Aku sebenernya miris dengan fenomena ini yg di dunia nyata, banyak yang terperdaya oleh drama bohong influencer. Aku angkat ke fiksi karena ini relate banget hehe Semoga puasanya lancarヾ(^-^)ノ
Di dalam mobil, saat mereka pulang dari pengadilan, Mira menghela nafas.Akhirnya semuanya selesai, sambil membuka banyak berita ia juga menyayangkan sikap kedua influencer itu, agak kasian tetapi, di sisi lain semua itu malah jadi hikmah untuk Mira.Karena yang selama ini, Mira dianggap sebagai pasangan yang tidak layak untuk Aron yang luar biasa itu, sekarang orang-orang mulai sadar bahwa ternyata pilihan Aron tidak main-main.Mira memang sangat biasa dari latar belakangnya dan fisiknya, tapi ia memiliki kualitas yang tidak bisa ditolak oleh orang sukses seperti Aron.Sekarang, followers Mira yang awalnya hanya 2000-an sekarang menjadi ratusan ribu. Seolah-olah,, followers Aron yang sudah mencapai 1 juta lebih itu juga mengikutinya.Meskipun tidak seberapa, tetapi followers Aron juga bertambah menjadi 2 juta lebih. Sebaliknya. followers kedua influencer itu turun drastis menjadi 1 juta. Mereka kehilangan 2 juta followers, tersisa followers yang masih denial membersamaianya.Drama i
Mira dan Aron juga tamu undangan dari Jakarta atau dari desa Mira, sudah siap di sana. Mira tidak menyangka kalau Aron benar-benar melakukan effort yang sangat luar biasa.Aron bahkan menyewa beberapa hotel untuk memfasilitasi para tamu undangan dari Jakarta dan kota lain, agar bisa datang dengan nyaman tanpa harus memikirkan biaya penginapan. Ia juga menanggung biaya transportasi. Tamu undangan benar-benar hanya membawa keperluan mereka pribadi, dan kesiapan tubuh.Juna dan Dea juga sudah mempersiapkan waktu untuk ikut datang. Tentu saja, kalau tidak Dea pasti akan ngambek pada Juna.. Kini, Mira sudah siap dengan gaun putihnya yang memiliki tampilan sederhana tidak heboh, tetapi itu dijahit dengan benang perak yang dihiasi juga dengan kristal kecil-kecil yang harganya sangat mahal.Tentu saja tidak bisa dibeli oleh orang yang memiliki gaji dua digit sekalipun.Semua tamu menatap Mira dengan penuh kekaguman, sangat cantik dan sederhana. Gaun indah, hijab panjang, headpiece bunga
"Huuuuuuuu!" Suara sorakan bahagia mewarnai acara resepsi itu. Aron dan Mira yang awalnya tergang menjadi ikut tertawa, apalagi ketika melihat siapa mereka. Tak lain dan tak bukan adalah dua sahabat Aron, ditambah Juna dan beberapa karyawan yang ia undang. Mereka membunyikan petasan di siang bolong dan merayakan kebahagiaan itu. Mira merasa lucu dengan mereka, sementara itu tiba-tiba mereka menyeret Aron untuk bergabung bersama mereka. Berhubung acara sudah selesai dan tidak ada rangkaian acara lain, kedua mempelai pun berpisah untuk bergabung bersama tamu mereka masing-masing. Mira menemui beberapa sahabat dan keluarganya bergantian, lalu ia paling lama bersama Dea, Oma dan Opa. Terutama, ia terus memangku Baby Adam yang hari ini kelihatan agak rewel sehingga Dea memberinya Empeng agar tenang. "Baby udah makan, Sayang?" tanya Mira. "Udah, masalahnya dia kek gak nyaman lama-lama di keramaian. Waktu itu juga, gue kondangan dianya ngereog," ujar Dea curhat. Mira terkekeh
