Beranda / Pernikahan / Hamil Untuk Suamiku / 3. Gaun Pengantin Murahan

Share

3. Gaun Pengantin Murahan

Penulis: El GeiysyaTin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-26 07:26:50

“Riti, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya!” kata Yuna.

Riti mengerti di mana posisinya, ia segera pulang dan menemui ibunya, setelah mendapatkan uang sebanyak dua puluh lima juta di rekeningnya. Soal bagaimana ia harus menghadapi keluarga besar ibuya, itu akan ia pikirkan nanti saja.

“Apa kamu melamun?” tanya Tama mengagetkan Riti.

“Tidak!” jawab Riti, setelah berhasil mengatasi keterkejutannya.

“Tunggu!” ujar Tama.

Riti menoleh dan melihat Tama mengeluarkan gunting kecil dari saku bagian dalam jasnya. Lalu, pria itu menggunting ujung bagian bawah gaun pengantin Riti dengan cepat.

“Apa yang kamu lakukan? Baju ini milik Yuna!” kata Riti setengah terkejut, ia hampir mengira kalau Tama akan membunuhnya.

“Yuna? Apa kamu takut dia akan meminta kamu menggantinya?”

Riti mengangguk, ia kenal Kakak perempuan yang selalu perhitungan sejak kecil. Yuna selalu meminta kompensasi atas barang yang dipakai oleh adiknya sendiri. Ia takut harga gaun itu mahal dan ia tak punya uang. Sedangkan biaya rumah sakit ibunya harus selalu ada, untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.

Tama melihat reaksi gelisah di wajah Riti dan tersenyum tipis.

“Ini bukan baju yang mahal, aku bisa memberimu sepuluh gaun seperti ini kalau kamu mau!” katanya.

“Jadi, gaun ini tidak mahal?” Dalam hati Riti berkecamuk, ia ingat bagaimana reaksi Yuna dan ibu tirinya saat pernikahannya tadi, mereka saling melemparkan senyum meremehkan dan menertawakan dirinya.

“Tidak mahal ...,” sahut Tama.

“Aku tidak butuh sepuluh baju seperti ini, tapi kalau kamu punya uang sebanyak itu, berikan saja padaku!” kata Riti, seraya tersenyum, ia berpikir harus pandai memanfaatkan kekayaan Tama, sebab pernikahannya hanya sementara saja.

Tama menggunting baju itu dalam sekali potong dan melanjutkan langkahnya. Ia terlihat kesal, karena merasa dirinya dimanfaatkan. Ia heran, mengapa gadis itu terkesan sangat menyukai uang, padahal terlahir sebagai anak dari seorang kontraktor kaya.

Riti terlihat takjub melihat cara Tama menyelesaikan menggunting bajunya.

Hai! Apa tangannya tidak sakit menggunting lipatan setebal itu dalam sekali potong dengan gunting kecil?

Riti melihat ke bawah, betisnya yang kurus dan putih terlihat dengan jelas. Ia melepas sepatunya dan mulai mengejar Tama, kaki pria itu panjang, hingga beberapa langkah saja ia sudah jauh tertinggal.

“Hai! Hai! Tunggu, apa kamu mau meninggalkan aku sendirian di sini?” serunya.

Tama menoleh dan tersenyum, melihat Riti melepaskan sepatunya.

“Apa kakimu tidak sakit?” tanyanya sambil melihat ke arah kaki wanita yang berjalan dengan cepat untuk mendekatinya. Tama menunjukkan perhatiannya.

“Tidak, aku sudah sering olah raga tanpa alas kaki! Jangan kuatir!”

Riti memang sering melepas sepatu untuk berlari mengejar bis kota agar tidak terlambat untuk bekerja. Selain itu ia juga sering dikejar waktu demi menyelesaikan tugas rumah, tugas kuliah dan sekkaigus merawat ibunya. Terkadang ia pun harus segera menebus obat ke apotek. Ia tidak bisa bersantai setiap harinya.

