Share

08. Makhluk Mengerikan

last update Last Updated: 2021-05-12 08:30:08

Aku dan Elena melanjutkan aksi nekat kami dan memilih jalan kaki saja menuju desa. Toh, tak ada alat transportasi lain ke desa kami selain berjalan kaki dan harus kuakui, perjalanan ini akan sangat melelahkan!

"Aaron," panggil Elena pelan di sela-sela langkah kaki kami pulang ke desa. Ekspresi gadis itu terlihat cemas. "Apa tak apa pergi sendirian seperti ini tanpa ditemani orang dewasa?"

Aku langsung meringis mendengar pertanyaan itu. Jika dipikir-pikir sekali lagi ... apa yang Elena katakan itu ada benarnya juga.

Seharusnya tadi aku membangunkan mereka semua dan pulang bersama ke desa, agar dalam perjalanan kami semua akan aman dan tidak perlu merasa takut berada di dalam hutan gelap yang menakutkan. Tapi lihat perbuatanku ini! Aku malah bertindak ceroboh dan malah menempatkan Elena ke dalam bahaya.

Aahh, Aaron! Rasanya aku ingin memaki diriku sendiri, tapi itu bukan sesuatu yang baik.

"Aaron, a-aku takut."

Elena menempel padaku dan ingin sekali rasanya menyahuti perkataannya itu dengan, "Jangan takut, aku ada di sini untukmu, Len." Kemudian aku akan tersenyum manis seolah tak ada sesuatu yang perlu ditakuti. Tapi yang terbersit di benakku hanyalah, "Ya, Elena. Aku juga sangat takut!"

Ini sangat memalukan.

Rasa-rasanya seperti ada yang mengawasi kami dari dalam gua. Gua adalah sebuah lubang alami di tanah yang cukup besar dan dalam. Beberapa ilmuwan menjelaskan bahwa gua itu harus cukup besar sehingga beberapa bagian di dalamnya tidak menerima cahaya matahari; namun dalam penggunaan umumnya, pengertian gua itu juga cukup luas, termasuk perlindungan terhadap batu, gua laut, dan lain-lain.

Ah, di saat kami melewati gua kecil di dekat sebuah pohon yang tidak terlalu tinggi, aku teringat dengan salah satu "dongeng" yang Nenek ceritakan.

Ini tentang Echidna, dia adalah makhluk dari mitologi Yunani, sering digambarkan sebagai perempuan setengah ular yang tinggal di dalam gua.

Bayangkan, tubuh atasnya manusia dan bawahnya adalah ular, meliuk-liuk di tanah sembari mendesis dengan wajah manusianya. Hiiy!

Bersama suaminya Typhon, Echidna melahirkan berbagai jenis mahluk mengerikan yang muncul dalam mitologi Yunani, karena itu Echidna mendapat sebutan Mother of all Monsters atau Ibu Para Monster.

Echidna dan Typhon pernah berperang melawan dewa-dewa olympus, namun kalah. Typhon kemudian disegel dibawah gunung Etna. Sementara Echidna dan anak-anaknya dibiarkan lepas untuk menjadi tantangan bagi para pahlawan Yunani berikutnya. Namun pada akhirnya Echidnya dibunuh oleh Argus Panoptes, titan bermata seratus.

"Err, sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan, Len. Tak ada apa-apa di hutan ini. Lagipula ... malam ini terang."

Buru-buru aku mengalihkan pandangan, sebab aku juga tidak yakin dengan ucapanku sendiri. Paling tidak, aku bisa menenangkan Elena dan rasa takut yang ada di dalam diriku. Elena mengangguk patuh dan aku malah mensyukurinya dalam hati. Aku kemudian menggandeng tangan sahabatku yang kini sudah bisa berjalan normal tanpa perlu kubimbing lagi.

Kami berdua berjalan bersebelahan menelusuri jalan setapak yang sebelumnya telah kulewati bersama keluarga. Berbekal ingatanku yang bisa dikatakan tajam, aku pun nekat membawa Elena melangkah perlahan menuju jalan pulang kami ke desa Birdben, melalui jalan itu.

Suasana hutan yang semula senyap, seperti tak ada kehidupan mendadak menjadi sedikit ramai. Pasalnya, beberapa ekor burung gagak terbang mengitari kami dan hinggap di pepohonan yang akan kulewati bersama Elena.

