Mira jelas terkejut, "Mana mungkin." "Gue juga gak percaya anying! Tapi dari situ, gue yakin kalo dia emang udah cinta banget sama lo. Dia kelihatan patah hati banget, kek gue sendiri denger dia nangis, hati gue ikut perih. Dia gak pernah sampe begitu, bahkan pas cerai sama Mami." Mira merasa bersalah lagi, ia tak tau waktu itu, ia kira Aron tak mungkin membalas cintanya. Ia kira, Aron harusnya bersama yang lebih layak, bukan dirinya yang terlalu biasa. "Aku kira itu nggak akan pernah terjadi," ujarnya sendu. "Hem... apa yang gak pernah terjadi?" "Gak mungkin Papi kamu nggak mungkin suka sama aku. Kamu inget kan aku suka sama Papi kamu dari dulu?" Dea terkejut, "Jadi lo masih suka sama Bokap gue selama ini?" Mira merasa malu, ia mengangguk. "Aku... langsung pupus harapan pas kita gak akur, terus tiba-tiba kejadian itu bikin aku harus nikah kontrak sama Papi kamu, dan perasaan otu muncul lagi. Selama itu juga, gak ada satupun cowok yang bisa gantiin Papi kamu. Aku ki
"... tapi denial. Gua nggak cuma kasihan sama Bokap gue sih, tapi lo juga. Kenapa lo selalu nutupin perasaan lu ke dia sih, Mir?" Mira berpikir dalam diam, tapi ia tau Dea belum selesai dengan ocehannya itu. "Papi kamu terlalu high class buat aku yang middle class," jawab Mira terkekeh miris. "Insecure lo gede banget njir! Papi gue udah ngajamin semua yang lu butuhin. Kenapa sih lu nggak bisa nerima aja kalo lu dicintai ama dia? Lu tinggal nerima dia, nggak perlu mikirin harus balikin nanti semua pemberian dia. Dia gak rugi, dia kaya! Gue kan udah pernah jelasin ke lu, masa gak paham-paham?!" omelnya lagi. Mira merasa dibantai oleh fakta, tetapi ia tau kalau Dea memang gemas dengan perkembangan hubungan mereka yang terlalu banyak miss komunikasi. "Kalau lu bukan orang yang suka belanja, kan lo bisa tabung pemberian Papi itu, atau investasiin." Mira mengangguk paham, ia masih tak bisa menghilangkan kebiasaan mandirinya, karena biasanya ia hanya bisa mengandalkan diri sendiri
Mira masih memikirkan kata-kata Dea tadi, tapi Dea tak mau mengatakan siapa orangnya, ia hanya bilang akan membantu untuk mengatasinya nanti. "Mira?" panggil sebuah suara. Itu suara Oma, malam ini mereka duduk di ruang keluarga dengan nyaman. Baby Adam sudah tidur dari sehabis magrib. Ia selalu bersemangat sepanjang hari, badannya sehat dan ia selalu memperlihatkan perkembangan yang sangat baik. Hal itu membuat Mira dan keluarga Victorius sangat lega dengan perkembangannya yang pesat. Tak lama kemudian, kehangatan itu teralihkan ketika Aron tiba-tiba datang dan menyapa mereka semua. "Assalamualaikum semua!" sapanya kelihatan agak lelah. Setelah mencium tangan Oma, Opa, dan memeluk putrinya, ia kemudian beralih pada Mira dan memeluknya dengan sangat lama. "Sayang, ke kamar yuk!" Hal itu membuat semua orang yang ada di ruang keluarga menoleh dan menatap mereka dengan penuh arti. Tentu tanggapan mereka membuat Mira malu. "Sana Mir, Papi mau anget-angetan tuh," goda D