“Bagus! Ayo ikuti aku, sebentar lagi kita sampai!”

Riti tidak berkomentar, ia berpikir buruk lagi tentang nasibnya yang akan dikurung dan menjadi tawanan pria buas yang berjalan di depannya. Namun, ia harus bersabar sampai hamil, itu akan sangat mengerikan.

Riti bukannya tidak tahu hubungan di atas tempat tidur itu seperti apa, hanya saja ia tak pernah menyangka kalau akan segera merasakannya malam ini juga. Namun, rasa kecewa itu datang tiba-tiba sebab yang akan bergumul dengan dirinya bukanlah Jojo atau Leri, melainkan pria yang baru dikenalnya.

“Apa kamu punya pacar sebelumnya?” tanya Tama.

“Tidak! Bagaimana denganmu, apa kamu punya pacar?” Riti balik bertanya.

“Jangan bicara kalau aku tidak bertanya padamu!”

Riti kembali diam, tidak tahan rasanya kalau tidak bicara, sebab suatu saat nanti ia akan menjadi seorang pengacara. Ia kuliah jurusan hukum dan kalau punya biaya, maka ia akan melanjutkan pendidikan strata duanya. Jadi, dilarang bicara adalah permintaan yang tidak masuk akal sebab wanita tercipta dengan nalurinya yang suka bicara.

“Kamu bisa melanggar hukum karena melarangku bicara!"

“Lalu, apa kamu mau meminta kompensasi kalau aku melarangmu?"

Mendengar pertanyaan itu, seketika Riti tertawa dan membuat Tama terheran-heran karenanya.

“Apa ada sesuatu yang lucu?” tanya pria itu setelah Riti berhenti tertawa.

“Ada! Kamu yang lucu! Jadi, jangan harap aku takut padamu!” Riti menjawab dengan tenang, ia pikir Tama memang sama sekali tidak menakutkan.

Bab terkait

  • Hamil Untuk Suamiku    4. Sebuah Penjara

    “Apakah itu rumahmu?” Riti bertanya setelah melihat sebuah bangunan tembok tinggi dengan satu pintu gerbang dari besi yang tertutup. Ia tidak bisa melihat apa pun yang ada di dalamnya. Rasa penasarannya pun muncul dan ia kembali bertanya. “Apa itu tempatmu mengurung semua orang yang bersalah padamu? Soalnya rumah itu mirip sekali dengan penjara!"Kali ini Tama menoleh dan menunjukkan senyum di sudut bibirnya. “Menurutmu begitu?” katanya. “Ya!” “Sayangnya kamu salah!” kata Tama sambil meraih tangan Riti dan berjalan lebih cepat. Beberapa langkah sebelum tiba di sana, pintu gerbang itu terbuka, seolah tahu ada orang yang mau memasukinya. Tanpa sepengetahuan Riti, Tama hanya perlu menekan salah satu tombol pada jam tangannya agar para penjaga segera membukakan pintu untuknya. Riti tercengang saat memasuki pintu gerbang, ia sangat takjub melihat rumah yang sangat indah. Pikiran buruknya tentang Tama, nyaris berubah, karena keadaan di sana, sama sekali di luar dugaannya. Apa lagi Tam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Hamil Untuk Suamiku    5. Hamil Untuk Suamiku

    “Aku bukan pria seperti itu!” seru Tama sambil mengenang masa lalunya, yang tidak memikirkan wanita selama berjuang meningkatkan kekayaannya. Apalagi penampilan, sama sekali tidak ia utamakan, hingga ia terlihat sangat sederhana dan tidak tampan.Namun, yang ia lakukan adalah melebarkan sayap dan menguatkan pengaruhnya di dunia bisnis.Ia tidak peduli disebut perjaka tua atau apa pun yang mereka sebut untuk mendiskriminasi. Namun, dirinya yang sekarang bisa disebut penguasa, tanpa pengaruh siapa pun di dalamnya.Sementara Riti menilai Tama seperti yang dikatakan semua orang. Pria itu tidak elegan dan wajahnya yang dipenuhi bulu itu terkesan mengerikan. Pantas saja tidak punya pacar.“Tidurlah! Dan jangan ke mana-mana!" seru Tama. Setelah itu ia berjalan ke pintu. “Apa kamu mau pergi dan tidak tidur di sini?” Riti bertanya dan beranjak dari tempat tidur. Ia memeluk Tama dari belakang. “Aku tidak bisa tinggal terlalu lama di sini, apa kita tidak bisa melakukannya sekarang agar urusan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Hamil Untuk Suamiku    6. Siapa Yang Sakit

