Share

Enam Puluh Satu

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-23 11:08:13

"Kita mau ke mana, sih?" tanya Adel menatapku dan om Arga.

"Nanti juga tahu."

"Om, emang siapa yang meninggal. Kalian berpakaian serba hitam atau kalian mau ngedate couple begini." Adel terkekeh. Kami hanya tersenyum tipis. "Ih, kalian kenapa diem aja?"

"Gak apa. Kamu ikut kita."

"Oke, aku akan ikut kalian. Tapi, traktir es krim."

"Beres!"

"Bu Bos, paling baik!"

Selama perjalanan Adel selalu berbicara dan tertawa. Wajahnya ceria dan mengemaskan.

Kendaraan hari ini tak terlalu padat. Perjalann kami lancar tanpa ada embel-embel macet.

Mobil om Arga memasuki pemakaman. Jenazah om Yudi belum sampai. Kami menunggu tepat di lubang kuburan yang baru selesai digali.

"Om, siapa yang meninggal?" tanya Adel untuk kedua kalinya.

Om Arga tak menjawab pertanyaan keponakannya. Tak lama kemudian, datang ambulan membawa jenazah.

Tak ada sanak saudara yang datang menghadiri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Dua

    Betapa senangnya Bayu melihat adik kandung satu ayah. Mama tak keberatan dengan kehadiran bayi ini. Menjelaskan keadaan Rita."Kejahatan seseorang bukan berarti kita balas dengan jahat." Ucapannya kala itu.Bayu gemas dengan bayi mungil mas Ilham."Siapa nama dede aku, Mama?""Belum dikasih nama. Nanti, kita tanya papa." Menimang bayi mungil mirip mas Ilham."Bagaimana kalau kita kasih nama Delon?" "Ehm, bagaimana ya? Boleh juga."Delon, nama yang bagus. Sayang sekali ibunya tak mau mengurusnya. Bayi yang malang. Semoga kelak nasibmu lebih beruntung.Aku tahu mas Ilham begitu menyanyangi anak ini. Matanya berkaca-kaca ketika mengungkapkan keinginanku."Apa Mas mengizinkannya? Aku yakin Bayu pasti senang bila bertemu adiknya. Tak bermaksud apa-apa. Hanya sementara saja hingga keadaan Rita membaik. Gak mungkin juga bayi ini kamu bawa kerja ke luar seperti ini. Setelah, keadaanmu membaik. K

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Tiga

    POV Ilham Aku menatap jendela, langit berwarna biru sinar matahari menyinari dunia. Kendaraan terlihat dari lantai tiga rumah sakit yang kini merawat Rita. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mencari nafkah, sekolah, dan para ibu-ibu sibuk di dapur menyiapkan makanan. Sedangkan aku, duduk di pinggir brankar rumah sakit memijat kaki Rita. Seharusnya bekerja untuk melanjutkan hidup. Perut keroncongan belum terisi sejak semalam. Rita dioper ke rumah sakit yang lebih besar. Keadaannya semakin kacau. Ia seperti terkena babyblues atau mungkin gila. Tubuh yang dulu ramping dan cantik kini berubah kurus dan kusam. Tanganku menyentuh kulitnya, menekan perlahan agar rasa lelah dan pegal hilang. Bagaimana dengan aku, tubuh ini terasa remuk. Aku hanya bisa menunggu perawat mengantar makanan dan memakan sisa dari istriku. Uang yang aku miliki hanya cukup untuk ongkos angkot. Malang bener nasibku. "Mas, aku bosan makanan di sini. Pengen nasi Padang," ungkapnya menatap bubur nasi di se

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-30
  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Empat

    POV Ilham Seketika itu juga pandanganku buram. Suara orang-orang berteriak dan menghampiri tubuhku. Aku hanya bisa mendengar tanpa berbicara. Tubuh ini terasa hancur dan remuk dan aku tak tahu apa-apa lagi. Kubuka mata perlahan, ruangan nuansa putih mengelilingi pandanganku. Seseorang berdiri tak jauh dari sisiku. Perlahan membuka, kakiku terasa sakit dan kepala pusing."Sudah sadar?" tegurnya ketus. Kedua tangan mendekap di perut menatapku tak suka. "Tante, aku kenapa?" Sejak menikah dengan Rita aku masih memanggilnya dengan sebutan Tante tak pernah memanggilnya ibu. "Kamu itu bikin repot aja. Sudah tahu istri dirawat malah ikut-ikutan." Aku menatap bagian kaki terbalut perban. Menyentuh kepala juga begitu. Mungkin saja orang-orang membawaku ke sini. Rumah sakit yang sama dengan Rita. "Kamu itu kalau jalan hati-hati. Kenapa bisa tertabrak." Tante Vivi ketus sekali,apa dia tak mengerti kalau aku sedang sakit. Untung saja aku memiliki BPJS kalau tidak bisa runyam ini. Biaya hi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-30
  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Lima

