Share

Enam Puluh Tujuh

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pemuda bertopi di foto itu adalah Brian. Lelaki seumuran Rico, adik Rita. Mereka berteman sejak sekolah. Bagaimana aku bisa kenal dengannya karena pemuda itu sering bersama Rico.

Pertama yang akan kami lakukan adalah menuju ke sekolah. Aku bersama Cheri dengan mengendarai mobil hitam. Kami tak pernah mengunakan mobil pribadi ketika bertugas.

"Kamu bacakan kegiatan gadis itu hari ini."

Tatapan mataku ke depan melihat pengendara lain melaju dihadapanku. Kugengam setir dan menginjak pedal secara perlahan.

Cheri membawakan apa yang aku butuhkan dan membacanya perlahan-lahan. Sebagai anak sekolah kegiatannya tak terlalu berat.

Seharusnya, hari ini setelah pulang sekolah ia akan segera les bahasa Inggris.

Kami sampai di sebuah gedung sekolah Internasional di mana gadis itu berada di dalam.

"Apa kita harus masuk?"

"Untuk apa, kita tunggu di sini saja Cher. Sebentar lagi ia akan pulang." Menatap jarum jam di pergelangan tangan.

Seorang pengendara motor menjadi pusat perhatianku. Ia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Delapan

    Cheri menatap layar pipih, ia mencari keberadaan motor tersebut. "Sinyalnya kumat!" maki Cheri. Di saat seperti ini sinyal tak bersahabat. Motor sport merah hilang dari pandangan kami. Untuk kedua kalinya kami gagal mengikuti mereka. "Ah, sial!" Kupukul tangan ke udara. Namun, siapa disangka kami mendapatkan posisi mereka walaupun tertinggal jauh. "Bos, dapat! Mereka belum jauh dari sini." Mungkin mereka mampir dulu ke suatu tempat hingga kami bisa menemukannya dengan cepat. Hingga kami berada di minimarket. Segera mengenakan kacamata dan masker agar mereka tak mengenaliku. Mencari mereka sangatlah mudah. Kuperhatikan mereka yang sedang memilih sesuatu di depan kasir. Pandanganku fokus ke arah tangannya yang sedang memilih antara kotak merah, hitam atau warna warni. Astaga, mereka sedang memilih alat kontrasepsi berbentuk balon. Apakah kasir tak melihat seragam yang dikenakan oleh Imelda. Minimarket ini hanya toko biasa dengan tulisan minimarket. Isi semuanya terlihat lengk

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Enam Puluh Sembilan

    Aku dan cheri saling diam, kami berada di pemikiran masing-masing. Begitu mudahnya menangani kasus ini. "Bos,kok aneh, ya?" tanya Cheri duduk di sampingku. Aku juga merasa semua ganjal. Para pengunjung di dalam ruang bola sodok itu terlihat aneh. Tak terlalu mendapat perlawanan dari mereka. Apa mereka takut kepadaku. "Berpikir positif saja. Mungkin kita sedang beruntung. Memang kasus ini belum pernah kita lakukan biasanya para suami atau istri yang selingkuh." Meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya tak ada masalah. "Iya sih. Tapi, rasanya ada sesuatu entah itu apa." "Sudah yang penting misi kita selesai. Bilang dengan team yang lain untuk menutup kasus ini." "Oke Bos. Bos laper nih." "Kamu itu kebiasaan deh." "Namanya lapar masa ditahan nanti sakit." Cheri memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ah, mengemaskan sahabatku ini. Perutnya bagaikan karung tetapi tubuhnya tetap ideal. Aku membelokkan kendaraan roda empat ke rumah makan pinggir jalan. Rumah makan masakan Sunda yang se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tujuh Puluh

    Kedua mataku menatap kagum. Pemuda yang baru saja membuatku kesal kini mengubah pemikiranku. Rehan, berada di antara para pemulung. Membagikan nasi dalam steroform dan juga es teh manis. Senyumku merekah, ingin marah kepadanya tetapi aku urungkan. "Kita pergi," ajakku kepada Cheri setelah memastikan semuanya. Melihat Rehan hatinya terasa damai.Aku pikir Rehan akan membagikan makanan itu ke rekan kerjanya tenyata ia membagikan ke para pemulung di pinggir jalan. Setidaknya uangku tak sia-sia walaupun caranya salah. "Ternyata, Rehan baik ya Bos." Cheri terkekeh dan senyum-senyum sendiri. Kumelirik gadis itu, wajahnya bersemu merah. "Kamu naksir?" "Siapa yang naksir. Bukan tipeku." Cheri fokus mengendarai kendaraan roda empat milik perusahaan. Tangannya menepis ke udara. "Kita balik ke kantor saja." "Oke." Setumpuk berkas berada di atas meja. Aku menghela napas. Dua perusahaan aku urus sendiri. Satu perusahaan yang dulu di pimpin mas Ilham kini sudah berada di tanganku karena aku

