Selama beberapa tahun belakangan ini, Vyora Madison
merasa diteror akibat mimpi yang sama dan terus berulang.Vyora akan bermimpi kalau ia sedang melakukan solo hiking dengan pemandangan yang sangat indah. Lalu, di sana ada seorang pria yang menghampirinya. Mereka berdua terlihat seperti saling kenal satu sama lain.
Karena tak tahan lagi, ia pun memutuskan untuk mendaki gunung yang ternyata tak begitu jauh dari tempatnya tinggal.
Sebagai seorang youtuber traveling, ia akan sekalian menjadikan konten untuk akun youtubenya. Hanya saja, entah mengapa ... kedua orang tuanya ragu karena Vyora akan melakukan solo hiking.
Ia pun memutuskan untuk tidur seperti biasa.
Lagi-lagi, sosok pria yang selalu muncul di mimpinya hadir di malam itu.“Sayang, apa kau tidak mau hidup di sini bersamaku? Aku mohon padamu untuk tetap tinggal bersamaku. Jangan tinggalkan aku sendirian di sini,” ucap pria itu lembut.
Vyora mengerutkan kening. “Aku tidak bisa hidup di hutan seperti ini. Lalu, bagaimana dengan orang tuaku nanti?”
“Aku yang akan dibicarakan, pikirkan nanti saja. Yang terpenting, saat ini, kau harus mau hidup bersamaku dan mau menjadi istriku sekaligus ratu.”
“Ratu?” tanya Vyora yang tidak maksud dengan omongan pria itu.
“Iya ratu, apa kau lupa dengan statusku?”
Vyora menggunakan matanya untuk menjelajah pria yang sedang berada di hadapannya dari atas sampai bawah.
Tampilan pria itu memakai jubah hitam dan memakai mahkota yang terlihat simple dan juga tidak begitu besar. Dia memang tampak seperti seorang pangeran dari sebuah kerajaan. Seketika, Vyora ingat mimpi tentang status pria ini.
“Aku tidak tahu kerajaan apa yang kau tinggali di sini,” kelit Vyora. Ia bermaksud untuk menolak ajakan pria itu dengan halus.
“Apa kau mau ikut denganku untuk melihat kerajaanku? Agar kau tidak merasa ragu denganku, di sana akan aku perlihatkan bagaimana nanti kau menjadi seorang ratu,” rayu pria itu lagi.
“Baiklah, tetapi kau harus janji hanya mengantarku untuk melihat lihat saja tidak ada penculikan atau semacamnya,” ancam Vyora.
“Tenang saja aku tidak akan berbuat hal seperti itu kepadamu.”
“Ayo ikut denganku,” ajaknya sambil mengulurkan tangannya kepada Vyora agar mereka bergandengan.
Vyora pun menggenggam tangan pria itu dan mereka menyusuri hutan untuk menuju kerajaan yang dijanjikan itu.
Kring!
Suara deringan alarm membuat Vyora terbangun dari mimpinya. Ia sedikit merasa kesal karena penasaran dengan kelanjutan mimpinya itu.
Vyora pun mencoba menyegarkan pikiran dengan mandi. Sayangnya, itu masih saja menghantuinya.
Jadi, Vyora memantapkan hatinya untuk melakukan solo hiking hari ini juga. Ia sekarang yakin itu sebuah tanda seperti mimpi-mimpi sebelumnya yang benar terjadi di kehidupan nyata.
Di sinilah dia, terus membujuk papanya untuk mengizinkannya solo hiking.
“Pah, nanti di sana Vyora bakalan bertemu dengan pendaki lain, tidak mungkin Vyora sendirian di gunung. Vyora janji akan jaga diri baik-baik,” bujuk Vyora terus-menerus kepada papahnya sambil bergelayut manja di pundak pria itu.Tak tega, pria di depannya itu menghela napas panjang. “Janji pulang dengan keadaan badan yang utuh dan tidak ada luka satu pun?”
