Bagaimana perasaan Varka saat itu?
Ya, sudah pasti dia sangat emosi.Bagaimana Varka tidak emosi lantaran dia yang sudah membawa Vyora ke dalam kamar dan menunggu di sampingnya hingga siuman tetapi setelah Vyora membuka mata malah berterimakasih kepada orang lain.“Bukan aku yang membawa kakak ipar ke kamar, tapi…” Ares menggantungkan ucapannya, ia melihat ke arah belakang yang dimana Varka tengah berdiri disana.Vyora langsung paham dengan maksud Ares, seketika ia memutarkan bola matanya."Sayang..." panggil Varka kepada Vyora dengan nada yang lembut, ia berusaha untuk meredam emosinya."Kenapa disini? Bukankah tadi selirmu minta di temani untuk pergi?" tanya Vyora dengan ketus dan membuang pandangannya ke sembarang arah."Aku tidak jadi pergi dengannya karena ayah memanggilku tadi," terang varka yang masih menggunakan nada yang halus sembari ia duduk di tepian ranjang."Terus ngapain masih disini? Ada Ares yang siap menema***Awal dimana Vyora bertemu dengan Varka adalah di dunia mimpi.Untuk pertama kalinya Varka datang ke mimpi Vyora dan dia memperkenalkan dirinya seperti cowok pada umumnya ingin berkenalan dengan wanita.Di mimpi pertama Vyora, mereka berdua sudah terlihat sangat akrab dikarenakan Vyora merasa sangat nyaman dengan sosok pria tampan itu.Pertemuan mereka di mimpi selalu di hutan tetapi hutan itu sangat indah tidak mencekam sama sekali, setiap kali Varka datang menemui Vyora ia selalu datang menunggangi kuda layaknya seorang pangeran.“Aku mau menunjukan tempat yang indah, apa kamu mau ikut?” tanya Varka setelah mereka berdua berkenalan.Vyora mengangguk dengan senangn
“Aku belum bisa memberi jawaban kepadamu,” ucap Vyora, sejujurnya dia juga bingung harus menyikapi seperti apa ajakan Varka.“Kenapa?” selidik Varka, di dalam hatinya merasa sedikit kecewa karena dilihat dari wajah Vyora terlihat penolakan dengan halus.“Aku belum bisa untuk memberi jawaban sekarang, tetapi aku bahagia bisa bersamamu.”“Jangan katakan ini adalah sebuah perpisahan.” Varka sudah berasumsi tentang pikirannya sendiri. “Tidak, bukan seperti itu maksudku…”“Lalu?” Varka terus memojokkan Vyora untuk memberi alasan kenapa dia tidak mau.Vyora masih diam, sejujurnya dia sangat bingung dengan situasi yang sedang ia alami.“Kita selalu bersama selama ini apa kamu masih meragukanku? Katakan kamu ingin aku seperti apa biar aku bisa menyesuaikan. Aku sangat mencintaimu Vyora,” ucap Varka.Dia terus membujuk agar Vyora bisa ikut dengannya ke istana, bagaimanapun caranya ia akan membujuk Vyora hingga mau.“Kita hanya ada di dunia mimpi, bagaimana bisa kita bertemu di dunia nyata? Ya
Setelah memberikan hati angsa hitam kepada juru masak Varka langsung bergegas menuju kamarnya untuk melihat kondisi istrinya sekalian untuk mandi dan berganti pakaian karena bajunya kotor saat terkena darah Vyora dan ditambah noda dari hutan.“Bagaimana keadaan istriku?” tanya Varka kepada tabib yang masih setia menjaga Vyora, ia mendapati hanya ada tabib saja disana. “Pendarahannya masih bisa terkontrol, bagaimana dengan hati angsanya apakah berhasil di dapatkan?” tanya sang tabib sambil berpindah posisi duduknya yang tadinya duduk di sebelah ranjang kini pindah di sebelah jendela.“Sedang dimasak,” jawab Varka sambil berjalan menghampiri Vyora yang terbujur tidak sadar, ia mendapati kalau istrinya sudah berganti pakaian yang bersih.Mata Varka berkaca-kaca melihat kondisi istrinya.Kemudian Varka memutuskan untuk membersihkan tubuhnya yang kotor. Dengan waktu yang singkat Varka sudah selesai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian yang bersih.“Kapan istriku akan sadar?” tanya
