putraku Sudah Mati

    Hamil di Malam PertamaPart 82 : Putraku Sudah Mati“Kalau Yuta meninggal nanti ... Yuta harap ... bisa diproses sebagai pria walau bentuk tubuh ini sudah berubah. Yuta menyesal melakukan ini semua, Ma.” Cinta alias Yuta kembali menyeka air matanya. “Papa mana, Ma? Yuta mau minta maaf sama dia. Setelah ini, Yuta akan pergi.”“Nak, maafkan Mama juga ... yang tak mensupportmu ketika di penjara ... sehingga kamu menjadi seperti ini. Andai mama tak ikut papamu ke luar negeri dan tetap memperhatikanmu, mungkin kamu takkan mengalami hal-hal buruk itu. Maafkan Mama, Yuta.” Utami memeluk putra tunggalnya itu.“Mama nggak salah, terima kasih sudah mengenali Yuta, Ma.” Cinta alias Yuta mengusap bahu mamanya.Aulian yang sejak beberapa menit yang lalu mendengarkan pembicaraan Utami dan wanita muda yang mengaku Yuta itu mengerutkan dahi, sambil menatap adegan tangis-tangisan itu.“Kamu sakit kanker l

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 81 : Pulang

    Hamil di Malam PertamaPart 81 : PulangUntuk beberapa saat, kedua Ibu dan anak itu saling tatap.“Mau cari siapa, ya?” tanya Utami, wanita paruh baya yang sudah melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Prayuta Aulian yang kini telah meninggal, begitu kabar yang ia dengan walau tak diketahui di mana makamnya.Cinta alias Yuta langsung menangis dan berlutut di depan kaki mamanya. Utami yang tak mengenali lagi putra semata wayangnya tentu saja keheranan.“Kamu ini siapa? Dan ada apa?” tanya Utami sambil menarik kaki mundur ke belakang.Cinta masih saja berjongkok dengan air mata yang terus mengalir, perasaannya semakin mudah tersentuh layak seorang wanita sejak fisiknya berubah total.“Bangun, Mbak, jangan berjongkok seperti ini! Kamu ini siapa dan ada keperluan apa?” tanya Utami dengan sebuah praduga di kepalanya.Cinta alias Yuta segera bangkit sambil menyeka air matanya, ia menggigit

DMCA.com Protection Status