"...karena aku pengen mereka lihat kita saat resepsi," jawab Aron. "Itu akan buat informasi salah malah jadi semakin salah." "Gak akan, aku pastikan enggak. Lagian, 4 hari lagi kan kamu wisuda. Pokoknya kamu fokus aja dulu sama acara kamu, siap-siap, terus besok akan ada desainer yang ke sini buat bikin kebaya kamu." Mira terkejut dengan informasi itu, segitunya? "Kenapa harus bikin sih, kan tinggal beli. Aku bisa beli sendiri kok di online shop." Aron segera menggeleng, "Enggak boleh! Pasti kamu nanti pilihannya yang murah aja, nggak bagus." "Yang bagus gak harus mahal kok, banyak yang bagus di online shop." "Iya bagus luarnya, tapi bahannya?" "Ya kan yang penting penampilannya." "No! Kamu harus nyaman dan harus berkualitas tinggi." "Kan sama aja," elak Mira lagi. "Nggak, aku bilang enggak berarti enggak. Kamu nurut aja, ya Sayang." Aron sudah tidak bisa dinegosiasi lagi, Mira hanya bisa menghela napas dan menurut pada akhirnya. Suaminya memang tipe yang pen
"... biasa aja nggak sih?""Iya emang biasa banget. Orang-orang udah ngomong ini juga.""Tapi kan dia dibelain sama Anaknya Tuan Victorius, jadi kayaknya dia punya tameng.""Hem, iya ya ... bisa-bisanya dia nerima ibu tiri yang biasa banget kayak gitu.""Aku juga nggak tahu, pantes ada yang bilang mendingan sama model yang namanya Lina dan ada dugaan kalau sebenarnya dia itu jadi Sugar Baby-nya Tuan Victorious. Jadi pada dasarnya, dia udah ngasih service yang baik untuk Tuan Victoria sebelumnya. Makanya Tuan Victorius gak bisa lepas dari dia.""Dia udah berhasil membuat Sugar Daddy-nya terikat sama dia.""Bisa aja kan kalau ini juga triknya dia.""Eh... tapi nggak mungkin deh. Penampilannya kayak gitu banget udah gitu. Dia milih dress loh.""Ya nggak tahu ya. Sekarang banyak lonte berhijab, banyak yang jualan pakai hijab, bahkan ngelakuin servisnya pakai hijab." Hal itu sudah keterlaluan, sehingga Mira langsunh menoleh ke arah mereka dan membuat mereka terkejut.Ada tiga orang yang b
Semuanya terlihat baik-baik saja kan? Mira sebenarnya menangis saat kembali ke kamar, setelah ia menasehati karyawan butik yang menggosipinnya macam-macam itu.Lalu ketika Aron pulang, semuanya terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah. Aron juga tak menyinggung soal masalah itu, hanya bertanya bagaimana pemilihan kebayanya.Aron juga cerita kalau itu akan jadi kebaya couple dengan batik yang nantinya akan ia pakai. Ia benar-benar langsung berinteraksi dengan Mira seperti biasa, seperti saat mereka tak memiliki masalah apapun.Yah, Aron selalu menjadi sosok yang sangat lembut, ia benar-benar Family Man sejati, husband material seperti yang di sampaikan oleh banyak orang.Mira kira semuanya sudah selesai, dan ini tidak akan menjadi hal yang serius ke depannya. Namun ia salah, ketika ia membuka ponselnya pagi harinya. Di sana ada orang yang mengaku telah dipecat dari pekerjaannya setelah berhadapan dengan Nyonya Victorious, kemarin. Mira pun mengingat-ingat.Itu artinya kemari
Dea, Mira fldan sang pemilik butik duduk di ruang private VIP butik tersebut.Kemudian Mira pun menjelaskan apa yang terjadi dan sang pemilik butik pun dengan profesional meminta maaf. Nyatanya, ia sedang mencoba untuk bertanggung jawab. Ia sudah mencoba untuk melakukan mediasi dengan si mantan karyawannya, tetapi mantan karyawan yang satu itu sangat bandel sekali.Sementara yang dua, sudah membuat pernyataan kalau apa yang dikatakan oleh temannya itu tidak benar.Namun, bukannya mendapat titik terang, keduanya malah diserang netizen ang sudah terlanjur percaya buta pada satu karyawan penebar fitnah itu. "Oke, karena ternyata usaha kita masing-masing tidak berjalan dengan baik, mungkin kita bisa menggunakan cara yang lain?" ujar Mira memancing.Dea hanya menyimak dan membiarkan Mira melancarkan rencananya."He... cara apa yang ingin Anda lakukan, Nyonya?Saya akan membantu dengan maksimal," ujar snag pemilik butik.Kemudian Mira pun menjelaskan rencananya."Jadi yang Pertama, saya in