"Baiklah, mari kita lakukan," ujar Mira yakin. Ia langsung membuka hijabnya, dan pakaian tidurnya. Membuat Aron terbelalak bukan main. "Sayang, kamu..." Detik berikutnya, Byur! Mira ikut masuk ke dalam bathup dan memeluk suaminya, membuat Aron yang sudah ereksi langsung bereaksi. Sementara itu, ia sudah melupakan keterkejutannya, yang ada hanyalah kebingungan yang nyata. "Sayang, kamu yakin?" tanya Aron dengan matanya yang sayu. Mira mengangguk, ia pun sudah ikut terjun ke dalam kabut syahwat yang halal. "Ya, mari kita lakukan." Diberi lampu hijau, Aron pun langsung mencium bibir istrinya, memeluknya, dan menanggalkan sisa-sisa kain di tubuh istrinya. Mereka langsung larut dalam api cinta yang berkobar, menyempurnakan pernikahan mereka yang selama ini belum sampai tahap bersenggama. Mira secara naluriah juga mengikuti gerakan dan arahan Aron yang sudah berpengalaman. Satu hal yang membuat Mira yakin adalah, Aron saminya, dan ia setia. Artinya, Aron tidak men
"It's you..." Mira langsung tertawa mendengarnya, mau sampai kapan suaminya terus mengungkapkan gombalan seperti itu. "Aku serius gak becanda. You're so beautiful, Baby." Aaron malah seolah menegaskan apa yang ia katakan, padahal Mira sudah malu berat. Hal itu membuat wajah Mira yang sudah memerah tambah merah, bahkan di bawah Sunset yang sudah mulai menghilang itu rona merah di pipinya masih terlihat jelas. Ia kemudian mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan suaminya yang entah kenapa setelah tadi malam, sering kali melemparkan atapan menggoda. "Ya ya ya terserah kamu deh," balas Mira senyum-senyum. Sementara itu, Aron terkekeh melihat istrinya dan memeluknya dari samping dengan penuh kasih sayang. "Entah kenapa, aku lega banget," ujarnya menyandarkan kepalanya di kepala istrinya. Ia ingin selalu menempel pada istrinya, seolah ada lem yang merekatkan mereka. "Kenapa?" tanya Mira. "Ya karena ... entahlah," ujar Aron senyum-senyum. "Karena mungkin kita sudah sama-sa
Waktu berjalan begitu cepat, 5 bulan lebih dua minggu berlalu Baby Adam akan ulang tahun seminggu lagi. Semua persiapannya sudah matang, tinggal mejunggu waktunya saja. Sementara Juna, ia ragu untuk mendekati istrinya yang sedang sibuk bersama putra kecil mereka. Namun, ia harus jujur pada istrinya atas penemuannya. "Sayang, aku minta maaf sama kamu sebelumnya. Tapi aku harus jujur tentang ini," ujar Juna ragu-ragu. Dea terkejut melihat suaminya dan kata-kata yang ia katakan. "Apaan sih serius banget. Ngomong aja kali," balas Dea santai. "Aku harus bilang ke kamu kalau aku udah nemu sama pelakunya. Meskipun orang ini juga kabur," ujar Juna ragu-ragu. "Maksudnya?" "Aku menemukan bukti kalau pelaku teror selain Melka, adalah teman kamu yang sekarang entah ke mana perginya." Dea terkejut, "Hem... temen aku yang mana?" tanyanya terkejut. Ia kemudian menitipkan Baby Adam ke pengasuhnya dan ia menarik suaminya untuk bicara di tempat lain yang lebih pribadi. Setelah mereka d
"Mas," panggil Mira pada Aron. Aron yang awalnya sibuk, kini menoleh dan memusatkan perhatian pada istrinya. "Ya, Sayang?" tanya Aron. "Em... Aku pengen ngasih tahu kamu sesuatu," ujar Mira terlihat khawatir. "Boleh, ngomong aja. Sini," ujar Aron memegang tangan istrinya dan memintanya duduk di pangkuannya. Itu adegan yang rutin mereka lakukan sewaktu-waktu ingin Deeptalk. Aron suka posisi itu, sementara Mira juga menikmati posisinya. "Coba kasih mau tahu aku apa?" tanya Aron lagi dengan lembut. Ia menatao mata istrinya dengan lembut sembari menyingkirkan helaian rambut yang jatuh di wajahnya ke belakang telinganya. "Em...." Mira pun menyerahkan kotak panjang yang seperti tempat sumpit. Aron pun tersenyum dan menerimanya. "Ini hadiah buat aku?" tanya Aron. "He'em," jawab Mira. "Dalam rangka apa dulu nih?" tanya Aron menggoda sang istri yang terlihat ragu-ragu. "Em... kado ... buka aja dulu," jawab Mira kemudian. Aaron pun membukanya dan terkejut ketika me