    POV Ilham "Suruh mantan istrimu membayarnya atau aku jual anakmu kepada orang lain," ancamnya tak tahu diri. "Banyak orang kaya yang tak memiliki anak. Mereka pasti membayar bayi itu dengan harga tinggi." Kedua mata Tante Vivi berubah aneh. Apakah seperti itu mata yang selalu memikirkan uang. Tatapan Tante Vivi tak main-main. Demi lembaran bermata uang rupiah, ia rela menjual cucu darah dagingnya sendiri. Apakah ia bukan seorang ibu. Tega sekali. Apa yang harus aku lakukan. Aku hanya menitipkan anakku kepada Intan bukan untuk dijual. Ya Tuhan masalah datang silih berganti. "Tante, dia itu cucu Tante. Masa tega banget dijual." Rasanya ingin bangkit dan mencekek lehernya. "Hei, Rita saja tak mau. Apalagi aku. Aku butuh uang. Lagian kamu itu pengangguran. Mana bisa menghidupi anak itu. Lebih baik kita kasih ke orang lain yang lebih kaya raya. Rita akan aku suruh bekerja kembali." Dasar gila, anaknya saja masih kena mental malah disuruh kerja lagi. Semoga saja tak ada yang mau teri

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Enam

    Hari ini, cuaca begitu cerah. Aku mengenakan blouse coklat susu dan celana panjang berwarna senada dengan pakaian yang aku kenakan. Makeup tak terlalu tebal, tipis namun mewah. Mengerai rambutku yang aku potong beberapa hari lalu agar wajah semakin segar. Berjalan menuju lobi setelah mobilku dibawa ke tempat parkiran oleh salah satu petugas keamanan. Suara sepatuku menyentuh lantai hingga terdengar nyaring. Semua karyawan menyapaku ramah dan memuji penampilanku hari ini. Entah mengapa hati ini rasanya senang sekali setelah aku menjanda. Iya, menjanda membuat aku bebas dari belenggu rumah tangga. "Selamat pagi, Bu Bos!" sapa Adel mendekatiku. Suaranya membuat telingaku sakit. Ia berlari ke arahku hingga nyaris terbentur. "Pagi, aduh suara kayaknya pake speaker. Hati-hati." Adel tertawa menutup mulutnya dengan map yang ia bawa. Melihat dirinya berubah ceria seperti dulu rasanya hatiku lega. "Sorry, Bu Bos." Adel memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ting! Kami masuk ke dalam kota

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Tujuh

    Pemuda bertopi di foto itu adalah Brian. Lelaki seumuran Rico, adik Rita. Mereka berteman sejak sekolah. Bagaimana aku bisa kenal dengannya karena pemuda itu sering bersama Rico. Pertama yang akan kami lakukan adalah menuju ke sekolah. Aku bersama Cheri dengan mengendarai mobil hitam. Kami tak pernah mengunakan mobil pribadi ketika bertugas."Kamu bacakan kegiatan gadis itu hari ini." Tatapan mataku ke depan melihat pengendara lain melaju dihadapanku. Kugengam setir dan menginjak pedal secara perlahan. Cheri membawakan apa yang aku butuhkan dan membacanya perlahan-lahan. Sebagai anak sekolah kegiatannya tak terlalu berat. Seharusnya, hari ini setelah pulang sekolah ia akan segera les bahasa Inggris. Kami sampai di sebuah gedung sekolah Internasional di mana gadis itu berada di dalam. "Apa kita harus masuk?""Untuk apa, kita tunggu di sini saja Cher. Sebentar lagi ia akan pulang." Menatap jarum jam di pergelangan tangan. Seorang pengendara motor menjadi pusat perhatianku. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Delapan

    Cheri menatap layar pipih, ia mencari keberadaan motor tersebut. "Sinyalnya kumat!" maki Cheri. Di saat seperti ini sinyal tak bersahabat. Motor sport merah hilang dari pandangan kami. Untuk kedua kalinya kami gagal mengikuti mereka. "Ah, sial!" Kupukul tangan ke udara. Namun, siapa disangka kami mendapatkan posisi mereka walaupun tertinggal jauh. "Bos, dapat! Mereka belum jauh dari sini." Mungkin mereka mampir dulu ke suatu tempat hingga kami bisa menemukannya dengan cepat. Hingga kami berada di minimarket. Segera mengenakan kacamata dan masker agar mereka tak mengenaliku. Mencari mereka sangatlah mudah. Kuperhatikan mereka yang sedang memilih sesuatu di depan kasir. Pandanganku fokus ke arah tangannya yang sedang memilih antara kotak merah, hitam atau warna warni. Astaga, mereka sedang memilih alat kontrasepsi berbentuk balon. Apakah kasir tak melihat seragam yang dikenakan oleh Imelda. Minimarket ini hanya toko biasa dengan tulisan minimarket. Isi semuanya terlihat lengk

