Hamil di Malam Pertama
Bab 11 : Mungkinkah?
Dokter Yuta, Dokter Caroline, mungkinkah kedua manusia itu bersekongkol? Mungkinkah semua yang terjadi kepadaku adalah rencananya agar bisa menalakku tepat di malam pertama kami, dan membuat seolah aku yang bersalah. Padahal semua ini hanya akal-akalan dia agar tetap bisa bersama selingkuhannya.
Sadis sekali dia kalau memang begitu skenarionya! Kalau dia memang tak mau dijodohkan denganku, lalu kenapa dia setuju dan kami juga sempat berpacaran setahun walau LDR. Katanya dia mencintai ketika pertama kali bertemu, tapi nyatanya apa ... semua itu hanya bulshit saja! Aku benci Yuta, dokter gila perawan itu!Air mata ini mulai membanjiri wajah, mengapa takdirku sepahit ini? Apa salah dan dosaku, Tuhan?! Kembali kupukuli perut ini, gara-gara bayi tak bertuan ini hidupku hancur.
“Dek, kamu kenapa? Kok nggak tidur?” Kak Zaki yang langsung tertidur ketika kepalanya jatuh ke bantal tadi terlihat terkejut meliha
Hamil di Malam PertamaBab 12 : Bertemu Teman YutaJalanan lumayan ramai, aku jadi teringat game balap mobil yang baru kudownload tadi pagi. Sepertinya aku harus mencobanya di alam nyata, wuuss ... mobil putih milikku ini mulai melaju kencang dan menyalip kendaraan di depannya hingga banyak bunyi klakson dari arah depan juga belakang. Heran, manusia di bumi ini pada nyebelin. Apa aku harus pindah ke khayangan? Hahah ... menyenangkan sekali, berasa sedang terbang.Kupelankan laju mobil saat melewati taman kota yang di depannya terlihat jejeran aneka gerobak yang menjual jajanan. Ada cilok, cireng, siomay, bakso bakal, pentol kuah, aneka rujak dan aneka es. Wuuuhh ... air liur seakan mau menetes saja. Segera kuparkirkan mobil di dekat para gerobak pedagang itu, lalu menghampiri aneka cemilan yang mendadak membuatku lapar ini.“Bang, bungkus semuanya yang ada itu, satu jenis satu kantong!” ujarku.“Baik, Non!” jawab si ma
Hamil di Malam PertamaBab 13 : Dia Dokternya“Gimana, Kak, Si Yuta ... udah diselidiki belum? Atau aku yang harus turun tangan untuk menyelidiki sendiri?” tanyaku saat Kak Zaki baru keluar dari kamar mandi, dia baru habis mandi tapi sudah langsung berpakaian saja. Belum pernah kulihat dia dengan handuk, dia selalu memasang pakaiannya di kamar mandi.“Kamu nggak perlu turun tangan, Kakak udah menyewa detektif swasta untuk membuntuti dia ke mana-mana dan menyelidiki kasus ini. Kamu tenang-tenang saja di rumah!” Dia meraih baju kokonya di lemari dan memakai sarung juga peci.“Kak Zaki mau sholat magrib dulu, kamu nggak mau ikutan sholat, Dek?” Dia membentang sajadah menghadap kiblat.“Nggak, titip doa saja, semoga pencuri itu cepat tertangkap!” jawabku sambil meraih ponsel Kak Zaki di atas nakas.Kak Zaki memulai sholatnya, sedangkan aku meminjam ponselnya untuk bermain game sebab ponselku lowbet