"Aku sebenarnya mengundang Rani, tapi dia nggak datang. Padahal aku udah bersikap seolah aku nggak tahu apa-apa, tapi sepertinya dia benar-benar kabur. Emangnya kamu udah ngancam dia kayak apa sih?" Juna menghela napas merasa frustasi, "Ya sebenarnya tim aku udah kasih peringatan ke hacker yang selama ini bekerja sama dengan Rani si Aji itu. Mungkin si Rani dikasih tau kali," ujarnya. "Oh my God, Rani benar-benar kabur kayak gini?" "Emang terakhir kalian komunikasi kapan? Bukannya kalian deket banget?" "Em... itu dua minggu yang lalu kayaknya, pun dia kayak udah nggak ada selera buat ngobrol. Emang udah dua minggu tim kamu kasih warning ke Aji?" "Nggak sih tapi udah mulai menemukan titiknya, jadi mungkin Aji udah kualahan ngadepin tim aku. Secara tim aku banyak, sementara dia mungkin cuma punya dua tim." "Wah gila sih... mereka seniat itu neror aku," balas Dea tak menyangka. "Terus kalian bahas apa pas terakhir chattingan?" "Gak bahas apa-apa sih, biasa aja kek ngomong
Mira merasa takut dengan itu, apakah Dea akan berpihak pada ibunya? Faktanya, Mira menampar pipi orang yang melahirkan Dea, ia pasti marah kan. "Maaf Dea, aku...." "Ngapain minta maaf? Dia pantes digituin sih..." Akan tetapi Mira salah, Dea justru bersikap sebaliknya. "Kamu gak marah?" tanya Mira. "Ngapain marah?" tanya Dea balik. Mira merasa lega, "Takutnya kamu marah karena aku nampar Mami kamu." "Yaelah, Mir. Gue dukung lu banget kali, justru Mami tuh emang sesekali harus digituin.""Hem....""Terus kemarin waktu dia belum ke Cina, dia itu sempat ngobrol sama gue--abis pulang dari Mansion Victorious. Terus pas dia bilang kalau dia udah nyerah sama Papi gue bersyukur banget. Eh ternyata beberapa hari kemudian, Juna bilang kalo Mami ke Cina dan posisi lu dan Papi lagi di sana. Gue curiga dong! Gue kira ya dia udah bener-bener jinak, tapi ternyata gue malah."Mira agak lucu mendengar Dea berkata 'jinakc."Tarus gue nemu berita tentang kalian dan Mami gue adalah penjahat
Mira pun langsung menggeplak bisep suaminya yang kuat itu. Lalu ia mencubit hidung suaminya sampai sang suami sulit bernafas. Mereka pun terus bermain sampai akhirnya suara perut Mira yang lapar pun terdengar, sehingga akhirnya mereka pergi untuk sarapan. Pasca kejadian itu, hubungan mereka jadi lebih baik. Aaron juga meminta staff hotel untuk membuka lagi rekaman video yang dilihat sang istri, kemudian meminta mereka untuk mengirimkan pada asistennya atau yang sebenarnya adalah salah satu manajer dari perusahaan yang ada di sana. Asistennya yang asli ada di kantor pusat di Indonesia. Takutnya, mungkin saja Julia--yang sayangnya terkenal juga di Cina, akan menyebar hoax yang tidak-tidak tentang kejadian tadi. Apalagi banyak yang merekam di lobby. ••• Benar apa yang Aron duga, Julia membuat konten yang memojokkan Mira, sehingga warga China banyak yang mengecam Mira dan menuntut untuk memenjarakannya. Untunglah Aron memiliki banyak kenalan yang bisa diajak kerjasama. P