“Janji!” seru Vyora dengan semangat karena sebentar lagi akan mendapat izin dari papahnya.
“Kalau ada sinyal, harus kabari papah, ya. Bila perlu, video call agar papah bisa melihat kondisi putri kesayangan.”
“Siap bos, apa ada lagi syaratnya?” tanya Vyora.
“Ya sudah kamu siap-siap dulu sana, jangan lupa bawa obat-obatan dan kebutuhan lainnya jangan sampai ada yang tertinggal,” ucap papahnya dengan menyuruh Vyora untuk berkemas.
Dengan perasaan bahagia, ia berlarian menuju kamarnya.
“Pa, kok Vyora di kasih izin sih? Mama 'kan udah bilang jangan sampai dia pergi mendaki sendiri,” protes mamah Vyora kepada suaminya ketika sang putri sudah berada di kamar.
“Kan mamah tau sendiri, papa nggak bisa liat Vyora kalo udah manja gitu. Hati papa langsung luluh walaupun agak berat untuk melepasnya.”
“Pokoknya kalau terjadi sesuatu sama Vyora itu salah papah!” pekik mamahnya sambil pergi meninggalkan suaminya dengan perasaan kesal.
Pria itu hanya bisa terdiam.
Di sisi lain, Vyora begitu bersemangat.
Untungnya, tidak butuh waktu lama untuk mempersiapkan kebutuhannya untuk mendaki karena ia sudah mempersiapkan dari jauh-jauh hari.
Vyora berangkat menuju gunung itu menggunakan sepeda motornya karena memang lokasinya masih bisa dijangkau.
Sesampainya di parkiran pendaki, ia memarkirkan sepeda motornya lalu ia pergi ke tempat pendaftaran sebelum mendaki.
Hanya saja, di area pendaftaran, terlihat begitu sepi.
Tidak ada satu pendaki lain pun.
Namun, Vyora tak masalah. Toh, ia lebih leluasa untuk membuat konten juga.
Ia lihat juga ada yang sudah mendaki dari tadi dari daftar pendaki. Mungkin, ia bisa bertemu mereka nanti.
Perlahan, tapi pasti, Vyora pun mulai mendaki.
Ia sangat menikmatinya dan sesekali merecord perjalanannya.
Dari pos satu ke pos yang lainnya, ia terus mendaki.
:Permisi pak, saya mau numpang lewat.” Vyora menegur seorang pria paruh baya yang sedang duduk di atas batu dan cangkul yang di berdirikan di sampingnya.
Pria itu hanya menganggukkan kepalanya kepada Vyora sambil terus menatap tubuh Vyora cukup lama.
Sesekali Vyora seperti mendengar bisikan namanya, tetapi terdengar samar.
Meski bingung, ia berusaha tenang.
Diliriknya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan kalau dirinya sudah tiga jam lamanya mendaki.
Anehnya, ia sudah hampir sampai?
Bahkan, selama pendakian, Vyora tidak merasa capek ataupun haus sama sekali tidak seperti pendakian sebelum-sebelumnya.
'Apa ini karena rasa semangatku yang membara untuk membuktikan mimpiku?' batin Vyora bingung.
Ia pun tiba di tempat camp.
Biasanya, sebelum summit, para pendaki akan mendirikan tenda.
Hanya saja, Vyora tidak melihat adanya pendaki lain satu pun!
Padahal, di daftar pendakian, jelas-jelas ia melihat ada dua rombongan pendaki yang sudah mendahuluinya...."Vyora!"
