Share

58. Waroeng Bakso

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-07 23:26:37

Sandi mendelik mendengar permintaan Dinara kali ini.

"Gak boleh! Bakso micinnya banyak!" tegasnya.

Dinara mengerutkan dahi dan mengerucutkan bibirnya tanda melawan, "Bakso langganan aku micinnya dikit!"

Sandi masih belum menyerah, "Tahu darimana? Emangnya ikut bantuin masak? Beli sayur hijau aja atau sup-sup gitu!" Usulnya.

Dinara merengut sebal, matanya entah kenapa berkaca. Jadi sensitif out of nowhere yang membuat Sandi kelimpungan juga pada akhirnya.

"Tapi pengennya bakso! Kan enak dingin-dingin gini makan bakso kuah anget! Aku juga gak bakal nambah sambel, saos ataupun kecap," ujarnya dengan suara lebih kecil daripada sebelumnya.

Kali pertama menemukan sisi Dinara yang ini membuat Sandi jadi dilema. Rasanya sulit sekali menolak permintaan gadis yang nampak keras diluar tapi ternyata bisa merengek juga hanya karena makanan dengan bentuk bulat dan berkuah itu.

Maka dengan segenap kesabaran dan kegemasan yang ditahan, pada akhirnya mereka berlabuh di salah satu rumah makan ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
carsun18106
duh ngiler deh nge bakso pas musim dingin gini....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   59. Grocery Shopping

    Dinara merasa harus memberi pelajaran khusus pada adik laki- laki kesayangannya. Remaja itu biasanya tak banyak tingkah dan bicara. Namun belakangan ini, terutama sejak kenal Sandi, surprisingly dia menjadi sosok yang oversharing. Sisi bagusnya, Dikta mulai terbuka tentang perasaannya. Tapi bagian paling menyebalkan adalah laki-laki itu terlihat seperti lebih mendukung Sandi. Selama ini ada banyak sekali 'kebetulan' yang sepertinya tidak murni kebetulan. Salah satunya info-info kecil seperti apakah Dinara sudah tidur, pukul berapa pulang dan semacamnya. Dalam tahapan ini, bisakah Dikta disebut sebagai mata- mata utusan Sandi Arsena? Dikta benar- benar adiknya, kan? Tapi mengapa laki- laki itu sepertinya lebih memihak pada tetangga sebelah? Terjadi lagi kamis sore kali ini sepulang kerja. Dinara terpaksa berada dalam sebuah supermarket bersama dengan Sandi setelah tiba- tiba saja lelaki itu muncul di parkiran perusahaan. Ulah siapa lagi kalau bukan Dikta? Manusia yang membocorkan inf

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   60. Memasak Dan Memaksa

    Memasak mungkin bukanlah perkara sulit untuk Dinara. Apalagi kalau hanya sebatas makanan sehari- hari yang tak perlu tatanan ala-ala fine dining. Menu malam ini adalah mie goreng spesial lengkap dengan sayuran, telur, udang, dan sosis. Wanginya yang semerbak langsung memanggil Dikta yang sedari tadi duduk manis menunggu di ruang makan. Dinara menyiapkan satu porsi penuh untuk adiknya yang masih dalam masa pertumbuhan itu. Tak lupa menggeser segelas air juga. Celingak-celinguk mencari presensi manusia lain, si pemilik permintaan. Sepulang dari supermarket tadi Sandi bilang akan ke rumahnya pukul delapan malam. Tapi hingga kini sudah hampir setengah sembilan dan laki- laki itu belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Meraih ponselnya diatas meja dan tak menemukan pesan dari Sandi sama sekali. Maka dari itu pada akhirnya Dinara sendiri yang berinisiatif untuk menekan dial panggilan kepada Sandi. Tersambung namun tak diangkat, Dinara awalnya memilih bodo amat. Dia mengambil sepa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   61. Rumah Sandi

