Melahirkan Anak Ular
Bab 5
Hari terus berlalu, Manular masih tetap bersisik dan mengerikan. Endah selalu menahan napas ngeri setiap mengganti pakaian juga memandikannya. Sebulan usia sang putra, ia masih saja takut kepada bayinya itu. Ia masih tak mau memberinya ASI dan hanya diberi susu formula saja.
Endah merasa bersalah karena tak bisa memberikan kasih sayang yang sepenuhnya, tapi ia sudah berusaha namun wujud mengerikan Manu masih saja membuatnya risih.
”Assalammualaikum, Bu Endah ... Assalammualaikum,” teriak beberapa orang tetangga di depan pintu rumah.
Endah jadi gelagapan, padahal ia memang sengaja tak pernah mau membuka pintu rumah agar tak ada yang tahu kalau dirinya telah melahirkan. Untuk belanja keperluan rumah tangga, ia menyuruh Lucky yang kadang harus adu argument dulu karena pria yang kini menggeluti bisnis ularnya itu selalu menyibukan diri dengan hewan peliharaannya itu.
“Mas, itu para tetangga mau ngapai
Melahirkan Anak UlarPart 6Endah memasukkan belanjaannya ke dalam kulkas yang kini ia letakkan di ruang tengah, begitu juga dengan kompor. Ia merasa tak tenang jika memasak di dapur dengan kandang ular yang menghiasi ruangan itu.Semenjak Lucky menggilai memelihara ular, Endah mulai memindahkan perlengkapan memasaknya ke ruang tengah dan selalu menutup pintu menuju dapur agar pemadangan tetap aman. Juga untuk antisifasi jika ada ular yang lepas dari kandang.Endah merasa tidak aman tinggal satu atap dengan hewan melata yang gigitannya dapat menjemput ajal itu. Ia mulai berpikir dengan karma. Dulu ia selalu marah dengan Anjani yang hoby mengoleksi ular-ular, tapi kini ia malah tak bisa melarang suaminya yang malah memperjual-belikan organ ular. Hal ini lebih mengerikan dari hoby putrinya dahulu.Yang lebih mengenaskan, putranya kini terlahir juga mirip ular. Endah merasa dirinya sedang dihukum olah Tuhan sebab apa yang paling ditakutinya kini
Melahirkan Anak UlarBab 7Lucky hanya tersenyum dengan sambil mengusap rambut Manu. Bayi bersisik itu sedang tengkurap di mata kaki sang ayah, menghisap bekas luka gigitan ular.“Mas, gila kamu, ya!” Endah segera mengambil Manu dan mendekapnya.Manu terlihat memainkan bibirnya, ia seperti menikmati racumn dari kaki ayahnya itu. Endah membaringkan bayinya di box, lalu mengamatinya dengan cemas.“Awas kamu ya, Mas, kalau Manu sampai kenapa-kenapa? Belum puas juga kamu telah membuatnya terlahir penih sisik begini!” hardik Endah berang.Sedang lucky, ia hanya menyeringai puas sebab kini sakit di kakinya telah mereda. Tubuhnya juga terasa ringan dan tak meriang lagi. Dengan bersema
Melahirkan Anak UlarBab 8Taxi melaju tanpa arah, Endah hanya memerintahkan untuk jalan lurus ke depan saja. Pikirannya semakin kalut, ia tak menyangka kalau berita bayinya yang bersisik begitu cepat menyebar. Ia menyesalkan keusilan para tetangga yang tak pernah ia usik selama ini, namun begitu keterlalun kepadanya. Manu terlahir bersisik adalah suatu aib baginya, sehingga tak perlu disebarluaskan. Endah menggigit bibir menahan tangis, hatinya terasa sangat sakit.“Endah, kita mau ke mana ini?” tanya Lucky nyaring karena dari tadi pertanyaan sang suami tak ia dengar karena sibuk dengan pikirannya sendiri.“Eh, iya, apa, Mas?” Endah tergagap sambil mengusap air mata di pipinya.“Kita mau ke mana ini? Udah satu jam mutar-mutar tak jelas kita, kamu ini bagaimana sih?” ketus Lucky.“Hmm ... ke penginapan yang murah sajalah kalau gitu, besok pagi baru kita cari kontrakan. Sekalian juga besok, Mas sewa p