Dalam hati Ares tertawa dengan keras, pada akhirnya ia mengetahui celah kebodohan Dasha ia ingin memanfaatkan celah ini untuk menjadikannya bumerang.“Aku tidak berani dengan kak Varka,” ucap Ares yang terlihat putus asa.“Tenang saja, aku akan membantumu,” ucap Dasha sambil menaruh tangannya ke pundak Ares.“Nanti aku pikirkan lagi, sekarang aku mau masuk ke istana dulu, dari siang belum makan,” pamit Ares yang langsung pergi begitu saja.*** Vyora tidak pernah lepas dari perhatian Varka, bahkan Varka selalu rebahan di sebelah Vyora sambil terus menceritakan dulu mereka pertama kenal.Varka menganggap Vyora seperti sedang tidur, ia selalu memeluk istrinya.“Sayang kapan kamu akan bangun? Aku sudah menunggumu sejak tadi, aku kangen suaramu sayang,” ucap Varka sambil membelai pipi Vyora. Saat Varka hendak tidur ia merasa kalau tubuh Vyora bergerak.“Sayang…” panggil Varka, ia memastikan kalau istrinya benar benar sudah sadar.Varka menggenggam kedua bahu milik Vyora tetapi ia tidak m
*** Ares merasa sangat sedih tetapi ia tidak berani untuk melihat kondisi Vyora karena ia tidak akan tahan. Demi ketenangannya ia seharian berada di kandang kuda, mengasingkan diri agar tidak ada orang yang tahu.Ares sudah merasa nyaman dan menganggap Vyora sebagai kakak iparnya, tetapi sifat jahilnya memang tidak bisa hilang ia akan jahil kepada orang yang sudah membuatnya nyaman. Bahkan Ares dan Varka sangat jarang sekali mengobrol layaknya kakak adik, Varka yang selalu sibuk dengan urusan istana dan sifatnya yang sangat dingin membuat dirinya enggan untuk bersama, jadinya Ares selalu merasa kesepian di istana, hiburannya hanya kuda kesayangannya saja.“Wiliam, apa yang dialami kakak ipar adalah semua salahku? Aku sangat merasa bingung saat ini bahkan aku tidak berani untuk melihat kondisinya sekarang,” ucap Ares yang mengajak ngobrol kepada kudanya yang bernama Wiliam.Bukan hanya Ares saja yang sedang bingung, bahkan Adam juga sedang resah karena selalu kepikiran dengan kondis
“Anak kita akan dijadikan tumbal saat gerhana bulan total nanti,” tutur Varka, sebelum mengatakannya Varka sudah mempersiapkan diri dengan respon Vyora nanti.“Tumbal katamu?” tanya Vyora yang terkejut dan nyaris tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh varka.Baru saja Vyora meredam emosinya setelah beberapa hari ia di istana, hari ini emosinya kembali memuncak sebab mendengar alasan dari laki-laki yang menjadi suaminya.“Sayang dengarkan aku dulu, aku bisa menjelaskannya,” bujuk Varka kepada Vyora agar tidak termakan oleh asumsi sendiri karena pada kenyataanya memang Varka mempunyai niatan lain.“Apa yang bisa dijelaskan? Bukankah perkataanmu tadi sudah sangat jelas kalau kamu akan menumbalkan anak kita nanti setelah lahir.