    Pukul tujuh malam usai Sandi Arsena mengantar Dinara pulang ke rumahnya. Laki-laki itu baru saja turun dari mobil ketika satu panggilan masuk dari ayahanda praktis membuatnya mengernyit di tempat. Oke sebelum membahas lebih jauh, perlu digarisbawahi bahwa sangat jarang sekali ayahnya ini menelpon ataupun bicara langsung secara empat mata pada putra sulungnya itu. Pertama, ayah Sandi itu termasuk yang sangat sangat sangat jarang berada di rumah. Kedua, kalaupun di rumah, ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerja. Kalaupun ada sesuatu, biasanya sang ayah akan mengutus ibunya untuk bicara dengan Sandi. Bukannya tak akur, ayah anak ini hanya berada dalam stase canggung. Mungkin karena Sandi benar-benar baru bisa bertemu ayahnya saat SMP dulu. Ayahnya sempat bertugas di benua lain sehingga Sandi nyaris tak pernah bertemu ayahnya sama sekali. Berbeda dengan Sean yang saat lahir pun sudah ditemani dan banyak dirawat langsung oleh ayahnya ini. "Halo, pa?"Bahkan terkadang, me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   62. Sleep Call

    Setelah menandai satu per satu daftar pekerjaan yang telah ia selesaikan selama dua hari belakangan, Dinara akhirnya bisa bernafas sedikit lebih lega. Dia benar-benar menulis, mereview kembali, dan menyelesaikan semua pekerjaannya untuk minggu ini bahkan hingga yang tenggatnya minggu depan. Mulai senin kemarin dia lembur dan bahkan membawa pulang pekerjaan ke rumah ngebut menyelesaikannya hingga pukul empat pagi. Pengumuman penerimaan dan juga beasiswa sudah keluar. Puji tuhan, semua hasilnya bagus dan yang jelas Dinara bisa berangkat ke negara orang dua bulan lagi. Ada banyak yang perlu dia selesaikan dalam rangka mempersiapkan keberangkatannya. Dinara juga sudah menyerahkan surat permohonan resign. Ada sisa waktu satu bulan bagi gadis itu untuk tetap bekerja sebelum ia secara resmi berhenti bekerja. Agendanya untuk minggu ini akan sangat padat.Gadis itu sudah terjebak janji dengan ciwi-ciwi sobat masa SMA-nya untuk membantu Viviane survey lokasi pembukaan cabang butik keluargany

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   63. Destinasi

    Kemacetan efek jam makan siang tak terhindarkan. Ditambah lagi ada proyek perbaikan jalan yang membuat laju kendaraan semakin melambat. Dinara mencuri kesempatan untuk touch up sedikit riasannya. Sebatas bedak padat dan sapuan lip cream untuk membuat penampilannya terlihat lebih proper. Dia tak sempat ganti baju atau apapun karena tadi begitu pekerjaannya selesai, gadis itu langsung meluncur keluar kantor meminta izin pulang kerja lebih dulu. Bahkan hingga selesai memastikan penampilannya, deretan mobil di depan masih belum bergerak satu senti pun. Gila deh ini macetnya. Dinara merogoh ponselnya untuk menghubungi Sean. Adik si wisudawan yang katanya hari ini hadir. Pantang baginya untuk menghubungi Dikta langsung karena seingatnya para wisudawan tidak boleh mengaktifkan ponsel selama prosesi. "Halo, acaranya udah selesai belum, dik?" Sean diseberang terdengar seperti berada di tengah hiruk pikuk keramaian. Remaja itu sepertinya perlu sedikit berteriak untuk menjawab Dina

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   64. Meledaknya Sean

    Atmosfer canggung begitu kentara terasa. Dinara duduk tegak dengan senyum kecil yang masih berusaha mati-matian dia jaga. Satu meja dengan wanita lain yang secara terang- terangan menunjukkan ketertarikan pada Sandi Arsena membuatnya jelas kikuk. Apalagi gadis itu juga tahu Dinara kesana untuk lelaki yang sama. Kalau bukan karena ajakan Tante Sandra, Dinara akan menolak mentah- mentah makan siang canggung ini. Semua makanan dihadapannya seolah tak bisa dia telan dengan sempurna karena rasa mengganjal yang mengganggu."Jadi kalian tetangga, ya? Wah, pasti seru banget," celetuk gadis yang beberapa saat lalu Dinara ketahui bernama Selena. Oh, jadi ini 'Selena' anak teman mamanya Sandi yang kapan hari ceritanya mau dijodohkan dengan Sandi? Gadis itu cantik, bertubuh sedikit lebih pendek daripada Dinara dan punya eyesmile yang menawan. Tipikal everyone first crush karena kepribadiannya yang terlihat ceria menyenangkan. Dia cukup banyak bicara, terutama tentang kepindahannya dari Seattl