Burung-burung hitam tersebut mulai mengeluarkan suara yang mengerikan. Persis seperti sebelumnya, saat pertama kali aku dan keluargaku memasuki hutan terlarang ini.

Aku sedikit menarik pergelangan tangan Elena—karena takut—dan memaksanya untuk lebih cepat dalam melangkah. Aku tidak ingin diganggu makhluk mengerikan.

"Ada apa, Aaron?" Elena angkat bicara. Aku meliriknya dan kemudian tersenyum lebar. Mencoba meyakinkannya jika kami akan baik-baik saja. Perasaanku sudah tidak enak sedari tadi.

Pertanyaan Elena hilang begitu saja dari pikiran ketika langkah kami dicegat oleh segerombolan makhluk kerdil yang aneh. Sontak aku dan Elena menghentikan langkah.

Mereka sedang membelakangi kami berdua, apa mereka tak menyadari kehadiran kami? Paling tidak, aku berharap mereka tak berbalik dan menakuti kami. Aku memperhatikan punggung mereka sambil mengernyit jijik, terutama saat melihat makhluk bertelinga runcing itu membungkuk dan mulai menggaruk-garuk tanah dengan kuku panjangnya.

Persis seperti kucing yang menggali tanah sebelum buang kotoran dan setelah beberapa detik berlalu—hampir satu menit penuh —aku masih belum sadar dengan situasi yang kami hadapi.

"Hei, makhluk aneh yang jelek! Menyingkirlah dari jalanku!" seruku sambil menaikkan nada suara dengan sedikit keras. Ada jarak sekitar dua meteran di antara aku dan beberapa makhluk bertubuh sedikit bungkuk ini. "Cepatlah minggir!"

Aku kembali berteriak agar perhatian mereka terhadap gundukan tanah itu menjadi teralihkan dan hanya boleh terfokus padaku. Di lain hari di masa depan, aku akan sangat menyesali perbuatanku saat itu.

Seharusnya setelah melihat kesempatan merapikan diri dari para makhluk kerdir berkuasa, aku dan Elena buru-buru pergi dan mencari tempat perlindungan sementara. Namun bodohnya aku, mengapa aku justru melempar batu ke arah mereka dan membuat mereka marah?

"A-Aaron ... a-apa yang akan mereka lakukan sekarang?"

Pertanyaan Elena semakin membuatku bergetar, terutama saat makhluk-makhluk itu berhenti bergerak dan berhenti mengais tanah yang ada di depan mereka.

"A-a ... me-mereka ... mereka ... me-mereka adalah ...." Layaknya seseorang yang kehilangan kemampuan berbicara, aku tiba-tiba saja berbicara terbata-bata. Lidahku mendadak kelu, ini tentu bukan karena aku yang tidak bisa berbicara dengan normal, tapi ini memang karena aku sangat ketakutan dengan sosok yang akan menangkap kami hidup-hidup.

Sebab, salah satu dari makhluk-makhluk bertubuh pendek itu menoleh ke arahku dan Elena, yang kemudian disusul lagi oleh yang teman-temannya yang lain. Aku meneguk saliva dengan susah payah. Ini gawat.

"A-Aaron," bisik Elena, ia mulai menangis. "A-aku takut ...."

Ya, Elena ... aku juga takut dan aku sadar dengan situasi aneh itu setelah melihat beberapa dari mereka mulai menyeringai dan menampakkan gigi-gigi taring yang tajam dan kotor.

Tanpa basa-basi lagi, aku langsung menarik tangan Elena dengan cepat, dan menyeretnya untuk pergi dari sana. Kami harus segera pergi dari sini!

***

Hahhhh! Hhh! Sampai kapan!?

Sampai kapan aku harus berlari?!

Aku sudah tak sanggup lagi membawa kedua kakiku ini berlari! Rasanya begitu berat, telapak kakiku terasa sakit dan angin malam yang kuterjang terasa menusuk kulit.

Rasa-rasanya seperti dikejar Bigfoot dengan kakinya yang panjang dan besat! Bigfoot adalah makhluk yang masih menjadi misteri hingga saat ini, mereka dilaporkan telah ditemukan di daerah Kanada dan Amerika Utara sejak abad 19-an. Dari jejak kakinya diperkirakan beratnya mencapai 400 kg.