“Siapa yang berani menggangguku,” ucap Varka yang seketika menghentikan aktivitasnya.“Bukakan dulu, kan kita tidak tahu itu siapa,” ucap Vyora.Vyora menghela nafas lega, ia merasa terselamatkan dengan adanya kehadiran seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.“Awas saja nanti, aku akan menghabisimu,” ucap Varka dengan nada yang penuh dendam tetapi tidak marah sama sekali.Sebelum membukakan pintu Varka sempat merapikan bajunya agar terlihat rapi begitu juga dengan Vyora yang sedikit merapikan gaunnya tetapi ia tidak bisa mengikat talinya.Begitu daun pintu di tarik, wajah Varka langsung berubah masam setelah tahu siapa yang datang ke kamarnya.“Mau ngapain kesini?” tanya Varka dengan kesal. “Mau mengantar ini, untuk kakak ipar,” ucap Ares sambil mengangkat nampan yang berisi semangkuk sup dan segelas air putih.Varka terpaksa membukakan pintu untuk Ares karena ia membawakan sup hati angsa yang sudah masak.“Terima Kasih,” ucap Ares setelah dibukakan pintu oleh kakaknya sendiri.“Hai
“Aku sudah paham bagaimana Dasha, aku hanya takut kamu kenapa-kenapa. Dia termasuk wanita yang mempunyai nyali yang tinggi. Aku takut dia berbuat macam-macam kepadamu,” ucap Varka.Dilihat dari tatapan matanya Varka terlihat sangat tulus, ada rasa khawatir di raut wajahnya.“Serahkan semuanya padaku, biarkan wanita yang bermain drama selebihnya kalian hanya ,menjadi pendukung,” ucap Vyora yang masih membujuk Varka agar setuju dengan rencananya.“Sayanggg…” Varka masih mode sabar untuk memperingati istrinya yang bisa dikatakan keras kepala.“Kau mau ada di pihakku atau Dasha?” tanya Vyora kepada Varka dengan tegas.“Pihakmu,” jawab Varak dengan lesu, sejujurnya ia tidak mau ada drama seperti ini karena ia takut beresiko kepada Vyora dan kehamilannya.“Benarkah? Jangan menghianatiku nanti ya,” Vyora meyakinkan Varka dengan tatapan selidik.“Aku juga berada di pihak kakak ipar, biarkan saja Dasha tidak ada yang membela,” sambung Ares yang langsung ikut membuka suara padahal Vyora juga be
“Iya, kehamilanmu bisa berlangsung dengan cepat karena kamu berada di duniaku bukan di duniamu lagi.” “Maksudmu?” tanya Vyora yang masih belum mengerti dengan ucapan Varka. “Akan aku jelaskan nanti setelah sampai di istana. Ayo kita pulang terlebih dahulu,” Varka mengajak Vyora untuk pulang karena sudah sangat malam. “Aku tidak mau ikut pulang denganmu!” Vyora langsung menolak ajakan Varka. “Lalu mau kemana? Pulang?” “Aku masih punya orang tua, aku akan pulang sendiri!” Vyora bangkit dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan tempat itu. “Yakin mau pulang dengan keadaan yang tengah hamil seperti itu?” Dengan sekejap Vyora langsung mematung mendengar ucapan Varka barusan, ia tersadar kalau dirinya tengah hamil walaupun tidak masuk akal baginya. “Benar juga, aku tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini,” ucap Vyora sambil melihat ke arah perutnya. “Arghh kenapa keadaannya jadi seperti ini!” Vyora merasa sangat kesal dengan apa yang sedang ia alami saat ini. “Ayo ikut bersa
“Tolong lepaskan aku,” rengek Vyora dengan isak tangisnya.“Tidak bisa, kamu sudah terlanjur masuk ke dalam istanaku dan tidak akan bisa keluar dari sini,” tutur pria itu sambil merebahkan tubuh Vyora diatas ranjang.“Dasar pria gila!” amarah Vyora semakin memuncak kepada pria itu.“Sepertinya aku harus membuatmu tertidur sampai semua persiapan pernikahan kita selesai.”“LEPASKAN AKU!” Vyora mencoba berontak tetapi ia kalah telak dengan tenaga pria itu yang sudah memegangi kedua tangannya sambil menindih tubuhnya.Dalam waktu sekejap Vyora langsung tidak sadarkan diri karena pria itu membacakan mantra untuknya. “Maafkan aku harus membuatmu seperti ini untuk sementara waktu, aku sudah susah payah bertahun tahun membujukmu untuk membawamu kesini dan sekarang aku tidak mau kehilangan kesempatan ini,” ucapnya sambil meneliti wajah Vyora dari jarak yang sangat dekat dan ia mengecup bibir Vyora.Setelah itu ia keluar dari kamarnya dan tidak lupa untuk mengunci pintunya kembali.“Apa semua