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   65. Drama Keluarga

    "Sean!"Tante Sandra mengejar langkah lebar putra bungsunya, meninggalkan tiga muda mudi sebaya yang masih diliputi suasana tegang. Selena memandang pilu Sean dan Tante Sandra yang sudah menjauh. Tak menyangka bahwa kedatangannya ini justru ditanggapi begini. Sangat jauh dari ekspektasinya. Dengan raut sedih, dia beralih menatap Sandi yang menghela nafas lelah. "Maaf, aku bikin hari bahagia kamu justru jadi begini," sesalnya. Sandi melengos tak menanggapi. Dia langsung meletakkan beberapa lembar uang di kantong bill. Dinara yang sedari tadi hanya diam karena tak paham memilih untuk tidak ikut campur. Dia meraih tas tangannya lalu hendak membiarkan dua orang itu untuk menyelesaikan masalah mereka. "Aku balik duluan!" ujarnya sambil beranjak. Sandi mencekal lengannya lalu justru menarik Dinara tanpa basa-basi. Meninggalkan Selena yang menatap cekalan tangan itu dengan perasaan campur aduk. Belum beberapa langkah, Selena kembali bersuara. "Tapi kamu tetap bisa kan bantu a

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   66. Curcol

    Sandi menilik sekitarnya yang terasa sedikit asing. Rungunya dapat menangkap jelas lagu dengan lirik berbahasa korea dilengkapi video klipnya yang tayang di layar besar. Kali ini dia duduk bersila di lantai dilengkapi meja kayu panjang persegi. Berhadapan langsung dengan gadis cantik yang sesekali menggumamkan lirik lagu yang terputar. Atribut wisudanya telah dilepas dan dititip di mobil Dinara. Tersisa kemeja hitam dengan lengan tergulung, celana kain hitam dan sepatu pantovel hitam yang diletakkan di depan pintu masuk. Setelah dari hotel tempat penyelenggaraan wisuda, Dinara justru memboyongnya masuk ke dalam rumah makan dengan konsep korea. Gadis itu bilang dia tidak bisa mengunyah dan menikmati makanan di rooftop dengan tenang tadi. Alhasil perutnya jelas keroncongan."Kita gak terlalu tua untuk makan disini, kan?" Sandi mengernyit saat menyadari beberapa orang disekitarnya masih berseragam putih abu atau bahkan remaja-remaja libur UN. Kontras dengan mereka yang datang de

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16

Bab terbaru

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   125. D'DAY

    Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari dan seterusnya sampai tak terasa bahwa waktu berjalan terlalu cepat. Ini tepat dua tahun setelah malam dimana Dinara dan Sandi digoda untuk membicarakan pernikahan oleh kedua pihak keluarga. Tidak langsung mengiyakan. Malam itu mungkin titik balik hubungan keduanya. Alih-alih menerima usulan duo mami untuk langsung menikah, baik Sandi maupun Dinara sepakat mengundurnya. Sandi benar-benar menepati janjinya untuk menunggu Dinara. Gadis itu ingin menikah setelah mereka berdua cukup settle. Baginya, terlalu dini untuk berpuas diri pada keadaan. Apalagi saat itu keduanya masih dalam misi untuk bisa naik jabatan. Sampai akhirnya, tiga bulan lalu Sandi memantapkan diri melamar Dinara. Alhasil, hari ini keduanya berjalan di altar dan mengucap janji sehidup semati. Hari dimana rasanya tidak akan pernah siap dia jalani. Pada kenyataannya, hari itu terjadi juga. Dua tahun belakangan bukan waktu yang mudah. Setelah beragam drama dan

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   124. Deep Talk with Camer

    Sore ini Sandi sudah mewanti-wanti Dinara untuk pulang bersama. Rencananya hari ini Sandi mau pulang ke rumah keluarganya, sekalian mengantar Dinara. Tidak lupa bahwa mereka tetangga, kan? Sandi menyetir dengan satu tangan, tak lupa satunya lagi dia gunakan untuk sesekali menggenggam jemari Dinara. Sandi Bucin Arsena selalu punya tingkah menggemaskan yang kadang membuat Dinara jadi geleng- geleng kepala.Netra si cantik akhirnya tertuju pada gantungan polaroid yang dipasang Sandi tempo hari. Menampakkan foto lawas mereka saat liburan dulu.“Eh, kamu masih ada foto ini? Ya ampun, padahal nggak lebih dari dua tahun, tapi kok kita kelihatan muda banget ya?” Sandi tersenyum tipis, akhirnya Dinara notice keberadaan selfie mereka waktu liburan di Nusa Penida dulu. “Waktu itu soalnya belum terlalu mikirin kerjaan,” respon santai Sandi ternyata langsung dicegat oleh Dinara. Keningnya berkerut, “ah enggak juga. Waktu itu aku kan juga udah kerja,” ucapnya. Sandi tersenyum tipis, “ya tapi w

