[08123456xxx] Dek, mas minta maaf atas kesalahan mas yang dulu. Maafin mas ya, dek? Karena telah menuding kamu selingkuh di belakang mas.Tring! Sebuah pesan kembali masuk. Esmeralda gegas membuka chat dari mantan suaminya itu yang sepertinya belum selesai dengan pembicaraannya. [08123456xxx] Mas sekarang sudah tahu kebenarannya dek. Mas sudah mendengar sendiri bahwa kehamilan kamu, bukanlah kehamilan biasa. Karena anak yang kamu kandung itu adalah anak Genderuwo.Kedua mata Esmeralda membelalak dengan lebar. Ia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua telapak tangannya, sehingga ponsel yang sejak tadi ia pegang, terjatuh ke lantai. Saat Esmeralda tersadar, ia buru-buru mengambil ponsel yang telah terjatuh itu. Ia menjadi panik saat ia tahu bahwa ponsel itu mati. Ia gegas menyalakan tombol daya. Tapi sepertinya sia-sia saja. Ponsel itu tidak mau hidup. Tubuh Esmeralda gemetar. Ia menggigit ujung kukunya sambil mencoba untuk berpikir dengan jernih. Wanita itu melirik ke arah ja
Kemarin ada sedikit kesalahan ya. Niat hati mau save, malah ke publish. Jadi sebelum baca part ini, coba baca ulang part sebelumnya ya, sudah nyambung dengan ceritanya belum. Soalnya beberapa hari belum lulus tinjau, dan baru hari Senin sudah lulus tinjau. Karena itu saya baru up bab lagi. ***Esmeralda datang ke kantornya dengan raut wajah yang lesu. Hal itu segera disadari oleh Rafaela yang gegas menghampiri wanita itu di meja kerjanya. "Kamu kenapa?" tanyanya dengan penasaran. Ia menatap wajah Esmeralda yang tampak kusut. Wanita itu mengusap poni sampingnya ke belakang dengan menggunakan kedua tangannya. Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Handphone aku rusak, Raf." Suara Esmeralda terdengar sedikit serak menyahuti wanita kecil itu yang tampak mengerutkan kedua alisnya. "Rusak? Kok Bisa?" Esmeralda mengangguk pelan. Ia memusatkan pandangannya pada Rafaela yang balas menatapnya. "Iya, jatuh di lantai," jawabnya dengan nada yang terdengar putus asa. "Kalau begitu, servic
"Jadi, apa yang mas mau sampaikan padaku? Apa maksud mas mengirimkan pesan seperti itu?" tanya Esmeralda tanpa berbasa-basi lagi. Ia menatap wajah lelaki yang duduk di hadapannya dengan serius. Franky tidak langsung menjawab. Ia mengaduk es teh manis yang berada di atas meja sambil sesekali menyedotnya. Perasaan dingin yang masuk ke tenggorokannya membuat ia merasa sedikit lebih sejuk. "Mas sudah mendengar semua pembicaraan ibu dan bapakku, dek," ucap Franky yang mulai berani membuka suaranya. Esmeralda masih diam menatap wajah lelaki itu. Dia masih menunggu lelaki itu untuk berbicara, melanjutkan ucapannya. "Ibuku bilang, semua ini adalah rencananya untuk memisahkan kita berdua, dek," lanjut Franky dengan lirih, yang membuat kedua alis Esmeralda tampak mengerut. "Apa maksudnya, mas?" "Ibu bekerjasama dengan Mbah Sartoni, dia mengawinkan kamu dengan Genderuwo untuk menghasilkan anak jin," jawab Franky dengan pasti, yang membuat kedua mata Esmeralda tampak membelalak dengan lebar
"Bu, sebaiknya ibu pulang saja, biar bapak yang jaga putri kita di sini," ucap Pak Belerick saat melihat istrinya yang sudah nampak sangat kelelahan. "Nggak usah, pak. Ibu masih mau di sini jaga putri kita," sahut wanita tua itu dengan kedua mata yang sudah terlihat sayu. Beberapa kali ia menguap karena beberapa hari ini ia bergadang, tidak bisa tidur di sofa. "Tapi wajah ibu sudah terlihat sangat capek. Nanti kalau ibu yang sakit bagaimana?" ucap Pak Belerick mengingatkan. "Tapi, pak...." Belum sempat istrinya itu membantah, lelaki tua itu telah lebih dulu memotongnya. "Ibu pulang saja dulu, istirahat. Nanti kalau ibu sudah merasa lebih baik, kita bergantian berjaga," ucapnya mengusulkan. Bu Melisa terdiam selama beberapa saat untuk berpikir. Setelah menimbang-nimbang, apa yang telah dikatakan oleh suaminya ada benarnya. Wanita itu pun mengangguk menyetujui usulan suaminya. Ia segera beranjak dari sisi tempat tidur putrinya yang masih belum sadarkan diri. "Nanti kalau ada apa-