Hamil di Malam PertamaBab 14 : Isi Hati Yuta“Sialan sekali, pasiennya ternyata wanita murahan itu!” Dokter Yuta bergumam kesal saat keluar dari ruangan bersalin, di mana mantan istrinya berada.Dua perawat di belakang Dokter Yuta saling berbisik, namun tak berani menanyakan apa permasalahan sang dokter dan pasien itu.“Apa kalian bisik-bisik? Segera hubungi Dokter lainnya saja!” Dokter Yuta melangkah menuju ruangannya.Sedangkan dua perawat yang sama-sama memegangi dada karena kaget itu mengekor di belakangnya karena mereka bingung mau menghubungi dokter yang mana sebab malam ini memang jatah Dokter Yuta yang piket.“Ma—maaf ... Dokter, ka—kami harus menghubungi Dokter Caroline atau Dokter Willy? Kalau Dokter Emely ... lagi cuti.” Salah satu perawat itu memberanikan bertanya kepada Dokter Yuta yang memang terkenal galak itu.“Telepo
Hamil di Malam PertamaBab 15 : Princes“Kak, aku tetap tak mau dioperasi. Besok pasti lahit kok nin bayi,” ujar Vaulin memelas, karena ia masih bersikeras tak mau dioperasi. “Kali aja besok kepalanya bisa mutar ke bawah, dia ‘kan emang suka berputar-putar,” sambungnya sambil menangis.“Tapi Papa udah menanda tangani persetujuan untuk kamu dioperasi, Dek.” Zaki mengusap perut Vaulin, ia tak tega melihat istrinya itu menderita kesakitan. Andai ia bisa memindahkan rasa sakit itu ke tubuhnya saja, maka ia rela. Semua demi adik angkat yang memang sudah lama ia cintai itu. hatinya bagai teriris jika melihat Vaulin bersedih.“Pokoknya aku tetap nggak mau, Kak,” rengek Vaulin lagi.“Ya udah, tapi ... kalau besok posisi bayinya masih tetap nggak mutar juga, kamu harus setuju diopeasinya. Emang masih kuat nahan sakitnya? Kakak nggak tega lihat kamu kesakitan, Dek!” Zaki menghembuskan napas pa
Hamil di Malam PertamaBab 16 : Test DNA“Dek, udah, jangan nangis lagi!” Zaki menggenggam tangan Vaulin sambil mengusap dahinya, ia lega istrinya itu sudah berhasil melahirkan bayi itu secara normal dan sang bayi juga terlihat sehat.“Aku nggak mau melihat bayi itu, Kak! Aku benci dia .... “ Air mata Vaulin masih saja mengalir, setengah hati ia lega bayi tanpa ayah itu sudah enyah dari rahimnya tapi ia masih saja kesal akan permainan takdir yang sedang ia jalani.“Ya udah, kamu istirahat saja dulu. Sebentar lagi kayaknya kita bakalan pindah ke ruangan rawat. Jangan nangis lagi.” Zaki menghapus air mata di wajah Vaulin dan mendaratkan ciuman di dahinya.Taklama kemudian, Della dan Malik masuk ke ruangan bersalin Vaulin. Mereka lega bayi tanpa ayah itu terlahir dan akan segera melakukan test DNA untuk mencari pelakunya.“Vaulin, gimana keadaan kamu, Nak?” Della mendekati putri tunggalnya itu.