Aron sampai menutup mulutnya saking kagetnya dengan tindakan sang istri yang tidak biasa itu. "Sayang!" Julia memegangi pipinya yang ditampar dengan keras itu, ia kaget dengan kedatangan Mira yang tiba-tiba dan langsung menamparnya. "Apa-apaan kamu?!" bentak Julia. Hampir saja akan membalas tapi segera dihadang oleh Aron. "Jangan sentuh istriku!" Julia kaget, bahkan Mira juga kaget. Ia tidak mebgira kalau suaminya akan pasang badan seperti itu. "Kamu belain dia padahal dia mukul aku?!" tanya Julia tak menyangka. Ia merasa dirinya korban sekarang, lalu malah disalahkan. "Ya iyalah lo...." Belum sempat Mira menjawab, Aron sudah memotongnya. Aron menghadap Julia dan membelakangi istrinya seolah menjadi tameng sang istri. "Jelas kamu yang salah! Aku udah bilang berkali-kali untuk menjauh dariku dan istriku, tapi kamu masih saja mengejarku, mengganggu rumah tangga kami. Kamu pikir aku bakal belain kamu, hah?!" Semua orang terkejut dengan respon Aron yang sangat je
Hari itu Mira merasa lelah karena kemarin habis kondangan, dan malamnya ke pesta. Paginya berlanjut, ia harus mendampingi suaminya yang seperti idola itu ke acara lagi, yaitu pembukaan bisnis dari rekan bisnisnya Aron. Kemudian malam ini, ia harus ikut lagi di perjamuan mewah antara orang-orang kelas atas termasuk artis terkenal di China. Mira merasa kagum dengan itu tapi ia merasa sangat lelah, bahkan ketika ia senang melihat para artis itu, ia tetap merasa tidak nyaman. Jadi, ia meminta agar Aron membawanya pergi ke tempat yang bisa ia gunakan untuk istirahat. Saat ia istirahat di kamar, dan Aron meminta izin untuk keluar sebentar menemui rekan bisnisnya. Aaron malah tidak kunjung kembali, sehingga Mira menelponnya berkali-kali. Akan tetapi, Aron tidak bisa dihubungi, sehingga Mira hanya menunggu sampai Aron kembali. Saking lamanya, sampai jam 1 dini hari, Mira pun sampai ketiduran. . Namun di sisi lain, ternyata Aron bertemu dengan Julia di lorong hotel, saat ia
"Sayangku! Karena Baby Adam udah umur setahun enam bulan, kita adain resepsi yuk!" ajak Juna pada sang istri. Dea pun baru sadar kalau mereka memang belum mengadakan resepsi resmi yang mengundang banyak orang. "Ayuk! Aku juga sempet mikirin ini, tapi lupa mau bilang." "Aku juga diingetin Papi kamu sih..." "Dasar ih!" ujar Dea memukul lengan suaminya. "So, mau kapan?" tanya Juna. Dea berpikir sejenak, "Mungkin sebulan lagi?" "Ama amat? Aku perlu nyiapin jadwalnya sih." "Kamu kira nyiapin resepsi nggak butuh waktu lama apa? Kemarin aja Papi sama Mira sampai berbulan-bulan," ujar Dea kesal. Juna mengingat-ingat, "Tapi itu kan karena mereka juga terhambat, Sayang." "Iya, tapi ya nggak mungkin kan cuma dua minggu?" "Mungkin aja," balas Juna. Ia naik ke atas kasur menyusul istrinua untuk tidur. "Tapi kata kamu harus mewahxvberarti ya nggak bisa cepet. Minimal sebulan." "Ya udah ya udah... nanti aku coba minta atur jadwal yang bagus ke asisten aku." "Ya udah, intinya se
"Ih Mami!" keluh Dea. "Iya iya Sayang, Mami cuma... becanda. Tapi kalo ada Berondong yang tulus ama Mami, kenapa enggak?" "Oke oke... terus Mami nggak tinggal di sini?" "Ya nggak lah, Sayang. Emang Mami nggak tahu diri apa? Nggak mikirin perasaannya Juna. Kalian juga butuh privasi kali, nggak yang Mami harus menyaksikan semua kejadian di dalam hidup kamu dan suami kamu. Lagian Mami juga bukan orang yang bisa hidup dengan tanpa kebebasan, dan kalau di sini kan ... Mami nggak mungkin bebas." Dea mengertit, "Aku nggak tahu kebebasan yang Mami Sebutkan itu tentang apa, atau Mami sering pergi-pergi, atau gimana? Tapi kalau bawa cowok ke rumah ya sebenarnya itu bukan urusan aku ya. Masalahnya, kan aku punya anak yang harus dididik juga dengan sample, kalau nanti ada anggota keluarga yang sampelnya buruk, aku takutnya sih bisa mempengaruhi dia." Julia terkekeh, "Nah itu tahu." "Ih yang bener! Mami bermaksud untuk bawa cowok ke rumah ya?" "Iyalah." Dea sudaj lelah bicara denga