Gadis itu menoleh karena merasa ada yang lagi-lagi memanggil namanya.Namun, tak ada siapa pun.Vyora menghela napas. Ia memutuskan untuk mendirikan tendanya agar bisa beristirahat karena sebentar lagi sudah memasuki sore hari. Lalu, ia mencari ranting untuk menyalakan api anggun. Setelah terkumpul, Vyora segera menyalakan api unggun dan sekaligus memasak untuk makan malam. Karena di puncak tidak ada sinyal sedikitpun, Vyora memutuskan untuk mendengarkan lagu yang untungnya ia unduh di ponselnya menggunakan headset yang sudah dibawa. Hanya saja, di balik pepohonan yang sedikit rimbun, terlihat ada cahaya merah seperti api unggun. 'Apa itu pendaki lain?' Dilepaskan headsetnya untuk memastikan itu. Benar saja, ia mendengar seperti ada dendangan yang ramai, tetapi ia tidak tahu itu apa karena terdengar sangat asing baginya. Dengan rasa penasaran, Vyora mengintip di balik semak-semak untuk melihatnya. Ia sengaja tidak membawa senter karena takut ada yang mengetahui keberadaannya
“Tolong lepaskan aku,” rengek Vyora dengan isak tangisnya.“Tidak bisa, kamu sudah terlanjur masuk ke dalam istanaku dan tidak akan bisa keluar dari sini,” tutur pria itu sambil merebahkan tubuh Vyora diatas ranjang.“Dasar pria gila!” amarah Vyora semakin memuncak kepada pria itu.“Sepertinya aku harus membuatmu tertidur sampai semua persiapan pernikahan kita selesai.”“LEPASKAN AKU!” Vyora mencoba berontak tetapi ia kalah telak dengan tenaga pria itu yang sudah memegangi kedua tangannya sambil menindih tubuhnya.Dalam waktu sekejap Vyora langsung tidak sadarkan diri karena pria itu membacakan mantra untuknya. “Maafkan aku harus membuatmu seperti ini untuk sementara waktu, aku sudah susah payah bertahun tahun membujukmu untuk membawamu kesini dan sekarang aku tidak mau kehilangan kesempatan ini,” ucapnya sambil meneliti wajah Vyora dari jarak yang sangat dekat dan ia mengecup bibir Vyora.Setelah itu ia keluar dari kamarnya dan tidak lupa untuk mengunci pintunya kembali.“Apa semua
“Iya, kehamilanmu bisa berlangsung dengan cepat karena kamu berada di duniaku bukan di duniamu lagi.”“Maksudmu?” tanya Vyora yang masih belum mengerti dengan ucapan Varka.“Akan aku jelaskan nanti setelah sampai di istana. Ayo kita pulang terlebih dahulu,” Varka mengajak Vyora untuk pulang karena sudah sangat malam.“Aku tidak mau ikut pulang denganmu!” Vyora langsung menolak ajakan Varka.“Lalu mau kemana? Pulang?”“Aku masih punya orang tua, aku akan pulang sendiri!” Vyora bangkit dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan tempat itu.“Yakin mau pulang dengan keadaan yang tengah hamil seperti itu?”Dengan sekejap Vyora langsung mematung mendengar ucapan Varka barusan, ia tersadar kalau dirinya tengah hamil walaupun tidak masuk akal baginya.“Benar juga, aku tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini,” ucap Vyora sambil melihat ke arah perutnya.“Arghh kenapa keadaannya jadi seperti ini!” Vyora merasa sangat kesal dengan apa yang sedang ia alami saat ini.“Ayo ikut bersamaku pulan