Hamil di Malam PertamaBab 17 : Teror MimpiBeberapa hari berlalu, Vaulin sudah kembali ke rumahnya walau hingga detik ini ia masih belum mau melihat bayi yang sudah ia lahirkan itu. Apalagi hasil test DNA telah membuktikan kalau bayi berkulit sawo matang itu bukannya anak Zaki atau juga Yuta.“Kak, bayimu nangis itu, berisik tahu, gak?!” teriak Vaulin karena bayi yang belum memiliki nama itu menangis di dalam boxnya.Dengan tergopoh-gopoh, Zaki keluar dari kamar mandi dan menghampiri bayi hitam manis dengan bola mata hitam pekat itu.“Dek, kok dibiarin nangis sih! Coba digendong,” ujar Zaki sambil mengeluarkan bayi mungil itu dari dalam boxnya dan membawanya mendekat ke arah Vaulin.“Kak, jangan bawa dia ke tempat tidur ini!” pekik Vaulin marah.Bayi yang sudah anteng itu mendadak menangis kencang lagi karena mendengar teriakan Vualin.“Dek, jangan teriak-teriak, kenapa? Makin na
Hamil di Malam PertamaBab 18 : 10 Bulan SilamFlashback ke-10 bulan silam.“Kenapa kamu, Car?” tanya Willy pada Caroline yang sedang menangis sendirian di sebuah kafe.“Yuta mutusin aku, Wil, padahal dia udah janji mau nikahin aku .... “ Caroline menangis sejadi-jadinya.“Kok bisa? Bukannya hubungan kalian baik-baik saja?” Willy menautkan alisnya.“Yuta dijodohin dengan anak sahabat Papinya, dan dia milih cewek itu dan mencampakkan aku .... “ Caroline menatap nelangsa temannya itu.Willy hanya menghela napas panjang sambil meraih gelas minuman di depan Caroline dan menyeruputnya sampai habis.“Yuta tega banget sama aku, Wil, setelah semua aku serahkan sama dia ... tapi dia ... malah seenaknya mencampakkan aku ... aku tak bisa menerima semua ini .... “ Hati Caroline benar-benar hancur saat ini, bagaimana tidak, ia sudah berpacaran selama dua tahun dengan Yuta dan sudah
Hamil di Malam PertamaBab 19 : ASIZaki membawa sang bayi menjauh lalu menyumpal mulut bayinya itu dengan botol susu.“Kak Zaki mah kelewat baik, dia kayaknya bakalan lebih sayang ama tuh bayi dari pada aku.” Vaulin menatap kesal tingkah Zaki.“Aduuhh ... dadaku yang membusung ini kembali terasa sakit. Ya ampun, apa mau meledak, ya? Kok bisa segede buah kelapa gini dan sakit pula.” Vaulin meringis kesakitan, karena ini sudah hari ketujuh pasca ia melahirkan.“Zaki, bukannya Papa menyuruhmu memimpin rapat hari ini? Kok belum berangkat ke kantor juga?” Malik berbicara di depan pintu kamar yang terbuka itu, ditatapnya sang menantu yang sedang menggendong bayi dari putrinya yang hingga detik ini belum terkuak juga siapa bapaknya.“Iya, Pa, ini udah mau berangkat ke kantor, lagi mimikin Fatihah sebentar,” jawab Zaki dengan menunjuk bayinya.“Ya sudah, kamu tak perlu ke kantor lag
Hamil di Malam PertamaExtra Part 5 (Kisah Caroline)Setelah berhasil membobol berangkas milik Erlin, Caroline segera memindahkan uang dan perhiasan itu ke dalam tasnya. Senyum mengembang sambil menatap suami dan madunya yang tertidur dengan pulas karena pengaruh obat tidur racikannya, mantan dokter ahli kandungan. Ia tak menyangka kalau madunya itu menyimpan uangnya di rumah dan kodenya berangkas itu tanggal lahir Rendy—suami mereka.Taklama kemudian, Caroline sudah berada di dalam mobil Erlin dan memacunya pelan untuk keluar dari perkarangan rumah bertingkat dua itu. Tak lupa ia tutup kembali pintu pagar, lalu mulai melajukan mobil hitam itu membelah jalanan. Hatinya begitu puas karena sudah berhasil merampok seluruh uang dan perhiasan milik Erlin, madunya yang tajir melintir namun pelit itu.“Selamat tinggal Erlin, Mas Rendy kuberikan kepadamu. Milikilah dia seutuhanya, sedangkan aku akan memiliki uang, perhiasan juga mobilmu,” lirih