"Plesir tuh kek jalan-jalan," jawab Mira. Akan tetapi, ia sudah biasa dengan kekurangan suaminya dalam kosa kata bahasa Jawa Tengah. Ia seringkali salah memahami kosa katanya, dan Mira pun mulai belajar bahwa tidak semua kosa kata bahasa Jawa itu familiar bagi orang lain termasuk suaminya yang notebennya orang luar. "Besok kita harus kondangan loh, kamu gak capek kan?" tanya Aron pada sang istri. "Capek!" Tak lama mereka sampai di hotel, dan Mira yang sedang mode manja tidak mau jalan sendiri. Alhasil, Aron pun menggendongnya ala Bridal Style sampai ke kamar mereka. Mira yang minta gendong, Mira juga yang malu dan menyembunyikan wajahnya dari pandangan orang-orang. Ia sungguh malu. . Setelah mereka berdua bersih-bersih, kemudian mereka langsung naik ke atas kasur, dan seperti biasa sebelum benar-benar tidur, mereka tiduran sambil Deep Talk. Membicarakan banyak hal, saling curhat dengan berbagai macam cerita. Aron juga menceritakan tentang mimpi-mimpinya bersama deng
"Sayang, gak perlu jadi Cenayang kalo kita bisa menganalisa dengan baik, semuanya mudah ditebak," ujar Aron. "Ini soal pola saja. Aku yakin, para Peramal adalah orang yang pandai menganalisa. Cuman, dia memanfaatkan kebodohan kliennya untuk percaya." Mira mengangguk-angguk, "Aku yang sulit paham kata-katamu ini, jadi istrimu. Rasanya... alasan lain cuma kedok, lebih kuat di cinta kan?" Aron tertawa mendengarnya. "Haha! Pinter sekali istriku. Kamu benar. Sejatinya, cinta adalah persepsi. Aku pertama kali menganggapmu sebagai wanita bukan cuma anak muda seusia Dea adalah pas di rumah sakit itu, pertemuan pertama kita setelah sekian lama." Mira terkejut, ia ingat, saat itu ia menangis di luar rumah sakit, kemudian pingsan. Hal yang mind blowing adalah, Aron menjaganya di sana. "Iya... aku penasaran, kok bisa kamu di sana waktu aku bangun?" tanya Mira. "Aku udah pernah cerita deh," alas Aron. "Iya, jenguk temen kan. Tapi kenapa kamu ikut campur urusanku sementara di point of view ka
"Sebenarnya, bagaimana kalian bertemu dan saling jatuh cinta?" tanya salah satu dari wanita sosialita itu. Mira yang ditanyai hanya tersenyum malu, ia tak tau kalau kini topik utamanya adalah suaminya. Ia sebenarnya tau kalau suaminya adalah idola di manapun, tetapi ia tidak pernah membayangkan kalau di luar negeri, suaminya juga idola. "Hem... sebenarnya saya juga tidak tau bagaimana menaklukkannya, tapi saya sebenarnya sahabat dari anaknya," ungkap Mira yang membuat semuanya shock. "Apa?!"Suara mereka sangat kompak dan keras, sehingga banyak tamu di sana juga ikut menoleh kegerombolan para wanita itu."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Aron tiba-tiba datang. Mira pun langsung mendekatinya dan menggeleng."Tidak ada, kami hanya mengobrol dan mereka terkejut," jawabnya.Belum sempat Aron membalas kata-kata istrinya, salah satu dari mereka pun mengkonfirmasi apa yang dikatakan oleh Mira. "Tuan, apakah benar Mira adalah teman dari Anakmu?" tanyanya. Aron pun terkejut dan m