Melahirkan Anak UlarBab 10Endah memutuskan untuk menginap di sebuah hotel, ia tak mau pulang ke rumah Anjani sebab ia tak berniat untuk serius meninggalkan Lucky. Ia hanya ingin suaminya itu menyadari kesalahannya.Masalah uang, memang benar kata Lucky, uang tabungan Endah masih sangat banyak di rekeningnya. Hanya untuk membayar sewa kamar selama seminggu, itu tak masalah untuknya. Selama ini ia sudah berusaha untuk sehemat mungkin, dengan maksud agar suaminya itu mau mencari pekerjaan.Ditatapnya bayi Manu yang sedang bergeliutan di atas tempat tidur. Pikirannya mulai menerawang jauh membayangkan kehidupan putra bungsunya itu suatu hari nanti. Air matanya langsung menetes, ia tak mau Manu terus merayap seperti ular, ia harus bisa mengajarinya untuk berjalan.Endah meraih Manu dan mendudukannya dengan menyandarkan pada bantal tapi tubuh Manu yang lentur dan seolah tak memiliki tulang itu membuatnya selalu terbaring lagi. Ia berharap, hal ini hany
Melahirkan Anak UlarBab 11“Katakan pada Jani, Mama sekarang ada di mana?” tanya Anjani dengan nada memaksa.Endah langsung mematikan ponselnya dan tak mau Anjani tahu keberadaannya. Ia berdecak kesal, bingung juga harus melakukan apa. Kalau Anjani sampai menemuinya ke sini, ia pasti akan dipaksa untuk pulang dan tentunya akan dipaksa untuk menceraikan Lucky juga.Wanita yang sudah tak muda itu makin dilema, ia bagai ABG yang sedang galau. Level bucinnya semakin menggila semenjak bersuamikan Lucky yang usia memang terpaut jauh darinya itu. Endah seperti menjadi sosok yang berbeda semenjak menikahi mantan seles hama tanaman itu. Jiwa muda Lucky seolah telah menular kepadanya. Dulu, semasa masih berumahtangga dengan papanya Anjani, ia tak sebuncin ini karena papa Anjani sosok pendiam dan tak romantis.Endah kembali mengaktifkan ponsel dan memblokir nomor Anjani agar putrinya itu tidak ikut campur dengan urusan rumah tangganya. Dibukanya
Melahirkan Anak UlarBab 12Lucky membuka mata saat ia merasa kesulitan untuk bernapas, ia meringis kesakitan. Kini seluruh tubuhnya telah dililit ular pyton sepanjang 2,5 meter itu. Ia berusaha untuk tidak panik dan tetap mengontrol pernapasannya.Dengan kesusahan, Lucky berusaha untuk bangun lalu mengamati lilitan Si Siti. Ia sedang mencari ekor ular pyton berwarna cokelat itu, sebab kunci dari belitan itu ada di ekor, ia sangat paham dengan sifat ular yang bisa membunuh dengan cara melilit ini.Napas Lucky semakin ngos-ngosan, saat lilitan itu terasa semakin kencang. Sebelum tulang-tulangnya remuk, ia harus segera menangkap ekor Si Siti. Ia masih berusaha untuk tenang. Mau berteriak minta tolong pun, takkan ada yang akan mendengarnya sebab rumahnya tunggal dan tak memiliki tetangga.Lucky semakin kesulitan untuk bernapas, walau kini tangannya sudah berhasil menemukan ekor si ular. Padahal, kalau ia sudah berhasil melepaskan lilitan p