Vyora merasa penasaran kepada wanita yang ada di balik pintu barusan, ia mendengar dengan jelas kalau dirinya minta ditemani tidur oleh Varka. Bukan rasa cemburu yang ada dalam hari Vyora melainkan ia merasa dipermainkan oleh pria yang telah membuatnya seperti ini, Vyora akhirnya berusaha untuk memejamkan matanya dengan perasaan hati yang campur aduk hingga akhirnya ia terlelap dengan sendirinya. Pagi harinya Vyora bangun, baru kali ini ia tidur tanpa memimpikan Varka. Saat Vyora hendak bangkit ia merasa ada yang melingkar di atas perutnya setelah di cek ternyata itu tangan Varka. Vyora kemudian memindahkan tangan Varka ke kasur karena ia hendak ke kamar mandi untuk buang air kecil sekaligus mandi. Merasa ada yang memindahkan tangannya Varka langsung membuka matanya dengan perlahan dan mendapati Vyora hendak bangkit dari tempat tidur, langsung di tariknya lengan Vyora oleh Varka karena ia mengira kalau Vyora hendak kabur. “Mau kemana, hm?” tanya Varka dengan suara yang serak dan
“Mereka semua adalah selirku,” Varka menjawabnya dengan santai.Seketika Vyora mematung seperti tersambar petir di pagi hari yang cukup cerah pada saat itu, ia merasa sangat dipermainkan oleh Varka. “Akan aku perkenalkan semuanya kepadamu, dimulai dari yang sedang duduk berhadapanan denganmu,” sambung varka yang tidak merasa bersalah sama sekali. “Ashira, Hazel, Eira, Karalyn, dan Dasha yang tengah hamil sama sepertimu tetapi usia kandungannya sudah tua,” ucap Varka setelah selesai mengenalkan kelima selirnya tanpa merasa bersalah sedikit pun. Hatinya bagaikan ditusuk oleh ribuan jarum Vyora tak kuat jika terus berada disana, ia pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada semua orang. “Situasi macam apa ini, bagaimana bisa aku masuk ke dalam lingkungan orang-orang bodoh,” Vyora terus melangkahkan kakinya ke sembarang arah karena yang terpenting saat ini adalah ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu agar ia bisa menyusun rencana untuk kabur. “Hai kakak ipar,” sapa Ares dari ba
Vyora tidak habis pikir dengan jalan pikiran Varka, barusan dia sendiri yang mengajaknya untuk pergi ke taman, setelah kedatangan selir manjanya dia langsung berpaling begitu saja.Varka meninggalkan Vyora sendirian tanpa mengucapkan sepatah katapun, yang lebih menjengkelkan adalah Varka merangkul pinggang Dasha dari belakang seolah sedang pamer kemesraan."Dasar pria gila, bisa-bisanya aku terjebak olehnya," Vyora mengumpat melihat kelakuan pria yang notabenenya sudah menjadi suaminya.Saat itu Vyora sangat ingin kabur dari sana tapi apa daya karena prajurit di istana selalu berjaga 24 jam, sudah pasti pergerakannya juga dipantau yang membuat dirinya tidak bisa kabur dengan mudah.Akhirnya Vyora memutuskan untuk mencari keberadaan taman yang katanya tidak jauh darinya."Permisi, taman istana ada disebelah mana?" Tanya Vyora yang kebetulan berpapasan dengan salah satu seorang pelayanan di istana."Tinggal lurus saja, nanti langsung sampai di
Varka sebisa mungkin menetralkan amarahnya karena dia harus bersikap patuh di depan hadapan ayahnya, sedangkan Dasha langsung mati kutu seketika.Pasalnya semua selir di istana sangat takut kepada ayah Varka, apa lagi masalah Dasha yang pernah mencoba menggoda Ares, dia mendapat teguran keras bahkan dirinya hampir ditendang dari istana.Ayah Varka melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan untuk mendekati Varka dan melihat apa yang sedang terjadi di luar sana karena mendapati Varka dan Dasha tengah meributkan suatu hal.“Ada apa Varka?” tanya sang ayah setelah ikut melihat ke arah luar dari jendela.“Bukan apa-apa,” Varka menjawabnya sambil menundukkan kepalanya.Dasha merasa kalau kehadiran dirinya sudah tidak aman jadi ia memutuskan untuk pergi dari sana secepatnya.“Saya pamit terlebih dahulu, ada hal yang harus diurus,” pamit Dasha yang langsung pergi begitu saja.“Kamu merasa cemburu kepada adikmu sen