Gadis itu menoleh karena merasa ada yang lagi-lagi memanggil namanya.Namun, tak ada siapa pun.Vyora menghela napas. Ia memutuskan untuk mendirikan tendanya agar bisa beristirahat karena sebentar lagi sudah memasuki sore hari.Lalu, ia mencari ranting untuk menyalakan api anggun.Setelah terkumpul, Vyora segera menyalakan api unggun dan sekaligus memasak untuk makan malam.Karena di puncak tidak ada sinyal sedikitpun, Vyora memutuskan untuk mendengarkan lagu yang untungnya ia unduh di ponselnya menggunakan headset yang sudah dibawa.Hanya saja, di balik pepohonan yang sedikit rimbun, terlihat ada cahaya merah seperti api unggun.'Apa itu pendaki lain?'Dilepaskan headsetnya untuk memastikan itu.Benar saja, ia mendengar seperti ada dendangan yang ramai, tetapi ia tidak tahu itu apa karena terdengar sangat asing baginya.Dengan rasa penasaran, Vyora mengintip di balik semak-semak untuk melihatnya. Ia sengaja tidak membawa senter karena takut ada yang mengetahui keberadaannya dan mala
Selama beberapa tahun belakangan ini, Vyora Madison merasa diteror akibat mimpi yang sama dan terus berulang.Vyora akan bermimpi kalau ia sedang melakukan solo hiking dengan pemandangan yang sangat indah. Lalu, di sana ada seorang pria yang menghampirinya. Mereka berdua terlihat seperti saling kenal satu sama lain.Karena tak tahan lagi, ia pun memutuskan untuk mendaki gunung yang ternyata tak begitu jauh dari tempatnya tinggal.Sebagai seorang youtuber traveling, ia akan sekalian menjadikan konten untuk akun youtubenya. Hanya saja, entah mengapa ... kedua orang tuanya ragu karena Vyora akan melakukan solo hiking.Ia pun memutuskan untuk tidur seperti biasa. Lagi-lagi, sosok pria yang selalu muncul di mimpinya hadir di malam itu.“Sayang, apa kau tidak mau hidup di sini bersamaku? Aku mohon padamu untuk tetap tinggal bersamaku. Jangan tinggalkan aku sendirian di sini,” ucap pria itu lembut.Vyora mengerutkan kening. “Aku tidak bisa hidup di hutan seperti ini. Lalu, bagaimana dengan
“Semuanya sehat,” jawab Varka.“Baguslah, ya sudah kalau begitu selamat beristirahat untuk kalian.”Vyora langsung meninggalkan ruangan tabib bersama dengan Ares pastinya, dilihat dari nada bicara Vyora sudah sangat terlihat kalau ia merasa kurang suka.Begitu Vyora pergi meninggalkan ruangan tadinya Varka ingin menyusulnya tetapi Dasha memanggilnya dan mencegah Varka untuk pergi. Jika bukan perintah dari ayahnya sudah pasti Varka meninggalkan Dasha sedari tadi, Varka sangat tahu bagaimana perasaan istrinya.Ditambah Ares selalu ada di samping istrinya yang membuat dirinya menjadi cemburu tetapi jika ia meluapkan rasa cemburunya pasti Vyora juga akan membela Ares.Tabib dan asistennya merasa sangat canggung disana, bagaimana tidak. Tuannya sudah memendam emosi yang tidak bisa ia luapkan seperti biasanya.“Bisakah kamu menggendong bayiku, sedari tadi dia terus menangis sejak digendong oleh ayah,” pinta Dasha kepada Varka.Dengan berat hati Varka menuruti permintaan Dasha untuk menggen