    "Bukan saya! Mungkin Tuan Tama!” kata perempuan yang bernama Sima, seraya menggelengkan kepalanya. Tama menyelimuti tubuh Riti saat mengganti baju tidurnya, tadi malam. Setelah itu ia tidur sendiri di ruang kerjanya. Tama ingin Riti mencintainya sepenuh hati, dengan begitu ia tidak akan meminta perceraian setelah melahirkan anaknya. Demi memastikan semuanya, ia tidak akan melakukan hubungan badan sebelum gadis itu memiliki perasaan yang sama. Ia juga ingin Riti menjadi montok, sebab gadis itu terlalu kurus.“Di mana suamiku?” tanya Riti.“Tuan Tama keluar hari ini!” Sima berkata sambil membawa sebuah amplop dan memberikannya pada Riti. “Ini titipan dari Tuan Tama, kalau Anda membutuhkan hal lainnya, panggil saja aku!” Riti bersikap sopan, ia menerima amplop dari tangan Sima dan mengucapkan terima kasih. Ia tidak menyangka jika Tama menepati janjinya untuk memberinya uang. Awalnya Riti mengira jika Sima adalah ibu Tama, tapi setelah mendengar wanita itu menyebut Tama sebagai tuanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Hamil Untuk Suamiku    7. Pembayaran Yang Terlambat

    Jasin menulis pesan pada Tama dan mengatakan apa yang baru saja di dengarnya. Sementara Tama membaca pesan Jasin dengan berpikir keras. Lalu, ia mengambil kesimpulan sendiri bahwa, Kiran adalah, istri muda Marhen, Yuna dan Riti terlahir dari wanita yang telah dicerai atau yang sedang sakit itu. Tidak mungkin Kiran yang berumur 30 tahun itu memiliki anak seusia Riti atau Yuna. Jasin masuk ke rumah sakit dan mencari informasi dengan caranya sendiri. Ia memanfaatkan koneksi hingga bisa dengan mudah mendapatkan data yang dibutuhkannya. Setelah Jasin yakin kalau informasi itu valid, barulah ia melaporkan kembali pada Tama. Ia menarik napas berat saat menuliskan informasi itu. Ibu Riti mungkin tidak akan lama lagi hidup di dunia. Jasin terharu dan menulis dengan kata-kata bagus tentang istri majikannya, karena hal itulah Riti memutuskan untuk menikah dengan Tama.Mana ada wanita yang rela menikah tanpa hadiah dan hutang sang ayah sebagai mas kawinnya? Kecuali jika ia terpaksa. Pikir J

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Hamil Untuk Suamiku    8. Menyukai Pria Lain

    Sementara itu, Riti memasuki toserba bersama dengan Jojo dan langsung melakukan tugas mereka. Disela-sela waktu bekerja Riti menceritakan semua tentang bagaimana cara ia mendapatkan uang dengan mudahnya. Ia juga mengungkapkan kekecewaan, karena tidak bisa membelikan jam tangan dengan harga satu juta untuk Leri, orang yang disukainya. Ia sadar kalau dirinya sudah menikah, tapi ia masih berhak menyukai pria lain karena Tama tidak mungkin mencintainya dan pernikahan mereka hanya sementara. Tak lama setelah itu, beberapa orang berpakaian resmi memasuki toserba. Mereka berkerumun di sekitar Riti dan Jojo, yang sedang membersihkan area belanja. “Apa di sini ada acara makan siang bersama?” tanya Jojo sambil membereskan beberapa produk di rak, saat ia melihat pemandangan yang tidak biasa, ada rombongan berpakaian seragam di sekelilingnya. Riti berdiri tak jauh darinya, ia mendengar pertanyaan Jojo dan menggelengkan kepala. “Di sini tidak ada restoran! Sialan!” ujarnya gelisah. Ia menangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Hamil Untuk Suamiku    9. Sebuah Hadiah