Bagaimana perasaan Varka saat itu?Ya, sudah pasti dia sangat emosi.Bagaimana Varka tidak emosi lantaran dia yang sudah membawa Vyora ke dalam kamar dan menunggu di sampingnya hingga siuman tetapi setelah Vyora membuka mata malah berterimakasih kepada orang lain.“Bukan aku yang membawa kakak ipar ke kamar, tapi…” Ares menggantungkan ucapannya, ia melihat ke arah belakang yang dimana Varka tengah berdiri disana.Vyora langsung paham dengan maksud Ares, seketika ia memutarkan bola matanya."Sayang..." panggil Varka kepada Vyora dengan nada yang lembut, ia berusaha untuk meredam emosinya."Kenapa disini? Bukankah tadi selirmu minta di temani untuk pergi?" tanya Vyora dengan ketus dan membuang pandangannya ke sembarang arah."Aku tidak jadi pergi dengannya karena ayah memanggilku tadi," terang varka yang masih menggunakan nada yang halus sembari ia duduk di tepian ranjang."Terus ngapain masih disini? Ada Ares yang siap menema
“Iya, kehamilanmu bisa berlangsung dengan cepat karena kamu berada di duniaku bukan di duniamu lagi.” “Maksudmu?” tanya Vyora yang masih belum mengerti dengan ucapan Varka. “Akan aku jelaskan nanti setelah sampai di istana. Ayo kita pulang terlebih dahulu,” Varka mengajak Vyora untuk pulang karena sudah sangat malam. “Aku tidak mau ikut pulang denganmu!” Vyora langsung menolak ajakan Varka. “Lalu mau kemana? Pulang?” “Aku masih punya orang tua, aku akan pulang sendiri!” Vyora bangkit dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan tempat itu. “Yakin mau pulang dengan keadaan yang tengah hamil seperti itu?” Dengan sekejap Vyora langsung mematung mendengar ucapan Varka barusan, ia tersadar kalau dirinya tengah hamil walaupun tidak masuk akal baginya. “Benar juga, aku tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini,” ucap Vyora sambil melihat ke arah perutnya. “Arghh kenapa keadaannya jadi seperti ini!” Vyora merasa sangat kesal dengan apa yang sedang ia alami saat ini. “Ayo ikut bersa
“Tolong lepaskan aku,” rengek Vyora dengan isak tangisnya.“Tidak bisa, kamu sudah terlanjur masuk ke dalam istanaku dan tidak akan bisa keluar dari sini,” tutur pria itu sambil merebahkan tubuh Vyora diatas ranjang.“Dasar pria gila!” amarah Vyora semakin memuncak kepada pria itu.“Sepertinya aku harus membuatmu tertidur sampai semua persiapan pernikahan kita selesai.”“LEPASKAN AKU!” Vyora mencoba berontak tetapi ia kalah telak dengan tenaga pria itu yang sudah memegangi kedua tangannya sambil menindih tubuhnya.Dalam waktu sekejap Vyora langsung tidak sadarkan diri karena pria itu membacakan mantra untuknya. “Maafkan aku harus membuatmu seperti ini untuk sementara waktu, aku sudah susah payah bertahun tahun membujukmu untuk membawamu kesini dan sekarang aku tidak mau kehilangan kesempatan ini,” ucapnya sambil meneliti wajah Vyora dari jarak yang sangat dekat dan ia mengecup bibir Vyora.Setelah itu ia keluar dari kamarnya dan tidak lupa untuk mengunci pintunya kembali.“Apa semua