Di kampus, tepatnya di gedung pertemuan. Para wisudawan sudah bersiap. Tentu saja ada banyak bisikan-bisikan yang mengarah pada gosip tentang Mira. Tatapan-tatapan tajam dan beragam mengarah padanya.Teman Mira sendiri pagi ini, mereka memilih menjauh darinya karena takut dijauhi teman lainnya.Ia jadi merasa sedih, tetapi ketika ia menoleh ke arah barisan wali di bagian depan. Di sana ada Aron yang duduk bersama jajaran petinggi Universitas dan beberapa sponsor lainnya, juga Dea di barisan belakangnya bersama ibu dan apamannya."Anjir, Mira diem-diem udah berhasil menggaet pria kaya, Guys. Apakah ini kesuksesan yang sesungguhnya?" bisik beberapa mahasiswi di sekelilingnua."Gue juga mau Sugar Daddy," ujar yang lain seolah iri padanya."Tapi kan udah ada konfirmasinya kalau mereka tuh gak ada hubungan Sugar Daddy atau Sugar Baby sebelumnya," ujar salah satu dari mereka yang membela Mira.Mira menoleh sebentar dan itu adalah teman sekelasnya yang pernah satu kelompok dengannya, ia ti
"Mami!" teriak Dea pada sang ibu. Namun yang dipanggil, malah sedang asyik berenang dengan bikininya. "Apa sih Sayang?" tanya Julia dengan santai setelah menepi. Dea pun melihat ibunya dengan tatapan geram. Ia membawa Baby Adam dan langsung menyerahkannya pada sang pengasuh. "Mami apa-apaan sih?!" tanya Dea kesal. "Ke mana Papi sama Mama?!""Oh jadi kamu udah manggil dia Mama?" tanya Julia.Ia bukannya fokus pada apa yang dibahas Dea, malah fokus pada panggilan Dea pada Mira."Mereka lagi pergi," kata Julia santai.Ia duduk di pinggiran kolam sambil memainkan air di kakinya.Dea ingat betul kalau hobi sang ibu adalah berenang, dan kolam renang itu jarang dipakai sejak sang ibu pergi. Hanya Dea yang memakai, dengan mood yang sering tidak singkron."Mami tadi bilang, Mora di sini sama Mami.""Nggak... nggak... Mami cuma alasan doang buat godain kamu. Mami juga nggak ekspek kamu bakal ke sini beneran, Mama kira kamu cuma mengancam doang."Dea tidak mengerto jalan pikiran sang
"Sejak awal jiwanya sudah terluka, yang harusnya disembuhkan malah dibiarkan. Bahkan difasilitasi untuk berpikir buruk pada orang lain. Ia mendendam dan terus seperti itu, sampai akhirnya perasaan itu menumpuk dan menjadi sebuah penyakit jiwa."Dea dan Juna mendengarkan penjelasan dokter yang menangani Rani dengan seksama.Lalu, Dea merespon, berharap itu menjadi pendukung data tentang Rani untuk sang dokter."Hem... tapi Rani belum pernah ke dokter atau ke psikiater," ujarnya.Sang dokter tersennyum tipis, "Ya... orang-orang yang akhirnya menjadi gila awalnya karena deni dengan dirinya sendiri atas tekanan psikologos yang ia hadapi. Sejak awal mereka merasa sok kuat menghadapi masalahnya sendiri, padahal mereka tak sekuat itu. Merasa mampu untuk bertahan sendiri, tapi aslinya... mereka adalah manusia biasa yang perlu disembuhkan juga, perlu ditemani dan didengadkan. Mereka perlu sembuh dulu, sebelum menghadapi dunia ini yang keras ini," jelas sang dokter.Dea merenung, benar apa yang