    Pada sore harinya, Riti pulang ke rumah Tama sesuai janji. Jasin yang menjemput dan pria itu memberinya banyak nasihat.“Sebaiknya Nona tidak membuat banyak masalah, Tuan Tama sudah memiliki persoalan di perusahaan, pasti akan repot kalau Nona menambahnya ...!” kata Jasin, ia menyampaikan arahan dengan lembut dan sopan, saat Riti berada di kendaraan. Riti pun mengangguk.Meskipun ia heran kenapa Jasin tiba-tiba memberinya nasihat demikian, tapi ia tetap mendengar dan memakluminya. Sebab seperti itulah kasih sayang seorang ayah pada anaknya. Ia tidak ingin anaknya mengalami sesuatu yang buruk.Sesampainya di rumah, Riti menunggu Tama di kamarnya, tapi ia heran karena laki-laki itu tidak juga pulang. Ia bertanya pada Sima dan semua orang, tetap, mereka semua kompak dengan mengatakan hal yang sama.“Saya tidak tahu, Nona!”Bahkan, sampai keesokan harinya Tama tidak menampakkan batang hidungnya. Riti sadar kalau dirinya tidak diinginkan, karena Tama memang awalnya mau menikahi Yuna

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Hamil Untuk Suamiku    10. Fitnah Leri

    Riti tidak mau melukai hati sang ibu hingga ia tidak mengatakan kalau dirinya sudah menikah. Hati Tina pasti akan sangat terluka karena Riti tidak memberitahukan pernikahannya. Coba bayangkan apa yang akan terjadi jika ibunya tahu atas dasar apa pernikahannya itu. “Karena aku akan berhenti bekerja di toserba, aku sekarang sudah punya ijazah dan beberapa sertifikat, aku yakin akan banyak kantor yang mau menerimaku! Aku tidak mungkin menenggelamkan perasaanku terus menerus pada pria yang sama. Aku ingin merubah masa depanku, Bu! Aku juga ingin membawa ibu ke rumah sakit yang jauh lebih bagus di luar negeri!” “Tidak perlu! Aku mungkin tidak lama hidup lagi!” “Ibu jangan bilang seperti itu, aku tidak punya siapa-siapa lagi selain Ibu!” Riti berkata sambil memeluk ibunya dan air mata mulai mengalir di pipinya.Tina seraya mengusap tangan Riti dengan lembut, dalam hatinya terus menerus berdoa agar anaknya menikah dengan seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, memiliki ana

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Hamil Untuk Suamiku    11. Pukulan Kedua

    “Huuu ... cinta satu malam! Cinta satu malam! Cinta satu malam” teriak orang-orang. “Apa kamu bercanda? Kamu tidak sopan, Leri! Padahal kamu memiliki Sarah di sini!” seru Riti kesal. “Jadi, kalau Sarah tidak ada maka kamu mau?” rayu Leri seraya maju satu langkah. “Tidak!” tegas Riti seraya menggoyangkan tangannya dan mundur. “Huuu ....!” “Sok suci! Seperti inilah Riti, teman-teman! Dia merasa yang paling suci!” pekik Leri pada semua orang.“Huuu ...!” Sebagian orang merekam dan berteriak. Setelah itu, biasanya mereka akan menayangkannya di sosial media, hingga menyebar. Lalu, akan membicarakan kejadian yang seru itu selama satu pekan penuh atau sampai mereka bosan. “Leri! Omong kosong apa yang kamu katakan, Leri? Hah!” pekik Riti. Ia kecewa setelah berusaha mempercantik diri dan menghabiskan sisa uangnya di salon, tapi justru direndahkan oleh Leri. Riti ingin sekali menangis, tapi ia bertahan sekuat hati dan mengharapkan Jojo. Pria itu sering membelanya, tapi ia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25