Bigfoot dikenal juga dengan nama Sasquatch, itu adalah nama hewan legenda yang beredar di Amerika Utara. Bigfoot kadang diciri-cirikan sangat besar, dengan bulu-bulu menutupi seluruh tubuh, dan orang percaya bahwa makhluk ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan nama-nama yang berbeda, seperti Yeti di Tibet dan Nepal, Yeren di China dan Yowie di Australia.

Yah, walau mereka sama, hanya daerahnya saja yang berbeda. Yeti yang disebut sebagai Manusia Salju Liar telah menjadi legenda di daerah Himalaya. Dari dahulu sampai sekarang banyak cerita orang yang hilang di daerah pegunungan Himalaya, dipercaya mereka telah diculik oleh Yeti.

Aku pernah menemukan sebuah foto yang diambil pada tahun 1925, N. A. Tombazzi melaporkan telah melihat hewan besar mirip manusia 300 yard dari Sikkim. Walaupun banyak yang telah melapor melihat yeti, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa dia sungguhan ada. Daerah tempat terlihatnya yeti sangat curam dan landai sehingga sulit diadakan investigasi.

Andai aku memiliki kaki sepertinya, mungkin aku dan Elena sudah bisa berlari menerjang hutan ini dengan lebih cepat. Apalah dayaku yang hanya seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun, kekuatan fisik tak ada, tapi sangat penakut.

Oh, Tuhan, aku takut sekali. Tolong selamatkan kami, selamatkan aku dan Elena dari tempat ini.

Related chapters

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   09. Elena Menghilang

    "Cepat, Len! Kita harus lari lebih cepat!" Aku memberi perintah kepada sahabatku, meneriakinya untuk menambah laju kecepatan kami. Bukan aku saja yang saat ini berlari tergesa-gesa. Di sebelahku ada Elena, sahabatku sejak kecil. Aku membawanya ikut serta dalam pelarian ini, lari dari "mereka" yang begitu mengerikan. Tak bisa kutebak apakah mereka masih ada di belakang dan berlari mengejar kami.Hahh ... hahh ... harus bagaimana lagi ini?! Sendi-sendi di kakiku seperti mau lepas! Tapi aku tak bisa berhenti sekarang! Aku lelah dan haus!"Ayo lari lebih cepat lagi, Len!" Aku menarik tangan Elena lebih kuat, aku bahkan tak sadar telah meremas pergelangan tangan mungilnya."Tu-tunggu, Aaron!" Gadis itu meringis kesakitan, entah karena perbuatanku yang terus menarik tangannya atau karena batu-batu kecil yang menusuk telapak kaki. Aku tahu sepertinya aku terlalu kasar dengannya, tapi aku benar-benar panik sekarang, dan indra pendengaranku seolah ditulikan! Aku tak meme

    Last Updated : 2021-05-13
  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   10. Berlari Seorang Diri

    Sial! Tadi itu benar-benar mengerikan!Kini aku percaya apa yang nenekku katakan! Semua! Semua yang dia katakan, mulai sekarang aku akan selalu mempercayainya! Tak peduli jika yang dikatakannya itu terdengar mustahil, aku akan tetap percaya terhadap apa yang nenekku yakini!Ya, anggaplah aku ini pengecut! Karena aku memang seorang penakut, pecundang yang memalukan, tapi aku benar-benar ketakutan! Sangat. Ini saja aku sudah berlari tak tentu arah, tak tahu ke mana kaki ini membawa. Aku hanya ingin berlari melarikan diri, menghindar dari mereka yang mungkin saja akan menargetkanku setelah mendapatkan sahabatku.Ah, Elena, maafkan aku yang lemah dan penakut ini. Seharusnya aku tadi melawan mereka dan menyelamatkanmu. Andai saja aku berani dan meraih tanganmu tanpa rasa takut, mungkin kau masih ada di sisiku dan berlari menuju tempat yang sama denganku saat ini.Rasa-rasanya aku seperti seorang iblis berwajah malaikat. Maksudku seperti Samael, dia adalah sala

    Last Updated : 2021-05-13
  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   PROLOG