"Aaaaaa!" Bug! Mira diangkat dan ditidurkan di atas kasur empuk di kamar mereka. Hal itu membuat Aron senang, istrinya akhirnya menatapnya dengan benar. Sejak tadi misuh dan melengos, ia jadi tidak bisa melihatnya. "Tolong berikan aku kesempatan untuk menebusnya, Sayang," rayu Aron dengan suara yang lembut.Mira pun menggeleng dan mencoba untuk lepas dari kungkungan suaminya."Ah ggak mau.""Kalau nggak mau, ya udah, aku mending mengunjungi Dede bayi aja," ujar Aron. Mira yang sudah tahu dengan istilah itu pun langsung terkejut dan mencoba untuk mendorongnya, bahkan menendang suaminya tapi, Mira lupa kalau suaminya jauh lebih besar daripada dirinya, dan ototnya juga jauh lebih kuat. Akhirnya, Aron benar-benar melancarkan aksinya untuk mengunjungi Dede Bayi dengan cara bersenggama.Namun hal itu, tentu saja tidak bertujuan untuk menyakiti Mira, itu pure untuk menghentikan penolakan Mira dan memperbaiki hubungan.Sehingga, pasca kejadian itu Mira jadi mau mendengarkannya dan Aron
"Aku gak bermaksud gitu Sayang." "Tapi kamu begitu... hiks." "Oke-oke, aku minta maaf. Maafin ya." Mira tetap fokus memasukkan barangnya ke dalam tas, ia tak mau lagi tinggal satu atap dengan Julia. Ia tidak ingin menahan diri terus, ia cemburu. "Sayang...." panggil Aron lagi. Mira tetap diam saja, sementara tangannya terus memasukkan barang-barangnya ke tasnya. "Sayang dengerin aku...." Mira tak menjawab, ia benar-benar kesal. Aron juga bingung, ia tak bisa menyalahkan istrinya, tapi situasinya berbeda dari biasanya. "Sayang, ayo bicara dulu," ajak Aron. Namun, Mira tetap diam tak bersuara, ia terus mengabaikan suaminya. Hingga akhirnya, Aron mendekat dan memeluknya tiba-tiba dari belakang. Mira kaget dan secara otomatis berhenti memasukkan barang ke tasnya. "Oh, Sayang, maafin aku ya." Mira mencoba melepaskan, tapi Aron terus saja memeluknya dan malah semakin erat. Hal itu membuat Mira sesak, "Lepaaaas, kegencet Dedenya!" protes Mira. "Hah?! Sakit?!
"Tuh kan...." bisik Dea pada Juna. "Apa?" tanya Juna. Mereka sedang makan malam bersama di Mansion Dea dan Juna. "Kamu sih nyuruh Papi buat jemput Mami, kan Mira jadi cemburu!" jawab Dea kesal. "Kulihat, Mora diem aja tuh," ujar Juna santai. "Ya iya diem, kamu tuh sama Papi emang sama aja ya, nggak peka banget! Dia jelas diamlah, orang dia karakternya begitu, diem. Lihat deh, dia kayak nggak nafsu makan gitu." "Bukannya ibu hamil emang sering gak nafsu makan gitu?" "No, dia nggak mungkin mau jujur kalau nggak ditanya." "Ya kenapa nggak jujur? Ribet amat," ujar Juna. Dea pun mulai kesal dengan suaminya, tapi kemudian Juna berkata sebelum emosi istrinya meledak. "Ya udah ita, aku minta maaf. Nggak lagi-lagi kayak gitu deh." Dea diam saja berusaha mengendalikan emsoinya. Ukuran meja memang besar, jadi jaraknya agak jauh sehingga jika bisik-bisik, mereka tidak dengar. "Tapi... Mami kamu kok kayak masih suka sama Papi kamu?" "Ya emang iya, makanya aku ngomelin ka
"Tapi itu berbahaya, Sayang," ujar Dea memperingatkan saminya. Ia khawatit suaminya kenapa-napa. "Iya, tapi penjahat tetaplah penjahat, Sayang. Mereka harus dihukum sebagaimana harusnya! Jika ada yang melawan, aku nggak segan-segan mengeluarkan kekuatanku yang sebenarnya." "Hem... kamu yakin?" Juna mengangguk, "Ya, Sayang. Percayalah sama aku." Dea pun menyetujuinya. Meskipun ia memiliki kekhawatiran, itu wajar tapi, sungguh ia mempercayai suaminya. Ia percaya kalau Juna bisa mengatasi semuanya. ••• Keesokan harinya, tiba-tiba saja ada seorang pembantu yang berteriak. "Aaaaaaaa!" Hal itu membuat kepala pembantu terkejut dan langsung bertanya. "Ada apa sih teriak-teriak?!" tanyanya menggeram. Hampir mengomel, tetapi ia langsung melihat ke arah objek yang membuat pembantu itu berteriak. "Apa-apaan ini?" gumamnya. Pembantu bernama Dila itu menerima paket dan langsung ia ambil dan ia taruh di dapur. Ia kira, itu paket pesanannya karena ia berbelanja online. Di