Bab terbaru

  • Hamil Untuk Suamiku    TAMAT

    “Apa aku salah menjadi orang seperti itu?” Tama dia meski dia tidak tahan, ia hanya melirik istrinya yang tertawa geli di sampingnya. Riti menahan tawanya saat melihat ibu dan anak yang beradu argumen karena berbeda pandangan. “Riti, bagaimana pendapatmu kalau suamimu kehilangan semua kekayaannya dan kamu terpaksa hidup di desa seperti yang kemarin-kemarin kamu lakukan?” tanya Deliza dengan tatapan serius kepada menantunya. Riti tahu bahwa Tama memang kehilangan kekayaannya selama mereka bersembunyi di desa. Namun, Iya juga tahu bahwa sekarang Tama kembali memiliki semua perusahaannya. “Apa Ibu kira hidup di desa itu susah? Itu tidak sulit, lebih sulit lagi saat aku harus hidup sendiri dan mengurus ibuku!” “Oh!” gumam Deliza, “Maafkan aku soal ibumu, Riti, Aku senang bertemu denganmu, dan aku lebih senang lagi setelah tahu bahwa kamu adalah, anak dari saudaraku!” “Aku mengerti! Tapi, Bu! hidup di desa itu sangat menyenangkan dan di sana semua orang hidup seperti

  • Hamil Untuk Suamiku    Kesalahan Wisa

    Tama kembali menemui Riti dan ibunya di rumah sakit yang menjadi rumah mereka. Sementara itu Jasin sudah kembali ke perusahaan dan menenangkan semua pemegang saham. Lalu, ia menyelesaikan masalah di sana satu persatu. Tentu saja ia bekerja sama dengan semua teman dan orang-orang kepercayaan Tama, hingga keadaan Grup Unitama dan perusahaan-perusahaan Pratama, kembali seperti semula. Hando sebentar lagi akan mendapatkan jadwal sidangnya, dan sudah dipastikan hukuman seumur hidup yang akan diterimanya. Kerusakan yang dilakukannya di berbagai tempat, juga memberatkan pasal-pasal yang dituduhkan padanya. Demikian juga Sony ia mendapatkan pengadilan juga, tapi ia tidak di hukum dengan hukuman seumur hidup. Ia mendapatkan hukuman 20 tahun penjara. Wisa sangat bersedih, karenanya, secara tidak sengaja wanita itu mengucapkan kekhawatirannya, “Sony, Bagaimana kalau kamu dihukum selama itu Bagaimana jika terjadi apa-apa denganku dan anakmu Listi?” katanya sambil menangis. Dari

  • Hamil Untuk Suamiku    Mengembalikan Kekayaan

    “Kalau begitu, aku tarik kata-kataku kalau dia baik!” kata Riti dan Tama tertawa.“Tidak boleh bilang laki-laki lain itu baik, kecuali aku, oke?” kata Tama sambil mencium istrinya.Setelah itu Tama mengajak Dion pergi ke tempat yang pernah ia gunakan untuk menyekap Sony. Mereka pergi diiringi dengan beberapa pengawal Tama. Tentu saja Jasin ikut bersama dengan mereka. Sony terlihat kurus dan luka-lukanya belum sembuh sempurna, masih banyak bekas luka yang diakibatkan oleh pukulan dari Tama. Pria itu hanya diam dan pasrah akan dibawa ke mana pun juga.Tama langsung membawa Sony ke lokasi yang sudah dibagikan, oleh orang tak di kenal yang menghubunginya. Ternyata ia adalah seorang pria bertubuh kurus yang mengaku sebagai adik sepupu ibunya.Di tempat itu mereka merekam pengakuan Sony dan mengirimkannya pada Brawijaya. Tentu saja disertai ancaman.Mereka ingin agar Hando, anak bungsunya itu, mau mengaku dan mengembalikan semua aset milik Tama yang sudah diambilnya. Jika tidak, maka