#Melahirkan_Anak_UlarPart 13Sudah seminggu, Endah menempati rumah barunya, tinggal berdua saja dengan Manu. Di sini ia merasa nyaman, selain suasananya sepi, para tetangga juga ramah dan tak usil. Ia harus bisa membiasakan hidup tanpa Lucky, yang menurutnya tak ada gunanya terus dikasih hati.Pagi ini, Endah sedang duduk bersantai di depan rumahnya, di bawah pohon mangga yang memang tersedia kursi dan meja dari kayu. Manu ia dudukkan di dalam stroller sambil sesekali disuapin makan, bayi berusia satu tahun itu begitu lahab sekali makannya walau tubuhnya tidak terlihat montok, hanya semakin bertambah tinggi saja.Dari sebelah rumah Endah, keluarlah seorang pria dengan pakaian setelan kemeja putih dan celana hitam dengan menenteng sebuah tas kerja warna hitam juga jas putih. Dia tersenyum tipis sambil menganggukan kepala saat mata mereka beradu pandang. Endah mengeryitkan dahi, ia seperti pernah mengenal pria paruh baya itu yang mungkin umurnya sebaya den
#Melahirkan_Anak_UlarPart 14Pagi ini, seperti biasa, Endah mengajak Manu untuk bersantai di depan rumahnya. Putranya itu terlihat sangat senang, walau hanya sekedar dibawa berputar-putar di halaman rumah yang cukup luas itu.“Assalammualaikum.” Sebuah suara mengagetkan Endah.Endah langsung menoleh, lalu menjawab, “Waalaikumsalam.”Tetangga sebelah rumah, kini sedang menatapnya dari tembok pembatas rumah yang hanya setinggi pinggang itu.“Endah Puspita ‘kan?” tanya pria berkacamata itu.Endah menautkan alis lalu mendekat, ia sedang mengingat-ingat pria di hadapannya. Mungkinkah mereka teman lama?“Kamu benar Endah ‘kan?” tanya pria itu sekali lagi.Endah mengangukkan kepala, lalu berujar, “Apa kita saling kenal? Maaf ... saya pelupa.”Pria itu tersenyum miring, lalu berkata, “Hmm ... kita pernah satu SMA waktu masih muda dahulu. Te
#Melahirkan_Anak_UlarBab 53 (Tamat)“Ayo!” Pangeran Rambo muncul tiba-tiba, ia langsung menarik tangan Anjani untuk menuju hutan.“Aku hanya bisa mengantar kalian ke hutan saja, sebab aku takkan bisa meninggalkan istana terlalu lama karena keselamatan Ibuku terancam ... jika Raja tahu siapa pengantinnya sekarang,” ujar Pangeran Rambo.“Baiklah, Rambo, tak masalah ... yang penting kamu bisa membawa kami keluar dari istana,” jawab Anjani.Dengan menggunakan ilmu menghilangnya, Pangeran Rambo sudah membawa Anjani dan Manu ke hutan larangan.“Segera cari pintu gaib itu! Berlarilah ke arah Timur, cari batu besar dan pohon kembar, di sanalah pintu ke alam nyata itu berada,” ujar Pangeran Rambo saat mereka telah tiba di hutan.“Baiklah, terima kasih, Rambo,” jawab Anjani.Pangeran Rambo hanya menganggukkan kepala dan kemudian kembali ke istana. Sedangkan Anjani dan Manu mula
#Melahirkan_Anak_UlarBab 51“Baiklah.” Anjani menariknya napas panjang, ia terpaksa menyetujui tapi takkan mau menikah dengan raja kobra. Ia kembali menyusun rencana di kepalanya.Raja Kobra menyunggingkan senyum kemenangan mendengar jawaban Anjani.“Baiklah kalau begitu, besok kita akan menikah lalu besoknya lagi Pangeran Aries akan menemanimu ke alam nyata. Oh iya, adikku juga akan turut serta.” Raja Kobra bangkit dari kursinya. “Perdana menteri, segera siapkan semuanya!” sambungnya kepada pria yang selalu mengekor di dekatnya itu.“Raja, mamaku sakit parah, jadi ... aku mohon kita tak menunda waktu. Pagi kita menikah, dan siangnya ... aku harus pulang ke alam nyata.” Anjani berusaha menawar.“Hmm .... “ Raja Kobra menautkan alisnya, padahal ia sudah membayangkan indahnya malam pertama mereka dan ia sudah berencana untuk segera membuat Anjani hamil anak-anak mereka lagi.&