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tujuh Puluh Satu

    Air mataku tak kunjung reda, melihat bayi laki-laki terbaring lemah, tanpa ada pergerakan dan tangisan. Aku terlambat, aku kalah cepat dengan tangan Tante Vivi yang merenggut paksa nyawa bayi tak berdosa. Sungguh wanita tak berperasaan Sesak dalam dada melihat wajah bagaikan malaikat telah pergi. Baru saja ia lahir ke dunia, kini sudah tak bernyawa lagi. Tubuhku berguncang, tak tega dengan cara kematian tragis. Di tangan neneknya sendiri bayi tak berdosa kehilangan nyawanya. Mas Ilham meratapi tubuh anaknya. Bayi hasil di luar pernikahan. Bayi hasil perselingkuhan dirinya dengan wanita lain. Walaupun begitu Delon tak bersalah. "Kenapa hidupku begini. Delon, maafkan Papa." Mas Ilham duduk di atas kursi roda. Ia menatap iba sang anak. "Sabar Mas. Kamu harus ikhlas atas kepergiannya. Ia sudah menjadi bidadari surga." "Hidupku hancur seketika." Mas Ilham kembali terisak. "Seandainya dulu aku tak mengkhianatimu."

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tujuh Puluh Dua

    Bab 72Brak! Tanpa mengetuk atau menyapa, Adel masuk begitu saja. Wajahku kesal karena melihat sikapnya yang tak sopan. "Adel kamu!" "Gawat Bos!" potong Adel tanpa takut dengan gertakan yang terlontar dari bibir ini."Ada apa?" tanyaku penuh kebingungan. Manatap wajah panik gadis berkemeja merah muda. Jarang sekali raut wajahnya seperti saat ini. "Lihat ini!" Adel memperlihatkan video dan beberapa gambar di media sosial di ponsel. "Ya Tuhan, ini tak mungkin." Mataku terbelalak, bibir ini sulit untuk berkata. Kurebut ponsel secara paksa. Tubuhku seketika melemah. Aku tak percaya semuanya bisa begini. "Bagaimana ini Bos?" Aku tahu Adel juga pasti sock karena perusahaan yang aku dirikan bersama mereka terancam bahaya. Video ini mengandung fitnah tetapi ada sebagian adalah fakta. Kami bekerja sebagai agen mata-mata bukan untuk menyakiti orang lain melainkan membantu mereka agar terlepas dari kedzaliman pasangan mereka. Namun, tidak dengan para pelaku perselingkuhan itu. Kutatap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tujuh Puluh Tiga

    Bab 73"Sial terkunci!" Kulangkahkan kembali kakiku ke tangga yang lain mencari pintu yang masih terbuka. Hingga aku sampai di lantai tiga, membuka pintu berwarna biru. Dibalik pintu tersebut beberapa orang menatapku, menarik tanganku kasar. "Aw!" Mereka menutup pintu, segera memutar anak kunci yang masih menempel di tempatnya. Beberapa kali gedoran terdengar dari dalam. Kutatap mereka satu persatu. Tentu saja aku mengenal mereka. "Ibu Intan, apa Anda baik-baik saja." Mereka karyawanku yang sejak tadi kusuruh pulang tetapi mereka masih berada di gedung ini. Lima orang masih berada di gedung ini. "Kalian Kenapa masih di sini?" Mereka saling berpandangan dan menundukkan kepala. "Kami masih betah di sini. Maaf Bu kami lancang." Pemuda yang sering membawakan aku makanan, minuman dan merapikan ruanganku menunduk penuh kesedihan."Kami masih nyaman di sini. Berat rasanya meninggalkan tempat ini." Suara wanita bagian administrasi masih berada di sini juga. Mereka memang tak pernah

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tujuh puluh Empat

    Bab 74Hingga mobil Rehan berada di depan rumahku. Pemandangan yang tak bisa aku ungkapkan. Mama dan Bayu saling berpelukan. Beberapa orang juga berada di halaman rumahku. Mereka telah melakukan sesuatu. "Kalian telah membuat kami sengsara!" Tunjuk jari lelaki bertubuh tambu ke wajah ibuku. Bayu terlihat ketakutan, memeluk tubuh Mama erat."Kami tak tahu apa-apa." Mama menjawab dengan sebenarnya. Wanita itu tak tahu apa-apa tentang pekerjaanku. "Alah!" Mendorong tubuh mama kasr hingg terhuyung ke belakang. Astaga, mereka keterlaluan. Segera kubuka pintu mobil dan melangkah cepat ke arah mereka. Menghampiri lelaki bertubuh tambu. Ah, sepertinya aku pernah melihat lelaki itu."Kurang ajar!" makiku tak sabaran diri. Menarik tubuhnya dari hadapan mama. Tak akan aku biarakan orang lain menyakiti ibuku."Elu siapa?" kedua matanya membulat sempurna hingga akan lepas dari tempatnya. Begitu juga teman-temannya menatapku tajam. "Apa yang kalian lakukan sama mama dan anakku?!" Kumaki merek