  • Hamil Untuk Suamiku    Sony Menyukaimu

    Keesokan harinya, Tama memuaskan istrinya hingga seharian penuh, dengan berbelanja di kota. Ia membeli apa pun yang diinginkannya. Terakhir mereka menyewa sebuah salon dan memanjakan tubuh hanya berdua dengan pelayanan VIP yang pernah ada.Riti sangat bahagia dan bersyukur dengan kemanjaan yang diberikan Tama. Sungguh, menghabiskan sepanjang sore dengan dipijat, itu hal yang luar biasa. Apalagi ia melakukannya berdua dengan suami tercinta.Mereka selesai dipijat dan melakukan rangkaian pelayanan di salon sampai puas. Baik Tama dan Riti kini terlihat segar kembali, dan acara di akhiri dengan makan malam. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menginap di hotel karena besok akan melanjutkan perjalanan menengok Delizah.Keesokan harinya, saat sepasang suami istri itu tiba di kamar Delisa, yang terdapat di sebuah rumah sakit swasta, mereka melihat wanita paruh baya itu, dalam keadaan baik-baik saja. Riti ingin menghabiskan beberapa hari bersama ibu mertuanya dan sang suami pun setuj

  • Hamil Untuk Suamiku    Ancaman Lagi

    “Bukannya kamu mau berhenti peduli? Atau sebenarnya kamu ini terlalu cerdik, sengaja membuat syarat-syarat itu, karena kamu tahu Hando akan membuat kekacauan?” Jasin balik bertanya.“Jas, aku hanya penasaran! Awalnya aku hanya tidak mau keuntungan proyek kita berada di tangannya semuanya! Enak saja dia!”Jasin pergi dari rumah itu dan kembali ke kota seorang diri, demi memuaskan keinginan Tama untuk mencari informasi. Ia juga untuk sementara tidak mengaktifkan ponselnya. Oleh karena itu ia menemui beberapa orang secara langsung. Dari pertemuan dengan mereka, ia tahu bahwa ada beberapa investor yang ternyata akrab dengan anggota keluarga Prapanca. Mereka ini yang memiliki ide untuk menarik uangnya dan mereka tahu bersamaan dengan kejadian Hando yang pergi ke kantor pusat grup Pratama.Mengetahui hal itu, Jasin senagaja makan malam sambil mengikuti salah satu anggota keluarga Prapanca yang mengadakan pertemuan dengan para pemegang saham ini.Jasin mendengar sendiri strategi mereka

  • Hamil Untuk Suamiku    Kesalahan Hando

    “Ibuku itu sama seperti aku! Jadi untuk apa aku berharap pada keluarga itu?”Tiba-tiba perang kesedihan di hati Tama, dirinya dan istrinya tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama dikucilkan dari keluarganya.“Tapi, Tama! Apa kira-kira yang dilakukan oleh ibu dan Dion, saat kalian bertemu sebulan yang lalu?” Jasin berusaha menginformasikan dugaannya tentang, sikap Dion dan Delizah saat mereka bertemu dikuburan Tina.“Memangnya apa yang bisa dilakukan dua orang itu? Baru kemarin kamu bilang kalau Dion itu bekerja menjadi satpam!”“Ya, dia itu bukan satpam biasa, dia seorang informan juga!”“Kenapa baru bilang sekarang?”“Aku pikir itu tidak penting!” kata Jasin sambil mengingat kembali informasi tentang Dion. Tidak banyak yang ia dapatkan, selain informasi tentang tanggal lahir, orang tua, tempat tinggal dan pekerjaannya. Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut, ternyata Dion orang yang hampir sama dengan dirinya. Dahulu, mereka juga pernah bekerja sama, tapi kemudian Dion membat