#Melahirkan_Anak_UlarBab 50“Ibunda, Paman, Artha pamit mau berburu dulu, ya.” Artha menatap Ibu dan pamannya.“Iya, Nak, hati-hati!” jawab Anjani.“Permisi, Ratu Anjani, kami membawakan makanan,” ujar Dayang-dayang saat tiba di kamar Manu.“Hmm ... letakkan saja dulu di atas meja,” jawab Anjani.Saat Putri Artha hendak melangkah ke depan, ia malah bertabrakan dengan para Dayang yang hendak menyimpan makanan untuk Manu ke atas meja.“Aduh ... kok jalannya nggak lihat-lihat sih, Dayang .... “ Putri Artha mengomel kesal.“Ma—maaf ... Putri.” Para Dayang itu segera memunguti makanan yang berjatuhan.Anjani tak berkomentar apa pun. Sedangkan Pangeran Aries dan Putri Aruka yang memang sudah tahu sifat ceroboh saudara kembarnya itu, tak heran lagi karena Putri Artha memang sering menabrak siapa pun saat ia sudah memikirkan tentang rencana berburunya
Melahirkan Anak UlarPart 49Ustaz Bumi membuka matanya, lalu mengusap wajahnya sambil mengucapkan istighfar.Taklama berselang, istrinya Ustaz Bumi datang ke ruang tamu dengan membawakan minuman untuk suami dan tamu mereka."Ayo minum dulu, Ji," ujar Ustaz Bumi sambil meraih gelas minuman miliknya.Radji mengangguk dan meraih minuman itu, lalu menenggaknya separuh."Dugaanmu benar, Ji, istri dan adik iparmu memang ada di Kerajaan ular," ujar Ustaz Bumi setelah menghabiskan minuman di gelasnya."Astaghfirullahal'adzim ... Anjani ... Manu ... Saya harus bagaimana, Ustaz?" Radji mengusap wajah dan memegangi kepalanya bingung."Kita berdoa saja ... Agar Anjani dan adiknya segera kembali," jawab Ustaz Bumi.“Ustaz, bantu saya untuk bisa ke Kerajaan Ular ... saya tak bisa hanya berdiam diri saja ... saya ... ingin menjemput Anjani dan Manu .... “ ujar Radji dengan menatap Sang Ustaz.“Ini berat, Ji, k
#Melahirkan_Anak_UlarBab 48“Tinggallah di sini, Ratu Anjani, anak-anak butuh kamu. Mereka sangat senang dengan kedatanganmu,” ujar Raja Kobra setelah keduanya diam untuk beberapa saat.Anjani terdiam.“Putri Aruka yang selama ini selalu sakit-sakitan dan hanya menghabiskan waktunya hanya dengan berbaring saja di kamar, kini terlihat sehat dan tak pernah mengeluh sakit lagi ... dan itu karena kehadiran kamu. Tinggallah di sini, bersama anak-anak!” ujar Raja Kobra lagi dengan nada memohon dan tak arrogant seperti dulu lagi, tatapannya lembut.Anjani menelan ludah sembari membuang pandangan dari Raja ular yang pernah membuatnya hamil anak ular juga telah menghabisi nyawa Chiko, sahabatnya. Ia tetap membenci Raja bermata sipit itu, jelas saja ia takkan mau menghabiskan sisa hidupnya di negeri ular ini.“Bagaimana, Ratu Anjani?” desak Sang Raja, ia ingin mendengar jawaban d