"Rani ketahuan akan bunuh diri, tapi segera digagalkan oleh Tim.""Lalu di mana suami Mamiku?""Pergi. Kami menemukan celah ketika ia pergi, dan kami kemudian menemukan Rani yang ingin bunuh diri di sebuah kamar di rumah yang ada di pedesaan." "Hah?! Bagaimana bisa kejadiannya seperti itu? Padahal, Rani adalah sosok yang sangat kuat selama ini. Dia bahkan selalu menentang orang-orang yang bunuh diri, karena kakaknya pernah mengalami hal itu. Dan sudah meninggal," ujar Dea tak menyangka. Sosok yang selalu menjadi penguatnya ternyata punya masalah jauh lebih banyak."Ya seperti yang dia ceritakan ke kamu, kakaknya benar-benar meninggal karena bunuh diri. Lalu Rani, dia menganggap bahwa aku adalah sumber masalah dari kakaknya, sehingga kakaknya mengakhiri hidupnya. Dia menganggap juga, kalau akulah yang membuat hidup keluarganya hancur!""Bisa-bisanya," gumam Dea tak habis pikir."Rani sangat menyayangi kakaknya, sampai ketika kehilangannya, ia menjadi depresi dan mengalami gangguan me
"Aku udah berhasil ngamankan Mami kamu. Tapi sayangnya, Rani sepertinya dibawa kabur atau disembunyikan oleh ayah tiri kamu." "Serius, terus gimana?!" tanya Dea kaget. "Aku masih mencari, dan sayangnya karena mereka di luar negeri agak susah, tapi tenang aja... aku punya banyak koneksi di sana. Jadi masih bisa diatur, tinggal nunggu hasilnya." "Aku harap dia secepatnya ditangkap," ujar Dea. Ia sama sekali tidak merasa kasihan, ia sudah menumpuk amarah pada temannya itu. Sudahlah hampir membunuhnya dan anaknya, Rani juga menghancurkan rumah tangga ibunya. Setelah pembicaraannya dengan Juna selesai, Dea pun makan sesuatu bersama Mira dan Angel. Kemudian Angel pun pulang, karena sudah dicari ibunya. Untung saja Dea juga sangat akrab dengan orang tua Angel, sehingga kedua orang tua Angel mengizinkan anaknya untuk menghibur temannya itu. Kejadian-kejadian itu kemudian diupload ke media sosial Da, agar orang-orang tidak menyalahkan ia dan Juna terus, terhadap kejadian anak
"Tentu saja itu sangat mengejutkan dan menjijikan sekaligus," ujar Dea. "Jadi apa yang harus aku lakukan? Rani dilindungi olehnya kan?" "Betul Mami diancam oleh suami Mami, hiks...""Diancem apa Mami?""Diancem, kalau lapor sama kamu mungkin dia akan melakukan hal yang buruk ke Mami!""Oh my God! Mami! Lebih baik Mami pulang ke Indonesia, Mami bisa tinggal sama aku. Juna akan ngelindungin kita!""Tapi...""Dea nggak mau Mami harus mengalami semua ini, dan bertahan sama pria brengsek yang sakit jiwa itu!""Bukan gitu Sayang, tapi Mami ....""Apa yang kamu bicarakan dengan anakmu?" tanya sebuah suara.Itu suara pria dan..."Ah!"Julia teriakan kencang, suaranya berasal dari seberang sana. Hal itu membuat Dea langsung terkejut, itu jelas suara suami Julia dan Julia berteriak karena sebuah tindakan yang sayangnya tidak Dea ketahui."Mami!!!" panggil Dea panik.Akan tetapi, tidak ada jawaban. Ia berkali-kali memanggilnya, dan sambungannya pun terputus."Apa yang harus aku lakukan sekaran