  • Hamil Untuk Suamiku    Teror Dari Keluarga

    “Apa Ibu dan Ayah masih mengingatku?” tanya Deliza, dengan menahan air matanya sekuat tenaga.Ibunya menghambur dalam pelukannya, mana ada ibu yang rela melihat kondisi anaknya hingga terlihat lebih tua dari dirinya. Delizah tahu jika ilmunya sangat merasa bersalah karena penampilannya itu. “Ibu jangan kuatir aku baik-baik saja aku tidak selama yang ibu kira, selama ini aku sudah bertahan tanpa kalian jadi apa yang aku alami sekarang bukanlah apa-apa!” kata Delizah sambil menepuk bahu ibu yang sedang memeluknya. “Maafkan Ibu dan Ayahmu yang tak berguna ini, yang tidak mampu membela di hadapan kakakmu saat itu!”“Ibu tidak perlu meminta maaf padaku, aku tetap akan menjadi anak ibu untuk selamanya! Sekarang lihatlah, mungkin kita tidak akan lama lagi kembali bersatu seperti dulu, kita hanya perlu menyelesaikan masalah ini bukan?”Sang ibu mengangguk dan mengusap air matanya, setelah itu Deliza melambaikan tangan. Ia dan Dion terus berlalu, sambil mendorong kursi rodanya sampai ke

  • Hamil Untuk Suamiku    Menghadap Keluarga Prapanca

    Tanpa sepengetahuan Tama dan Riti, dua orang itu pergi menuju ke rumah keluarga Prapanca.Saat Delizah dan Dion tiba di kediaman keluarga itu, mereka tidak mengalami hambatan yang berarti. Para pengawal yang ada di sana mempersilahkan mereka, karena Deliza dan Dion memakai tanda kebesaran keluarga itu di pakaiannya. Mereka memang orang-orang terbuang dan memilih untuk, keluar dari keanggotaan keluarga terpandang. Namun, bukan berarti kedua belah pihak saling melupakan. “Sudah aku duga, kalian akan datang ke sini juga pada akhirnya!” kata Prapanca, ia muncul setelah dua tahunnya menunggu satu jam lamanya. Namun, Deliza dan Dion merasa lega karena orang tua itu, akhirnya mau menemui mereka setelah sekian lama.“Kakek! Haruskah aku berlutut padamu, untuk meminta maaf atas kekeliruanku?” kata Deliza.“Ya! Memohonlah dan berlututlah!” kata Prapanca.Deliza berlagak begitu kesulitan turun dari kursi roda, hingga dua orang pengawalnya membantunya untuk, bisa berlutut dengan posisi

  • Hamil Untuk Suamiku    Permusuhan Antara Sepupu

    Setelah kedatangan Dion hari itu, Tama dan istrinya pergi ke kota di mana ibunya berada. Namun, setelah sampai di sana para penjaga mengatakan jika ibunya sedang berkunjung ke rumah keluarganya. Riti khawatir jika ibu mertuanya pergi ke keluarga besar Prapanca. Sehingga ia mencoba menghubungi Dion untuk menanyakan kebenarannya.“Halo! Dion, apa kamu tahu, ibu Deli pergi ke keluarga Prapanca?” “Aku tidak tahu, aku belum siap mengatakan semuanya pada Bibi Deliza!” Kata dion dari balik telepon.“Jadi kamu belum menemui Ibu Deliza?” “Riti, seharusnya kamu dan suamimu lah yang harus mengatakan secara langsung pada ibu mertuamu itu! Bilang padaku kalau kamu menemuinya aku akan datang juga!”Sementara Tama masih mencoba menghubungi ibunya tapi tidak bisa juga.Akhirnya Rity mengusulkan agar mereka pergi menengok makam ibunya. Kebetulan ia sudah lama tidak ke sana. Laki-laki itu pun setuju dan langsung mengadakan perjalanan ke pemakaman Ibu mertuanya. Tak lupa mereka membawa rangk

DMCA.com Protection Status