#Melahirkan_Anak_UlarBab 47Raja Kobra segera keluar dari kamarnya saat mendengar keributan dari arah taman belakang yang tak jauh dari kamarnya. Ia melangkah mendatangi dua pengawal yang berjaga di ruang tengah.“Ada apa? Mana penyusupnya?” tanya Raja Kobra sambil menyentak pedangnya.“Sudah dimasukkan panglima ke penjara bawah tanah, Raja.” Salah satu pengawal menjawab sambil membungkukkan badan.“Siapa penyusupnya?” tanya Raja Kobra dengan nada berang, mengetahui adanya penyusup yang berani masuk ke Kerajaannya.“Dia bangsa manusia, Raja,” jawab Sang Pengawal itu lagi.“Kurang ajar, beraninya!” Raja Kobra mengepalkan tangannya. “Bagaimana bisa kalian lengah, hah?!” sambungnya sambil mendorong dua orang pengawal itu.“Ampun, Raja .... “ Dua pengawal itu menyimpuhkan tangannya di atas kepala.Raja Kobra membalikkan badan lalu menuju hal
#Melahirkan_Anak_UlarBab 46Manu telah menyisir seisi istana hingga ia bisa menemukan juga kolam yang ternyata berada di dekat taman belakang, tak jauh dari kamar Raja Kobra. Dengan mata yang berbinar-binar dengan harapan bisa segera berubah menjadi manusia seutuhny, ia hendak berlari ke sana. Akan tetapi, sebuah tangan malam menarik bahunya."Hey, mau ke mana kamu? Cepat kembali ke depan, berjaga-jagalah di sana!" Kepala Pengawal menarik Manu untuk kembali ke halaman, posisi jaga mereka."Eh .... " Manu membuang napas kasar dan terpaksa menghentikan misinya, sebab ia harus bersikap baik agar tak ada yang curiga kepadanya yang sedang dalam penyamaran.Manu kembali menatap ke aula istana saat mereka melewati ruangan itu untuk kembali ke halaman."Tetaplah berjaga-jaga di sini, jangan ke mana-mana! Teman-teman yang lainnya sedang menikmati pesta," ujar sang kepala Pengawal sambil melangkah meninggalkan Manu beserta anak buahnya yang lai
#Melahirkan_Anak_UlarBab 45Malam pun tiba, semua anggota keluarga kerajaan sudah tiba di meja makan. Ada Ratu Asa, Pangeran Rambo beserta anak dan istrinya, lalu tiga anak kembar Raja Kobra. Anjani terlihat meringis saat melihat hidangan di atas meja, ia tak mau memakannya.“Selamat datang, Ratu Anjani, Ibundanya dari Pangeran Aries, Putri Artha dan Putri Aruka. Sebelum kita menyaksikan acara musik dan tarian di aula istana, marilah kita nikmati hidangan istimewa ini,” ujar Perdana Menteri yang bertugas menjadi pembawa acara, ia berdiri di samping Raja Kobra.Pangeran Rambo menatap tajam ke arah Anjani yang duduk di antara Putri Aruka dan Putri Artha, ia tak senang akan kedatangan mantan majikannya itu, sebab Ibunya murung sejak tadi. Ia bisa melihat raut tak senang Ratu Asa kepada Anjani dan ia tahu akan hal itu, sebab itu juga tahu ayahnya memang menyukai Anjani.Acara makan bersama pun dimulai. Anjani hanya mengambil buah ape
#Melahirkan_Anak_UlarBab 44“Ibunda akan tinggal di sini ‘kan? Sama Aruka, Kak Artha dan Kak Aries?” tanya Putri Aruka sambil bergelayut manja di bahu Anjani.“Aku ... eh ... Ibu ... masih terkejut saat ini ... Ibu tidak menyangka ... kalau kalian sudah dewasa .... “ jawab Anjani terbata-bata.“Ibunda pasti capek, istirahat di kamar Aruka saja, ya,” ujar Putri Aruka.Anjani hanya tersenyum melihat tiga anak-anaknya itu mengelilingi dirinya. Taklama kemudian, Raja Kobra yang sedari tadi hanya mengamati saja dari depan pintu, melangkah masuk juga.“Selamat datang, Ratu Anjani,” sapa Raja Kobra dengan tatapan penuh rindu.Anjani gelagapan dan mengerutkan dahi saat menatap Ayah dari anak-anaknya itu, orang yang ia benci karena telah melenyapkan Chiko, ular pyton kesayangannya.“Ayahanda Raja, Ibunda sudah datang .... “ ujar Putri Artha.“Iya, lanj