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   123. Makan Siang Mencekam

    Ketidaktenangan Sandi berlanjut. Setelah pesan menyebalkan pagi itu, Sandi harus kembali menahan kecemburuannya saat menemukan Dinara tertawa lepas di cafe depan kantor barunya bersama dengan Valdi. Yap, Valdi yang itu! Valdi rekan kerja Dinara di kantor lama Dinara yang sempat membuat Sandi agak insecure karena lelaki itu kelihatan punya perangai yang mirip dengan Dinara. Sebagai sama-sama lelaki, Sandi pun menyadari bahwa Valdi punya intensi khusus pada Dinara. Apa lagi kalau bukan naksir?Kok bisa-bisanya mereka bertemu lagi disin? Bukankah jarak antara kantor lama dan kantor Dinara yang sekarang cukup jauh, ya?Sandi yang berniat mengajak Dinara untuk makan siang bersama pun mengurungkan niatnya sebentar. Dia menjaga jarak dan mengamati keduanya dari posisi agak jauh. Meskipun sebenarnya hatinya ketar-ketir mendapati pemandangan itu. Dibanding teman-teman lelaki Dinara yang lain, Sandi paling tidak suka pada Valdi. Pasalnya, radar Sandi menangkap bahwa Valdi ini juga golongan le

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   122. Astaga, Kamu Ini Berdosa Banget!

    Sandi mengerutkan kening sejak subuh tadi. Tangan kanannya masih sibuk mengutak-atik ponsel milik Dinara yang menyala. Sejak pertama kali mereka berpacaran dua tahun lalu, ini mungkin kali pertama Sandi nekat mengusik privasi gadisnya itu. Dia melirik Dinara yang masih terlelap disampingnya, memastikan bahwa gadis itu masih berada di alam kapuk. Kalau sampai Dinara tahu dia melakukan ini, entah pasal saling percaya mana lagi yang akan Dinara gaungkan.Lelaki itu menahan gemeretak di gigi, sorot matanya yang sebenarnya kurang tidur ini terlihat jelas. Awalnya dia baik-baik saja sampai ketika dia menyadari bahwa ponsel Dinara terus saja menyala dan mendentingkan nada pertanda pesan masuk. Sandi yang gemas akan hal itu pada akhirnya berusaha untuk mengaktifkan mode hening. Alangkah terkejutnya dia saat menemukan beragam notifikasi dari nomor yang tak dikenal serta nama-nama asing di akun instagram Dinara. Maka itulah yang mengawali aktivitas stalking Sandi. Menjudge pria-pria yang meng

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   121. Cuddly

    “Apa kabar Dinara?” Satu kalimat pendek yang Alana layangkan pertengahan januari lalu membuka kembali komunikasi antar mantan rekan kerja itu. Alana tak mau banyak basa-basi dan langsung menawarkan pekerjaan meskipun dia tahu Dinara masih dalam masa menyelesaikan studinya. Alana cukup tahu kapasitas kerja Dinara Jeandra. Dia mengenal Dinara sejak gadis itu masih magang di perusahaan lama. Apa yang dia tawarkan saat itu juga merupakan sesuatu yang fleksibel yang untungnya disanggupi oleh Dinara sendiri. Meskipun pada awalnya wanita muda itu agak meragukan dirinya sendiri. Bisa dibilang, Alana pada akhirnya dengan percaya memberikan posisi tetap pada Dinara. Syukur juga Dinara berkesempatan lulus lebih awal sehingga dia bisa kembali ke Indonesia lebih dulu. Dan disinilah dia sekarang. Tanah kelahirannya yang amat dia rindukan. Berdiri dengan anggun memperkenalkan diri sebagai junior manager salah satu cabang perusahaan milik keluarga Alana. Pertemuannya dengan Sandi disini pun sebe