Hamil di Malam PertamaExtra Part 4 (Kisah Caroline)Saat Rendy dan Caroline kembali ke meja mereka, ada seorang pria yang duduk di sana, bersama Erlin.“Nah ini dia Caroline, Mas Rohit. Gimana, dia cantik ‘kan? Cocok ‘kan dia kalau kerja sama Mas Rohit?” Erlin menyunggingkan senyum sambil menunjuk ke arah sang madu yang terlihat sedang kesal itu.“Hmm ... sangat cocok. Mana berkas yang saya suruh siapakan kemarin? Saya akan urus pasport juga kelengkapan lainya,” jawab Rohit, yang bekerja sebagai agen TKW untuk dikirim ke Hongkong. Tatapan matanya menatap Caroline dari atas hingga bawah, ia terpesona akan kecantikan wanita blasteran Jerman itu.“Kalian sedang membicarakan apa ini, Er? Siapa dia?” Rendy menatap sang istri dan pria di hadapannya.“Ini berkasnya sudah saya siapkan, Mas Rohit. Semoga prosesnya cepat.” Erlin segera menyerahkan berkas yang ia keluarkan dari dalam ta
Hamil di Malam PertamaExtra Part 3 (Kisah Caroline)Pukul 13.00, Rendy berserta dua istrinya juga anak kembarnya sudah berangkat menuju restoran. Ternyata Erlin mau merayakan ulang tahun pernikahan mereka sekalian bertemu agency yang menangani tentang TKW yang akan dikirim ke Hongkong dan Rendy tak mengetahui tentang hal itu, dia tahunya mereka akan makan siang bersama hanya untuk merayakan anniversary mereka saja.“Mbak Car, tolongin antar Mona dan Moni ke toilet dong!” perintah Erlin kepada Caroline yang saat itu baru saja hendak menikmati makanan di hadapannya.Caroline meletakkan kembali sendok makanannya lalu menuruti perintah madunya itu, digandengnya dua anak kembar Erlin dan suaminya yang kini berusia 4 tahun itu. Ia menyayangi Mona dan Moni walau membenci mamanya, sebab ia ikut andil dalam merawatnya sejak baru dilahirkan.Taklama kemudian, Caroline sudah menggandeng kedua anak kembar suaminya itu keluar dari toilet. Ia lantas
Hamil di Malam PertamaExtra Part 2 (Kisah Caroline)“Mas, aku nggak minta kamu kerja, aku cuma mau kamu menceraikan Caroline!” pekik Erlin kesal.“Aku tak mau menceraikan siapa pun, aku takkan mau melakukan hal yang dibenci Allah itu. Maafkan aku, Er .... “ Rendy pura-pura sedih sambil duduk di pinggir tempat tidur.“Mas, aku nggak sanggup lagi ... kalau harus terus begini, aku nggak sanggup harus berbagi suami begini. Hatiku sakit, Mas.” Erlin tak dapat lagi menahan tangisnya.Rendy mendekati istri keduanya itu, yang wajahnya tak secantik Caroline. Erlin hanya memiliki tinggi 150 cm saja, sedangkan Caroline 168 cm. Warna kulit keduanya pun jauh berbeda, Caroline berkulit putih, sedangkan Erlin sawo matang. Itu juga alasan Rendy tetap mempertahankan Caroline, ia menikahi Erlin si janda kaya raya itu hanya demi kesejahteraan hidupnya karena Erlin mempuny
Hamil di Malam PertamaExtra Part 1 (Kisah Caroline)Caroline menyeka keringat di dahinya setelah selesai membersikan rumah yang akan mereka kontrakan, yang letaknya berada tepat di sebelah rumah madunya yang kini juga menjadi tempat tinggalnya. Ia tak punya pilihan lain, selain harus menuruti keinginan suaminya yang ingin berpoligami agar mereka bisa tetap hidup. Semua ia lakukan karena rasa cinta yang teramat sangat, yang membuatnya rela diperlakukan seperti pembantu sejak beberapa tahun terakhir ini.“Car, aku lapar.” Pria pengangguran tapi memiliki dua istri itu menghampiri Caroline lalu duduk di depan meja makan.“Hmm ... Mas ... maaf ... aku belum sempat masak,” jawab Caroline.“Ah ... kamu ini, kok belum masak sih?” Rendy—sang suami terlihat berang karena sudah menjadi kebiasaannya setelah bangun tidur, makanan harus sudah terhidang di atas meja.“Aku baru selesai bersihin rumah sebelah,