"Apa?" Suara bapak yang terdengar lantang, telah mengejutkan Bu Melisa dan Esmeralda. "Ehm, bukan apa-apa, pak." Bu Melisa semakin terlihat gugup. Keringat dingin mengalir membasahi sekujur tubuhnya. Ia berusaha untuk melindungi Esmeralda dari kemarahan bapaknya. "Jangan bohong!" tegas Pak Belerick yang membuat Bu Melisa terkejut. Ia tersentak mendengar suara lelaki tua itu yang semakin terdengar meninggi. "Ada apa, nak? Katakan semuanya pada bapak!" ucap lelaki tua itu lagi. Kali ini nada bicaranya diturunkan lebih rendah dari sebelumnya. Ia menatap wajah Esmeralda dengan tatapan yang penuh harap. Sementara Esmeralda tampak ragu-ragu. Ditatapnya wajah ibunya yang hanya tertunduk seolah telah pasrah dengan apa yang akan terjadi. "Pak, sebelum kecelakaan, aku bertemu dengan Mas Franky," tutur Esmeralda dengan perlahan. Wajahnya ia tundukkan dalam-dalam, merasa takut melihat ekspresi kemarahan bapaknya. Tapi tak ada respon dari lelaki tua itu. Esmeralda melirik sejenak ke arah waj
Esmeralda menatap layar komputernya dengan tatapan mata yang kosong. Ia masih terngiang ucapan bapaknya tentang sebuah perjodohan yang akan diatur oleh bapaknya yang sangat ingin menimang cucu. Ngomong-ngomong soal cucu, ia tiba-tiba kembali teringat tentang kehamilan singkatnya. Ia pernah menjadi seorang ibu, meskipun ia tidak pernah melihat bayinya yang ia pikir sudah gugur. Esmeralda mendadak teringat dengan ucapan mantan suaminya - Franky yang mengatakan bahwa kehamilan ia sebelumnya, bukanlah kehamilan biasa, melainkan kehamilan anak genderuwo. Esmeralda menggeleng cepat, berusaha menepis pikiran buruknya tentang apa yang ia dengar dari mantan suaminya itu. Mana mungkin, makhluk yang berada di dua alam berbeda, bisa menghasilkan anak? "Dor!" Sebuah tepukan keras pada bahu Esmeralda yang tiba-tiba muncul dari arah belakangnya, membuat wanita itu tersentak kaget. Esmeralda menoleh, melihat Rafaela telah berdiri di belakang kursinya sambil tertawa cengengesan. Dalam sekejap,
"Kamu siapa?" tanya Esmeralda dengan tatapan mata yang tajam. Pandangannya mengarah dari ujung kepala lelaki itu hingga ujung kaki. Dia tidak ingin percaya bahwa lelaki itu yang akan dijodohkan dengannya. Jantung Esmeralda berdetak dengan kencang, menunggu jawaban dari lelaki itu."Maaf kak, kamu menempati kursiku. Apa kamu tidak melihatnya? Di meja ini telah ditulis reservasi?" tanya lelaki itu hendak memastikan. Mendengar jawaban dari Esmeralda, telah membuatnya bisa bernafas dengan lega. "Maaf," ucap Esmeralda singkat. Ia gegas pergi meninggalkan bangkunya. Pandangannya mengedar, mencari tempat duduk yang masih kosong. Tapi, hari itu di cafe yang dikunjungi oleh Esmeralda sangat ramai. Tidak seperti biasanya. Jadi wanita itu tidak memiliki tempat duduk lain. Sebuah tepukan halus di pundaknya, telah menyita perhatian wanita itu. Ia menoleh, menatap seorang lelaki yang tinggi itu, telah berdiri di belakangnya. Lelaki itu lebih tinggi dari Esmeralda, jadi ia harus mendongak untuk
"Ah...." Ling mendadak terlihat gugup. Ia tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. Ia menatap wajah Esmeralda yang polos. Beberapa detik kemudian, pandangannya beralih pada Rafaela yang tampak tersenyum nakal."Kalau calon suamimu keberatan, lebih baik nggak usah, Esme," ucap Rafaela secara tiba-tiba yang telah membuat perhatian Esmeralda tersita. Wanita itu menoleh, menatap wajah temannya dengan tatapan polos. "Kok keberatan? Kamu nggak keberatan kan, Ling?" Dengan cepat perhatian Esmeralda beralih pada Ling yang sepertinya tidak memiliki pilihan lain. Lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Kalau gitu, yuk kita pulang," ajak Esmeralda dengan antusias. Ling gegas membukakan pintu mobil untuk Esmeralda, yang membuat Rafaela semakin iri dengan temannya itu. Rafaela duduk di kursi belakang, menatap Esmeralda dan Ling yang terlihat mengobrol dengan akrab. Beberapa menit kemudian, mobil berhenti di sebuah rumah yang cukup besar. Esmeralda gegas mem