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Sembilan

    Aku dan cheri saling diam, kami berada di pemikiran masing-masing. Begitu mudahnya menangani kasus ini. "Bos,kok aneh, ya?" tanya Cheri duduk di sampingku. Aku juga merasa semua ganjal. Para pengunjung di dalam ruang bola sodok itu terlihat aneh. Tak terlalu mendapat perlawanan dari mereka. Apa mereka takut kepadaku. "Berpikir positif saja. Mungkin kita sedang beruntung. Memang kasus ini belum pernah kita lakukan biasanya para suami atau istri yang selingkuh." Meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya tak ada masalah. "Iya sih. Tapi, rasanya ada sesuatu entah itu apa." "Sudah yang penting misi kita selesai. Bilang dengan team yang lain untuk menutup kasus ini." "Oke Bos. Bos laper nih." "Kamu itu kebiasaan deh." "Namanya lapar masa ditahan nanti sakit." Cheri memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ah, mengemaskan sahabatku ini. Perutnya bagaikan karung tetapi tubuhnya tetap ideal. Aku membelokkan kendaraan roda empat ke rumah makan pinggir jalan. Rumah makan masakan Sunda yang se

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15

Bab terbaru

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Ektra Part

    Aku menatap langit begitu cerah, begitu juga suasana pagi ini. Wanita berkebaya putih dengan hijab senada duduk di samping pria yang akan menghalalkannya. Suara bayi menangis berada di sampingku. Bayi itu milik Lisa. Lisa telah melahirkan seorang anak perempuan. Bayi mungil berwajah mirip dengan ibunya. "Mungkin dia haus," ucapku mengusap kepala mungil bayi berusia dua bulan..Wanita yang dipercaya menjaga anak Lisa segera mengambil susu dalam botol. Susu itu bukan susu kaleng atau susu sapi. Tetapi, susu asli dari ibunya langsung yang diambil dan disimpan dalam lemari pendingin. Bayi mungil itu langsung menyedot ASI dalam botol dot dengan cepat. "Kasihan, haus ya." Gemas sekali melihat anak itu. Kuusap perut yang semakin membesar. Sebentar lagi anak ini juga lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Ijab kabul mulai di lontarkan. Mas Bro telah memenuhi keinginan Lisa. Ia telah belajar salat dan mengaji. Di hadapan Lisa melantunkan ayat suci Al-Quran. Lisa menerima Mas Bro se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Dua

    Bab 142 "Mas ngapain di situ?" Aku menoleh ke arah belakang, Rita datang menghampiriku. Ia duduk di samping sambil ikut menikmati keindahan malam. "Bagus pemandangannya." "Tadi acaranya meriah banget, ya. Pengantinnya juga cantik dan serasi.""Iya, Intan selalu cantik," pujiku tanpa menyadari perkataan yang terlontar. "Oh, pantesan dari tadi kamu itu lihatin Intan terus ternyata belum move on!" Rita bertolak pinggang. Ia menjewer telingaku hingga hampir terlepas. "Aduh! Aduh! Sakit Rita!" "Kamu tadi bilang cantik." "Intan perempuan pasti cantik masa aku bilang ganteng. Gak lucu kan?" Rita melepaskan tarikannya dari telingaku. Aku mengusap pelan telinga yang kini terlihat memerah. "Kamu itu cemburu aja. Kamu juga cantik, kok. Gak kalah sama Intan." "Apanya cantik. Boro-boro beli skincare, serum atau pelembab. Pakai bedak sama lipstik aja sudah bersyukur." "Kamu gak pakai bedak juga masih cantik." "Gombal! Mana ada?" "Ada, buktinya kamu." Aku mencolek dagu Rita. Bagaimanap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Satu