    Mereka bersembunyi jauh di dalam kegelapan .... Menunggu hingga kau bangun dan terjaga dari lelap. Dengan mata besarnya yang berwarna merah menyala, tubuh kecil yang diselimuti lendir hijau dan lengket, serta kuku di tangan dan kaki yang begitu panjang. Mereka bukanlah makhluk yang senang berburu sendirian. Sendiri membuat mereka tak berdaya, namun jika bersama dengan semuanya, mereka akan semakin kuat dan kuat. Tak peduli sehebat apa teknik seseorang untuk berubah, mereka tetap tidak akan mau mengerti. Sebab, mereka lebih sering mencari mangsa bersama kelompoknya. Mereka lincah, bahkan mampu berlari dengan kedua kakinya layaknya manusia, bisa mengeluarkan raungan keras seperti sang Alpha, sanggup mencabik mangsa dengan mulut yang dibekali gigi super tajam. Mereka bertubuh kecil dan sering dianggap tak berbahaya, namun sebaliknya, mereka adalah makhluk yang keji dan buas.

    Last Updated : 2021-05-08
  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   01. Kisah Desa Birdben

    Kisah ini sederhana, diawali dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan biasa yang sering diajukan oleh anak-anak seusiaku. Kutanyakan kepadamu, apa kau tahu apa itu legenda? Apakah itu hanya sebuah cerita rakyat yang digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak? Sebenarnya apa itu mitos? Aku sempat berpikir, bahwa ini hanyalah sejenis permen bulat rasa mint yang terasa enak di lidah, merek permen yang banyak dijual di kota besar. Dan aku tak terlalu menyukai permen jenis ini jika mengingat keterkaitan namanya dengan makna mitos itu sendiri. Ah, kau tak paham maksudku tadi? Yang kusinggung tadi itu adalah permen Mentos. Mentos sendiri adalah sebuah merek permen rasa mint dalam kemasan yang dijual di toko-toko dan mesin jual otomatis. Sebenarnya tak ada hubungannya antara Mentos dan mitos. Itu hanya imajinasi anak kecil yang suka menyembunyikan coklat di antara sela-sela giginya saja. Perlu kau k

    Last Updated : 2021-05-08
  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   02. Lima Orang Anak

    Birdben adalah desa di mana aku dilahirkan dan dibesarkan. Tak ada yang spesial di desaku ini. Bahkan pemukiman manusia yang terletak di dalam hutan ini pun tak lebih luas dari lapangan golf skala sedang. Yang membedakan desaku dari desa-desa di wilayah lain seperti desa Nyalzh, desa Azwath, dan desa Banshee yang letaknya ada di sebelah Utara dan Selatan hanyalah pagar kayu setinggi 20 meter yang bertujuan melindungi kami semua dari serangan makhluk asing. Contohnya seperti serigala, beruang, atau dari serangan goblin yang telah menjadi momok warga desa ini sejak puluhan tahun yang lalu. Walau hanya terbuat dari kayu, setidaknya pagar tersebut bisa melindungi kami semua dari ancaman makhluk buas di luar sana. Tapi, kenapa tidak dibuat dari batu saja, ya? Bukankah batu lebih kuat dan kokoh? Bahkan jika ada banteng yang membenturkan kepala beserta tanduknya ke dinding, maka dinding itu tidak akan runtuh. Yah,

    Last Updated : 2021-05-08
  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   03. Malam Bulan Purnama

    Obat terbaik dari sebuah penyakit adalah pikiran yang positif. Semakin banyak energi baik yang kita hasilkan, maka rasa sakit yang merupakan energi negatif itu akan berubah menjadi energi yang positif. Jika kita malah semakin banyak berpikiran buruk, maka itu akan menekan energi positif yang ada pada kita dan itu hanya akan membuat proses pemulihan kita berjalan lambat. Kira-kira itulah yang dikatakan oleh guruku di sekolah saat menerangkan jenis tanaman obat yang bisa kita temui di hutan. Yah, aku akui, aku memang tak sepintar Deinn dan sedewasa Albert, tapi aku sudah pastikan bahwa Ivanoff masih setingkat di bawahku. Ha ha! "Aaron! Jangan lupa meminum obatmu!" teriak Ibu dengan nyaring dari luar. Aku yang memang senang mengunci diri dalam kamar lantas melirik jam dinding yang bergambar karakter kartun favoritku; Mickey Mouse, yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. "Baik, Bu!" teriakku

    Last Updated : 2021-05-10
  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   04. Malam Bulan Purnama 2