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   120. It's Me

    “Kalau bukan karena Kak Alana, gue nggak bakal bela-belain dateng, sih!” Arkasa tertawa kecil menyambut kedatangan sepupu kesayangannya yang berjalan kearahnya dengan wajah setengah cemberut. Tapi siapapun tahu bahwa raut itu jelas dibuat-buat karena beberapa detik kemudian si pelaku justru menjabat tangan Arkasa dengan santai dan menampilkan senyuman lebarnya. Wajahnya jadi agak lucu, kontras dengan setelan desainer serta sisiran rambutnya yang ditata rapi. Lelaki itu kemudian lanjut bersalaman dengan pemilik utama perhelatan, Alana Diandra Yasmin. “Katanya lo maraton kesini setelah dari acaranya Damian, ya?” tanya Alana memastikan info yang dia dapat dari asistennya.Sang suami lebih dulu menambahi, “Udah makin sering gantiin Om Seno di event-event gede! Tinggal nunggu peresmian aja sih kalau gini,” godanya.Sandi Arsena memasang wajah malas, pun menggeleng sebagai tanggapan lanjutan. Memang setelah hampir setahun mengabdi di anak perusahaan, akhirnya secara resmi Sandi diperkena

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   119. Piggyback

    Memang benar bahwa waktu adalah hal paling berharga yang tak boleh disia-siakan. Rasanya baru sebentar berkunjung ke museum, foto-foto di beberapa bagian town square, belanja ke toko buku dan lanjut mengisi perut di restoran terdekat. Namun sekarang ini langit gelap telah menyapa dua insan berbeda gender yang tengah berjalan kaki menyusuri jalanan malam Cambridge. Jangan tanya kenapa destinasi wisata keduanya jadi terlihat akademis begitu. Mau bagaimana lagi? Tempat semacam itulah yang dimiliki oleh salah satu wilayah institusi pendidikan ini. Dinara paling malas kalau harus berkendara jauh, sementara Sandi juga tidak terlalu mengenal banyak tempat disana. Maka dari itu keduanya memilih untuk berwisata sesuai panduan di internet, mendatangi tempat-tempat sekitar mereka yang jadi pilihan turis. Dinara sempat membeli beberapa buku dan sangat menikmati kunjungannya. Sementara Sandi sih sebenarnya sama sekali tidak masalah mau kemanapun, poin pentingnya adalah dia harus menghabiskan wak

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   118. Rencana

    Terbangun dari mimpi indahnya yang seakan hanya berlangsung dua detik. Dinara mendapati dirinya telah berada dalam kamar asrama—masih dengan pakaian semalam karena gadis itu ternyata justru ketiduran. Melirik jam di meja, masih ada waktu sekitar dua jam sebelum dia harus ke kampus untuk mengumpulkan hardcopy tugas. Semuanya sudah siap, Dinara tinggal mandi dan siap-siap sedikit lalu berjalan menuju kampus yang hanya sekitar lima menit dari asrama. Pandangannya kini tertuju pada langit-langit kamar, memandang kosong atau bahkan lebih tepatnya memutar kembali memori semalam yang masih berbekas. Kali pertama dia melangkah lebih jauh dengan Sandi—maksudnya ya belum sampai dijebol tapi sepertinya ini sudah sangat intim baginya.Dinara masih ingat pandangan kelam dan bibir bengkak Sandi dihadapannya, begitu juga selatannya yang jelas terasa mengganjal. Cahaya remang-remang dan bahkan mereka hanya berdua dini hari kemarin. Meskipun Sandi berhasil menyentuh kulitnya lebih banyak, tetap saja

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   117. Rayuan Dini Hari

    Pada akhirnya, dua insan yang sempat terpisah jarak dan waktu itu hanya bisa duduk dalam diam. Dinara yang masih berusaha menenangkan lidahnya yang terbakar serta Sandi yang merasa terlalu meluap-luap hingga berprasangka buruk begitu saja. Canggung? Tentu. Setelah semua yang terjadi, bagaimana bisa Sandi bersikap seolah tak terjadi apa-apa? Itu yang mendasari pada akhirnya kata maaf meluncur beberapa kali. Meskipun sebenarnya Dinara masih sedikit gondok menghadapinya.“Besok kamu ada kelas jam berapa?” tanya Sandi pada akhirnya.Dinara meliriknya sebentar, “sekitar pukul sebelas, hanya submit tugas,” jawabnya. Sandi mengangguk paham, “aku disini seminggu kedepan. Kapan ada waktu luang? Temenin jalan-jalan, bisa?” tanya Sandi lagi.“Kemana?” Dinara mau, tapi sejujurnya dia tidak terlalu tahu banyak tempat disini. Seperti yang sudah dia jelaskan sebelumnya, Dinara bahkan sama sekali belum sempat jalan-jalan. “Kemana aja. Kamu nggak akan nyasar, kok!” ucap Sandi seolah menjawab kekh

DMCA.com Protection Status