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tujuh Puluh Lima

    Bab. 75 Tubuh Rehan berbalik badan meninggalkan tempat dengan wajah sedih dan kecewa. Apakah aku akan ditinggal oleh mereka setelah mengetahui pekerjaanku. Perkejaan yang aku kerjakan beberapa tahun hingga menghasilkan cuan mengoda. "Rehan!" panggilku. Ia tak menolehkan wajah ke belakang. Rasanya hatiku sakit. Ternyata semua orang banyak yang tak suka dengan pekerjaan ini. Aku harus bagaimana menghadapi masalah kali ini?"Rehan ...." Suaraku merendah seakan mengiba agar pemuda itu tak pergi. Mungkin, ia tak percaya dengan kabar di medsos tetapi di depan matanya aku mengakui semuanya. "Lihatlah, kekasihmu saja tak terima pekerjaan kotormu. Kasihan sekali dirimu." Mereka tertawa mengejekku. "Diam! Jangan ikut campur!" Kutunjuk wajah lelaki yang tak bisa menjaga mulutnya. Ingin ku robek mulut kotor mereka dengan belati tajam. Sayang sekali hal itu dapat menjerat diriku dan masuk ke dalam jeruji penjara. Tentu saja tak mau menghabiskan sisa hidup di dalam penjara. "Cuih, kamu itu so

Bab terbaru

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Ektra Part

    Aku menatap langit begitu cerah, begitu juga suasana pagi ini. Wanita berkebaya putih dengan hijab senada duduk di samping pria yang akan menghalalkannya. Suara bayi menangis berada di sampingku. Bayi itu milik Lisa. Lisa telah melahirkan seorang anak perempuan. Bayi mungil berwajah mirip dengan ibunya. "Mungkin dia haus," ucapku mengusap kepala mungil bayi berusia dua bulan..Wanita yang dipercaya menjaga anak Lisa segera mengambil susu dalam botol. Susu itu bukan susu kaleng atau susu sapi. Tetapi, susu asli dari ibunya langsung yang diambil dan disimpan dalam lemari pendingin. Bayi mungil itu langsung menyedot ASI dalam botol dot dengan cepat. "Kasihan, haus ya." Gemas sekali melihat anak itu. Kuusap perut yang semakin membesar. Sebentar lagi anak ini juga lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Ijab kabul mulai di lontarkan. Mas Bro telah memenuhi keinginan Lisa. Ia telah belajar salat dan mengaji. Di hadapan Lisa melantunkan ayat suci Al-Quran. Lisa menerima Mas Bro se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Dua

    Bab 142 "Mas ngapain di situ?" Aku menoleh ke arah belakang, Rita datang menghampiriku. Ia duduk di samping sambil ikut menikmati keindahan malam. "Bagus pemandangannya." "Tadi acaranya meriah banget, ya. Pengantinnya juga cantik dan serasi.""Iya, Intan selalu cantik," pujiku tanpa menyadari perkataan yang terlontar. "Oh, pantesan dari tadi kamu itu lihatin Intan terus ternyata belum move on!" Rita bertolak pinggang. Ia menjewer telingaku hingga hampir terlepas. "Aduh! Aduh! Sakit Rita!" "Kamu tadi bilang cantik." "Intan perempuan pasti cantik masa aku bilang ganteng. Gak lucu kan?" Rita melepaskan tarikannya dari telingaku. Aku mengusap pelan telinga yang kini terlihat memerah. "Kamu itu cemburu aja. Kamu juga cantik, kok. Gak kalah sama Intan." "Apanya cantik. Boro-boro beli skincare, serum atau pelembab. Pakai bedak sama lipstik aja sudah bersyukur." "Kamu gak pakai bedak juga masih cantik." "Gombal! Mana ada?" "Ada, buktinya kamu." Aku mencolek dagu Rita. Bagaimanap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Satu