Asisten tabib pergi menemui Varka dan Adam yang masih menikmati jamuan teh, ia memberitahu mengenai Dasha yang sudah melahirkan.Semua orang yang ikut perjamuan terkejut mendengar berita tersebut.Ia juga menyampaikan bagaimana kondisi Dasha saat ini yang terus-terus memanggil Varka.Adam mengajak Varka untuk segera menemui Dasha, bagaimanapun Dasha juga sudah berjasa mau melahirkan seorang bayi untuknya.“Varka, ayo kita pergi,” ajak Adam kepada Varka yang masih duduk santai sambil menggandeng tangan istrinya.Varka sempat melihat ke arah Vyora sebelum ia berdiri, tatapannya berbicara seolah ia sedang meminta izin kepada istrinya.Vyora pun tahu dengan maksud Varka, ia menganggukkan kepalanya pelan sambil balik menatap wajah suaminya sambil perlahan melepas gandengan tangannya.Kemudian Varka langsung pergi bersama ayahnya untuk melihat kondisi Dasha saat ini, Vyora masih duduk di meja jamuan bersama selir yang lain dan juga ada perdana menteri disana. Jika Vyora tidak membolehkan V
Selesai Dasha mandi dan berdandan, ia mendapati ada senampan makanan yang sangat lezat.Dasha langsung menyantap makanan tersebut, ia sudah mengira kalau itu untuk dirinya.selesai ia makan, ada seorang selir yang datang ke kamarnya, ia mengajak Dasha untuk pergi mengelilingi istana sambil memperkenalkan setiap sudut disana.Hingga Dasha tertarik kepada salah satu ruangan disana yaitu ruang musik. Dasha sangat suka bermusik dan dansa, sejak ia hidup di desa ia sering tampil dansa tunggal di sebuah acara desanya.Semua orang di istana mengakui keberadaannya, sebelumnya Dasha merupakan gadis yang lugu dan sederhana hingga membuat Varka merasa tidak salah untuk memilihnya.Sifat itu beriringnya waktu mulai pudar dan tergantikan dengan rasa tamak.Mengetahui Varka yang sudah lama masih menyendiri membuat Dasha ingin menjadi pasangannya, sebenarnya yang Dasha inginkan adalah bisa bersama Varka bukan karena tahta.Saat ia tengah hamil sikapnya langsung berubah drastis hingga menjadikan Ares
Selesai Dasha mandi dan berdandan, ia mendapati ada senampan makanan yang sangat lezat. Dasha langsung menyantap makanan tersebut, ia sudah mengira kalau itu untuk dirinya. selesai ia makan, ada seorang selir yang datang ke kamarnya, ia mengajak Dasha untuk pergi mengelilingi istana sambil memperkenalkan setiap sudut disana. Hingga Dasha tertarik kepada salah satu ruangan disana yaitu ruang musik. Dasha sangat suka bermusik dan dansa, sejak ia hidup di desa ia sering tampil dansa tunggal di sebuah acara desanya. Semua orang di istana mengakui keberadaannya, sebelumnya Dasha merupakan gadis yang lugu dan sederhana hingga membuat Varka merasa tidak salah untuk memilihnya. Sifat itu beriringnya waktu mulai pudar dan tergantikan dengan rasa tamak. Mengetahui Varka yang sudah lama masih menyendiri membuat Dasha ingin menjadi pasangannya, sebenarnya yang Dasha inginkan adalah bisa bersama Varka bukan karena tahta. Saat ia tengah hamil sikapnya langsung berubah drastis hingga menjadika
Varka sudah sangat muak dengan Dasha, sudah tidak ada lagi kata maaf untuknya. “CEPAT MASUK!” seru Varka setelah membuka pintu kamar Dasha. Mendengar bentakan Dasha langsung menuruti perintah Varka, ia melihat ada kemarahan di wajah Varka. Setelah memastikan Dasha berada di dalam kamar Varka langsung menutupnya dan mengunci pintu kamarnya dari luar. “Kenapa kamu mengunciku di dalam kamar?” tanya Dasha dari dalam sambil mengetuk pintunya. “Varka… Buka pintunya,” teriak Dasha agar ia bisa dibukakan pintu untuknya. Varka menghiraukan teriakan itu, ia segera pergi menemui kusir untuk mengantarnya ke tempat yang ia kunjungi kemarin, rumah di padang rumput. Varka menyuruh kusir untuk melajukan keretanya dengan cepat, ia sudah sangat cemas dengan keadaan Vyora takut akan terjadi sesuatu terhadapnya. Sesampainya Varka disana, dia langsung menghampiri istrinya yang sedang duduk di depan rumah sambil menunggu kedatangannya. Varka langsung memeluk tubuh Vyora. “Sayang maafkan aku, aku h