Hamil di Malam PertamaBab 84 (Tamat)Dengan percaya diri, Willy langsung membeli sebuah cincin dan buket bunga untuk ia berikan kepada Margareta, Mama dari Cris, anak laki-laki yang ia sayangi itu dan ingin menjadi sosok ayah yang baik untuknya. Ia tak peduli akan umur mereka yang terpaut hampir sepuluh tahun itu, yang ia inginkan hanya menyempurnakan agamanya. Ia berharap ridho dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa, ia ingin menjadi pelindung untuk keduanya apalagi Cris pernah berkata kepadanya, kalau ia ingin punya ayah meski mamanya sudah baik, namun tetap saja ia menginginkan keluarga yang lengkap.“Mar, maaf ... jika saya lancang tapi ... saya tetap harus mengatakan semua ini, agar kamu tahu kesungguhan ini. Saya ... ingin melamarmu jadi istri, saya ingin menjadi ayah untuk Cris, putramu. Saya ... ingin ... kita bisa
Hamil di Malam PertamaPart 83 : Hilang CintaCinta alias Yuta kembali ke rumahnya dengan perasaan yang tak menentu, ia sudah lelah menangis dan semuanya takkan kembali seperti semula. Walau menangis darah pun, fisiknya takkan bisa kembali lagi seperti semula.“Apa yang harus kulakukan dengan tubuh ini?” Yuta menatap dirinya di depan cermin, penyesalannya begitu mendalam atas perbuatan yang hanya karena emosi sesaat namun berakibat sangat fatal.Pria dengan bentuk fisik wanita itu menghela napas berat lalu duduk di tempat tidur. Diraihnya ponsel dari dalam tas lalu mulai berselancar di sosial media, mencari informasi tentang pesantren yang dapat ia datangi untuk memulai tobatnya.***Sedan
Hamil di Malam PertamaPart 82 : Putraku Sudah Mati“Kalau Yuta meninggal nanti ... Yuta harap ... bisa diproses sebagai pria walau bentuk tubuh ini sudah berubah. Yuta menyesal melakukan ini semua, Ma.” Cinta alias Yuta kembali menyeka air matanya. “Papa mana, Ma? Yuta mau minta maaf sama dia. Setelah ini, Yuta akan pergi.”“Nak, maafkan Mama juga ... yang tak mensupportmu ketika di penjara ... sehingga kamu menjadi seperti ini. Andai mama tak ikut papamu ke luar negeri dan tetap memperhatikanmu, mungkin kamu takkan mengalami hal-hal buruk itu. Maafkan Mama, Yuta.” Utami memeluk putra tunggalnya itu.“Mama nggak salah, terima kasih sudah mengenali Yuta, Ma.” Cinta alias Yuta mengusap bahu mamanya.Aulian yang sejak beberapa menit yang lalu mendengarkan pembicaraan Utami dan wanita muda yang mengaku Yuta itu mengerutkan dahi, sambil menatap adegan tangis-tangisan itu.“Kamu sakit kanker l
Hamil di Malam PertamaPart 81 : PulangUntuk beberapa saat, kedua Ibu dan anak itu saling tatap.“Mau cari siapa, ya?” tanya Utami, wanita paruh baya yang sudah melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Prayuta Aulian yang kini telah meninggal, begitu kabar yang ia dengan walau tak diketahui di mana makamnya.Cinta alias Yuta langsung menangis dan berlutut di depan kaki mamanya. Utami yang tak mengenali lagi putra semata wayangnya tentu saja keheranan.“Kamu ini siapa? Dan ada apa?” tanya Utami sambil menarik kaki mundur ke belakang.Cinta masih saja berjongkok dengan air mata yang terus mengalir, perasaannya semakin mudah tersentuh layak seorang wanita sejak fisiknya berubah total.“Bangun, Mbak, jangan berjongkok seperti ini! Kamu ini siapa dan ada keperluan apa?” tanya Utami dengan sebuah praduga di kepalanya.Cinta alias Yuta segera bangkit sambil menyeka air matanya, ia menggigit