    Ini benar-benar berada di luar harapanku, aku bahkan tak pernah membayangkan akan berada di hutan Lakebark pada malam hari. Kondisi di mana aku dikelilingi oleh pepohonan dengan tinggi yang menjulang, serta malam hari tanpa bintang-bintang. Dua hal yang sangat kutakuti, yaitu kegelapan dan juga hutan terlarang. Kini aku berada di tengah-tengahnya, mengantarkan diri kepada sesuatu yang akan membangkitkan rasa takutku selama ini. Padahal aku selalu berharap agar bisa hidup tenang dan dijauhkan dari segala sesuatu yang berbahaya, misalnya terjebak di dalam hutan saat hari sudah gelap. Sayangnya, aku benar-benar masuk ke hutan itu dan dapat mendengar berbagai suara mengerikan yang silih berganti menyapa gendang telingaku. Aku masuk ke dalamnya tanpa mengenakan peralatan yang bisa melindungiku dari sesuatu yang mungkin saja akan membuat trauma masa kecilku kembali, aku masuk dengan hanya menggunakan piyama tidur

    Last Updated : 2021-05-11
  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   05. Ritual Yang Gila

    Aku tak percaya ini! Apa yang ada di atas itu benar-benar Ivanoff? Anak yang selalu menakutiku? Sahabat baikku?! Astaga! Ini bencana! Meski aku tahu jika dia ternyata benar Ivanoff, aku masih tak menyangka jika dia menjadi bagian ritual gila ini. Aku juga syok ketika tahu dialah orang yang mengenakan jubah paling beda dari yang lain, dan terlihat seperti seorang pemimpin. Setelah pulang dari tempat ini, aku akan memborbardirnya dengan banyak pertanyaan! Seperti apa yang dia lakukan di atas panggung dan mengenakan jubah paling beda dari yang lain? Sial, entah mengapa aku iri! Awalnya aku tak peduli dengan pakaian apa datang ke tempat itu, tapi setelah melihat Ivan mengenakan pakaian yang bagus, aku benar-benar ingin mengenakan jubah hitam yang sama. Maksudku, apa bagusnya memakai pakaian yang tak sama dengan yang lain? Lihat aku, aku malah memakai baju tidur! Aish, aku iri. Dan, apa-apaa

    Last Updated : 2021-05-11

Latest chapter

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   10. Berlari Seorang Diri

    Sial! Tadi itu benar-benar mengerikan!Kini aku percaya apa yang nenekku katakan! Semua! Semua yang dia katakan, mulai sekarang aku akan selalu mempercayainya! Tak peduli jika yang dikatakannya itu terdengar mustahil, aku akan tetap percaya terhadap apa yang nenekku yakini!Ya, anggaplah aku ini pengecut! Karena aku memang seorang penakut, pecundang yang memalukan, tapi aku benar-benar ketakutan! Sangat. Ini saja aku sudah berlari tak tentu arah, tak tahu ke mana kaki ini membawa. Aku hanya ingin berlari melarikan diri, menghindar dari mereka yang mungkin saja akan menargetkanku setelah mendapatkan sahabatku.Ah, Elena, maafkan aku yang lemah dan penakut ini. Seharusnya aku tadi melawan mereka dan menyelamatkanmu. Andai saja aku berani dan meraih tanganmu tanpa rasa takut, mungkin kau masih ada di sisiku dan berlari menuju tempat yang sama denganku saat ini.Rasa-rasanya aku seperti seorang iblis berwajah malaikat. Maksudku seperti Samael, dia adalah sala

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   09. Elena Menghilang

    "Cepat, Len! Kita harus lari lebih cepat!" Aku memberi perintah kepada sahabatku, meneriakinya untuk menambah laju kecepatan kami. Bukan aku saja yang saat ini berlari tergesa-gesa. Di sebelahku ada Elena, sahabatku sejak kecil. Aku membawanya ikut serta dalam pelarian ini, lari dari "mereka" yang begitu mengerikan. Tak bisa kutebak apakah mereka masih ada di belakang dan berlari mengejar kami.Hahh ... hahh ... harus bagaimana lagi ini?! Sendi-sendi di kakiku seperti mau lepas! Tapi aku tak bisa berhenti sekarang! Aku lelah dan haus!"Ayo lari lebih cepat lagi, Len!" Aku menarik tangan Elena lebih kuat, aku bahkan tak sadar telah meremas pergelangan tangan mungilnya."Tu-tunggu, Aaron!" Gadis itu meringis kesakitan, entah karena perbuatanku yang terus menarik tangannya atau karena batu-batu kecil yang menusuk telapak kaki. Aku tahu sepertinya aku terlalu kasar dengannya, tapi aku benar-benar panik sekarang, dan indra pendengaranku seolah ditulikan! Aku tak meme