Gadis itu menoleh karena merasa ada yang lagi-lagi memanggil namanya.Namun, tak ada siapa pun.Vyora menghela napas. Ia memutuskan untuk mendirikan tendanya agar bisa beristirahat karena sebentar lagi sudah memasuki sore hari.Lalu, ia mencari ranting untuk menyalakan api anggun.Setelah terkumpul, Vyora segera menyalakan api unggun dan sekaligus memasak untuk makan malam.Karena di puncak tidak ada sinyal sedikitpun, Vyora memutuskan untuk mendengarkan lagu yang untungnya ia unduh di ponselnya menggunakan headset yang sudah dibawa.Hanya saja, di balik pepohonan yang sedikit rimbun, terlihat ada cahaya merah seperti api unggun.'Apa itu pendaki lain?'Dilepaskan headsetnya untuk memastikan itu.Benar saja, ia mendengar seperti ada dendangan yang ramai, tetapi ia tidak tahu itu apa karena terdengar sangat asing baginya.Dengan rasa penasaran, Vyora mengintip di balik semak-semak untuk melihatnya. Ia sengaja tidak membawa senter karena takut ada yang mengetahui keberadaannya dan mala
Selama beberapa tahun belakangan ini, Vyora Madison merasa diteror akibat mimpi yang sama dan terus berulang.Vyora akan bermimpi kalau ia sedang melakukan solo hiking dengan pemandangan yang sangat indah. Lalu, di sana ada seorang pria yang menghampirinya. Mereka berdua terlihat seperti saling kenal satu sama lain.Karena tak tahan lagi, ia pun memutuskan untuk mendaki gunung yang ternyata tak begitu jauh dari tempatnya tinggal.Sebagai seorang youtuber traveling, ia akan sekalian menjadikan konten untuk akun youtubenya. Hanya saja, entah mengapa ... kedua orang tuanya ragu karena Vyora akan melakukan solo hiking.Ia pun memutuskan untuk tidur seperti biasa. Lagi-lagi, sosok pria yang selalu muncul di mimpinya hadir di malam itu.“Sayang, apa kau tidak mau hidup di sini bersamaku? Aku mohon padamu untuk tetap tinggal bersamaku. Jangan tinggalkan aku sendirian di sini,” ucap pria itu lembut.Vyora mengerutkan kening. “Aku tidak bisa hidup di hutan seperti ini. Lalu, bagaimana dengan
“Semuanya sehat,” jawab Varka.“Baguslah, ya sudah kalau begitu selamat beristirahat untuk kalian.”Vyora langsung meninggalkan ruangan tabib bersama dengan Ares pastinya, dilihat dari nada bicara Vyora sudah sangat terlihat kalau ia merasa kurang suka.Begitu Vyora pergi meninggalkan ruangan tadinya Varka ingin menyusulnya tetapi Dasha memanggilnya dan mencegah Varka untuk pergi. Jika bukan perintah dari ayahnya sudah pasti Varka meninggalkan Dasha sedari tadi, Varka sangat tahu bagaimana perasaan istrinya.Ditambah Ares selalu ada di samping istrinya yang membuat dirinya menjadi cemburu tetapi jika ia meluapkan rasa cemburunya pasti Vyora juga akan membela Ares.Tabib dan asistennya merasa sangat canggung disana, bagaimana tidak. Tuannya sudah memendam emosi yang tidak bisa ia luapkan seperti biasanya.“Bisakah kamu menggendong bayiku, sedari tadi dia terus menangis sejak digendong oleh ayah,” pinta Dasha kepada Varka.Dengan berat hati Varka menuruti permintaan Dasha untuk menggen
Asisten tabib pergi menemui Varka dan Adam yang masih menikmati jamuan teh, ia memberitahu mengenai Dasha yang sudah melahirkan.Semua orang yang ikut perjamuan terkejut mendengar berita tersebut.Ia juga menyampaikan bagaimana kondisi Dasha saat ini yang terus-terus memanggil Varka.Adam mengajak Varka untuk segera menemui Dasha, bagaimanapun Dasha juga sudah berjasa mau melahirkan seorang bayi untuknya.“Varka, ayo kita pergi,” ajak Adam kepada Varka yang masih duduk santai sambil menggandeng tangan istrinya.Varka sempat melihat ke arah Vyora sebelum ia berdiri, tatapannya berbicara seolah ia sedang meminta izin kepada istrinya.Vyora pun tahu dengan maksud Varka, ia menganggukkan kepalanya pelan sambil balik menatap wajah suaminya sambil perlahan melepas gandengan tangannya.Kemudian Varka langsung pergi bersama ayahnya untuk melihat kondisi Dasha saat ini, Vyora masih duduk di meja jamuan bersama selir yang lain dan juga ada perdana menteri disana. Jika Vyora tidak membolehkan V