    Bab 141 Setelah aku menganti pakaian. Aku menghampiri putraku di dalam kamar. Jari mungil Bayu menari di atas buku gambar. Memberikan warna yang tepat dan sesuai. "Bayu sedang apa?" tanyaku lembut dan bersahabat. "Mewarnai," ucap anakku polos. Aku menatap hasil gambar anakku. Ia pandai menggambar dan melukis. Hobi baru saat ini. "Siapa yang mengajari kamu?" "Papa." Kuusap lembut surai anakku. Aroma shampo sejak dulu masih sama dan tak berubah. "Bayu, tadi dipanggil Om Rey kok begitu?" Aku mulai bertanya perlahan mungkin ada hubungannya dengan mimpi Bayu kala itu. Ia mengatakan kalau aku tak boleh menikah. "Om Rey akan ambil mama dari Bayu," ucap anakku polos. Tangannya tak berhenti mewarnai. Aku mengernyit heran, apakah ada orang yang berbicara hal tidak-tidak dengannya."Gak mungkin. Kamu anak Mama. Gak ada yang bisa memisahkan kita." Bayu duduk dan menyilangkan kaki. Tatapan polosnya membuatku semakin gemas. "Dulu Papa nikah lagi dan pergi meninggalkan Bayu. Ia memilih T

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh

    Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Delapan

    Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Bab 137 Aku dan Serly menghampiri pria pengkhianat di perusahaanku. Sebelum pria itu kabur aku telah memberikan jebakan untuknya. Kubuat dana di perusahaan berkembang pesat. Ia pasti tahu akan hal itu karena pegawai yang mengkhianatiku berada di bagian keuangan. Lagi-lagi ia melakukan pengeluaran tak terduga. Bukti ini nyata dan bisa menjadi barang bukti. "Apa yang tejadi dengan keuangan perusahaan ini? Bagaimana bisa menurun drastis begini. Padahal pemasukan berjalan seperti biasa." Kuletakkan berkas yang dibuat oleh pria itu. Pria yang sejak tadi tampak gelisah. "Memang seperti itu keadaan perusahaan kita." "Gak mungkin." Kulipat tangan di dada menatap pengkhianatan perusahaan. Wajah pria berusia empat lima tahun duduk di depanku. Ia tak sanggup menatapku. "Mengapa ada pengeluaran yang tak aku mengerti di sini!" Kutunjuk berkas keuangan bulan ini. "Oh, itu untuk keperluan perusahaan ini." "Gak mungkin kepentingan perusahaan sebanyak tiga puluh juta. Coba katakan padaku un

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Enam

    Bab 136 Ku injak rem dengan cepat. Seorang wanita merentangkan tangan di depan kendaraan roda empat milikku. Untung saja kakiku segera menginjak rem dengan capat. Seorang gadis berdiri menatap manik aku. Aku kenal wajah itu. Ia adalah Lisa, adik Rita. "Tolong aku! Tolong!" Aku melihat pria yang berada di club. Ia mengejar Lisa dengan tatapan marah. Kubuka pintu mobil dan Lisa segera masuk ke dalam. Wajah Lisa tampak pucat. Aku menginjak gas dengan cepat hingga mobilku melanju meninggalkan pria yng masih mengejar Lisa. "Cepat Mba! Cepat!" Suara teriakkan Lisa membuatku terkejut. Pria itu masih mengejar kami. Kulihat dia dari kaca spion kembali ke mobilnya. "Mba Intan, cepatan! Tolong aku!" "Tenang Lisa. Kasih aku ketenangan." Lisa diam dan hanya terisak. Aku tahu ia memiliki masalah yang tak rumit. Wajah Lisa menoleh ke arah belakang. Mobil yang dikendarai pria itu berada di belakangku. Ku injak lagi gas lebih kencang agar pria itu tak dapat mengejar mobilku. Semua mobil y

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Lima

    Bab 135 Senyum menyeringai terlihat jelas. Mba Nita tersenyum sinis menatapku penuh arti. "Tanda tangan saja!" "Aku gak bisa, Mba. Aku gak bisa."Sebagai seorang ibu aku tak bisa melakukan hal itu. Aku tak ingin hidupku jauh dari anak. Pikiran mereka licik dan tak berbobot. Aku akui klo diri ini juga pernah melakukan hal licik dan jahat. "Lalu kamu ingin menjadi istri suamiku selama begitu. Jangan mimpi. Mas Bromo hanya memiliki istri satu yaitu aku. Hanya aku." Aku menundukkan kepala dan menatap Mas Bro sejenak. Kenapa pria tua itu berubah ketika berada di samping istri pertamanya. "Mas, aku ini seorang Ibu. Tak ingin jauh dari anakku." Aku memang jahat dan licik tapi aku juga akan menjadi seorang ibu. "Lebih baik tanda tangan saja. Kamu masih muda. Kamu masih memiliki jalan panjang. Kami akan merawatnya." Ucapan Mas Bro terdengar bijak. Apakah ia bisa dipercaya atau hanya berpura-pura saja. Sedangkan di belakang mba Nita ucapannya begitu manis. Pria itu begitu sayang kepad

DMCA.com Protection Status