    Bab 141 Setelah aku menganti pakaian. Aku menghampiri putraku di dalam kamar. Jari mungil Bayu menari di atas buku gambar. Memberikan warna yang tepat dan sesuai. "Bayu sedang apa?" tanyaku lembut dan bersahabat. "Mewarnai," ucap anakku polos. Aku menatap hasil gambar anakku. Ia pandai menggambar dan melukis. Hobi baru saat ini. "Siapa yang mengajari kamu?" "Papa." Kuusap lembut surai anakku. Aroma shampo sejak dulu masih sama dan tak berubah. "Bayu, tadi dipanggil Om Rey kok begitu?" Aku mulai bertanya perlahan mungkin ada hubungannya dengan mimpi Bayu kala itu. Ia mengatakan kalau aku tak boleh menikah. "Om Rey akan ambil mama dari Bayu," ucap anakku polos. Tangannya tak berhenti mewarnai. Aku mengernyit heran, apakah ada orang yang berbicara hal tidak-tidak dengannya."Gak mungkin. Kamu anak Mama. Gak ada yang bisa memisahkan kita." Bayu duduk dan menyilangkan kaki. Tatapan polosnya membuatku semakin gemas. "Dulu Papa nikah lagi dan pergi meninggalkan Bayu. Ia memilih T

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh

    Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Delapan

    Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Bab 137 Aku dan Serly menghampiri pria pengkhianat di perusahaanku. Sebelum pria itu kabur aku telah memberikan jebakan untuknya. Kubuat dana di perusahaan berkembang pesat. Ia pasti tahu akan hal itu karena pegawai yang mengkhianatiku berada di bagian keuangan. Lagi-lagi ia melakukan pengeluaran tak terduga. Bukti ini nyata dan bisa menjadi barang bukti. "Apa yang tejadi dengan keuangan perusahaan ini? Bagaimana bisa menurun drastis begini. Padahal pemasukan berjalan seperti biasa." Kuletakkan berkas yang dibuat oleh pria itu. Pria yang sejak tadi tampak gelisah. "Memang seperti itu keadaan perusahaan kita." "Gak mungkin." Kulipat tangan di dada menatap pengkhianatan perusahaan. Wajah pria berusia empat lima tahun duduk di depanku. Ia tak sanggup menatapku. "Mengapa ada pengeluaran yang tak aku mengerti di sini!" Kutunjuk berkas keuangan bulan ini. "Oh, itu untuk keperluan perusahaan ini." "Gak mungkin kepentingan perusahaan sebanyak tiga puluh juta. Coba katakan padaku un

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Enam

    Bab 136 Ku injak rem dengan cepat. Seorang wanita merentangkan tangan di depan kendaraan roda empat milikku. Untung saja kakiku segera menginjak rem dengan capat. Seorang gadis berdiri menatap manik aku. Aku kenal wajah itu. Ia adalah Lisa, adik Rita. "Tolong aku! Tolong!" Aku melihat pria yang berada di club. Ia mengejar Lisa dengan tatapan marah. Kubuka pintu mobil dan Lisa segera masuk ke dalam. Wajah Lisa tampak pucat. Aku menginjak gas dengan cepat hingga mobilku melanju meninggalkan pria yng masih mengejar Lisa. "Cepat Mba! Cepat!" Suara teriakkan Lisa membuatku terkejut. Pria itu masih mengejar kami. Kulihat dia dari kaca spion kembali ke mobilnya. "Mba Intan, cepatan! Tolong aku!" "Tenang Lisa. Kasih aku ketenangan." Lisa diam dan hanya terisak. Aku tahu ia memiliki masalah yang tak rumit. Wajah Lisa menoleh ke arah belakang. Mobil yang dikendarai pria itu berada di belakangku. Ku injak lagi gas lebih kencang agar pria itu tak dapat mengejar mobilku. Semua mobil y

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Lima

    Bab 135 Senyum menyeringai terlihat jelas. Mba Nita tersenyum sinis menatapku penuh arti. "Tanda tangan saja!" "Aku gak bisa, Mba. Aku gak bisa."Sebagai seorang ibu aku tak bisa melakukan hal itu. Aku tak ingin hidupku jauh dari anak. Pikiran mereka licik dan tak berbobot. Aku akui klo diri ini juga pernah melakukan hal licik dan jahat. "Lalu kamu ingin menjadi istri suamiku selama begitu. Jangan mimpi. Mas Bromo hanya memiliki istri satu yaitu aku. Hanya aku." Aku menundukkan kepala dan menatap Mas Bro sejenak. Kenapa pria tua itu berubah ketika berada di samping istri pertamanya. "Mas, aku ini seorang Ibu. Tak ingin jauh dari anakku." Aku memang jahat dan licik tapi aku juga akan menjadi seorang ibu. "Lebih baik tanda tangan saja. Kamu masih muda. Kamu masih memiliki jalan panjang. Kami akan merawatnya." Ucapan Mas Bro terdengar bijak. Apakah ia bisa dipercaya atau hanya berpura-pura saja. Sedangkan di belakang mba Nita ucapannya begitu manis. Pria itu begitu sayang kepad

DMCA.com Protection Status