Selesai Dasha mandi dan berdandan, ia mendapati ada senampan makanan yang sangat lezat.Dasha langsung menyantap makanan tersebut, ia sudah mengira kalau itu untuk dirinya.selesai ia makan, ada seorang selir yang datang ke kamarnya, ia mengajak Dasha untuk pergi mengelilingi istana sambil memperkenalkan setiap sudut disana.Hingga Dasha tertarik kepada salah satu ruangan disana yaitu ruang musik. Dasha sangat suka bermusik dan dansa, sejak ia hidup di desa ia sering tampil dansa tunggal di sebuah acara desanya.Semua orang di istana mengakui keberadaannya, sebelumnya Dasha merupakan gadis yang lugu dan sederhana hingga membuat Varka merasa tidak salah untuk memilihnya.Sifat itu beriringnya waktu mulai pudar dan tergantikan dengan rasa tamak.Mengetahui Varka yang sudah lama masih menyendiri membuat Dasha ingin menjadi pasangannya, sebenarnya yang Dasha inginkan adalah bisa bersama Varka bukan karena tahta.Saat ia tengah hamil sikapnya langsung berubah drastis hingga menjadikan Ares
Selesai Dasha mandi dan berdandan, ia mendapati ada senampan makanan yang sangat lezat. Dasha langsung menyantap makanan tersebut, ia sudah mengira kalau itu untuk dirinya. selesai ia makan, ada seorang selir yang datang ke kamarnya, ia mengajak Dasha untuk pergi mengelilingi istana sambil memperkenalkan setiap sudut disana. Hingga Dasha tertarik kepada salah satu ruangan disana yaitu ruang musik. Dasha sangat suka bermusik dan dansa, sejak ia hidup di desa ia sering tampil dansa tunggal di sebuah acara desanya. Semua orang di istana mengakui keberadaannya, sebelumnya Dasha merupakan gadis yang lugu dan sederhana hingga membuat Varka merasa tidak salah untuk memilihnya. Sifat itu beriringnya waktu mulai pudar dan tergantikan dengan rasa tamak. Mengetahui Varka yang sudah lama masih menyendiri membuat Dasha ingin menjadi pasangannya, sebenarnya yang Dasha inginkan adalah bisa bersama Varka bukan karena tahta. Saat ia tengah hamil sikapnya langsung berubah drastis hingga menjadika
Varka sudah sangat muak dengan Dasha, sudah tidak ada lagi kata maaf untuknya. “CEPAT MASUK!” seru Varka setelah membuka pintu kamar Dasha. Mendengar bentakan Dasha langsung menuruti perintah Varka, ia melihat ada kemarahan di wajah Varka. Setelah memastikan Dasha berada di dalam kamar Varka langsung menutupnya dan mengunci pintu kamarnya dari luar. “Kenapa kamu mengunciku di dalam kamar?” tanya Dasha dari dalam sambil mengetuk pintunya. “Varka… Buka pintunya,” teriak Dasha agar ia bisa dibukakan pintu untuknya. Varka menghiraukan teriakan itu, ia segera pergi menemui kusir untuk mengantarnya ke tempat yang ia kunjungi kemarin, rumah di padang rumput. Varka menyuruh kusir untuk melajukan keretanya dengan cepat, ia sudah sangat cemas dengan keadaan Vyora takut akan terjadi sesuatu terhadapnya. Sesampainya Varka disana, dia langsung menghampiri istrinya yang sedang duduk di depan rumah sambil menunggu kedatangannya. Varka langsung memeluk tubuh Vyora. “Sayang maafkan aku, aku h