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   08. Makhluk Mengerikan

    Aku dan Elena melanjutkan aksi nekat kami dan memilih jalan kaki saja menuju desa. Toh, tak ada alat transportasi lain ke desa kami selain berjalan kaki dan harus kuakui, perjalanan ini akan sangat melelahkan!"Aaron," panggil Elena pelan di sela-sela langkah kaki kami pulang ke desa. Ekspresi gadis itu terlihat cemas. "Apa tak apa pergi sendirian seperti ini tanpa ditemani orang dewasa?"Aku langsung meringis mendengar pertanyaan itu. Jika dipikir-pikir sekali lagi ... apa yang Elena katakan itu ada benarnya juga.Seharusnya tadi aku membangunkan mereka semua dan pulang bersama ke desa, agar dalam perjalanan kami semua akan aman dan tidak perlu merasa takut berada di dalam hutan gelap yang menakutkan. Tapi lihat perbuatanku ini! Aku malah bertindak ceroboh dan malah menempatkan Elena ke dalam bahaya.Aahh, Aaron! Rasanya aku ingin memaki diriku sendiri, tapi itu bukan sesuatu yang baik."Aaron, a-aku takut."Elena menempel padaku dan ingin

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   07. Melarikan Diri Dari Neraka

    "Elena!" Aku berteriak di tengah hutan mencari keberadaan sahabat karibku. Mustahil aku bisa mengabaikan gadis kecil itu, dia jauh lebih penakut dan aku akan menemaninya bersama ketakutannya itu! "Elen!" "Elen! Di mana kau?!" Aku yang telah selesai memeriksa keadaan Deinn, Albert dan juga Ivan dengan segera menuruni panggung dan kemudian memanggil-manggil sahabat perempuanku. Aku tahu, seharusnya sejak awal aku cari dulu Elena baru kemudian beranjak mendatangi ketiga sahabatku yang lain. Sampai saat itu aku belum juga melihat Elena. Aneh, padahal tadi dia sedang bersandar pada pohon dan aku sendirilah yang sudah memindahkannya ke sana, tapi saat aku kembali Elena sudah tidak ada di sana. Aku pun memutari area itu dan tanpa sadar telah menginjak sesuatu. "Elen!" pekikku tanpa sadar. Ternyata yang tak sengaja kuinjak itu adalah tangan

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   06. Terjebak Di Hutan

    Hal pertama yang kulihat ketika membuka mata adalah langit malam dan dahan pepohonan yang rimbun. Hari masih gelap dan aku rasa malam kali ini lebih panjang dari malam-malam yang kulewati sebelumnya. Entah kenapa, seolah-olah malam ini berbeda dari malam lainnya. Hal kedua yang kurasakan saat itu adalah seluruh badanku terasa lengket. Seperti ada yang meresap pada kain satin baju tidur yang aku kenakan. Tidak hanya terasa di punggung saja, bahkan aku bisa merasakan sesuatu yang basah itu mengotori tubuh bagian belakangku juga. Rasanya menjijikkan. Aku berbaring dengan kedua tangan di sisi tubuh, tapi aku sendiri tak bisa merasakan kedua kakiku. Rasanya seperti kesemutan, tapi aku tak merasakan apa-apa selain kaki yang tidak bisa diangkat meski sudah mencoba mengangkatnya dengan hati-hati. Ah, sudahlah, setidaknya aku bisa berbaring lebih lama lagi di sini tanpa perlu repot-repot beranjak dan membuatku pusing lagi.

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   05. Ritual Yang Gila

    Aku tak percaya ini! Apa yang ada di atas itu benar-benar Ivanoff? Anak yang selalu menakutiku? Sahabat baikku?! Astaga! Ini bencana! Meski aku tahu jika dia ternyata benar Ivanoff, aku masih tak menyangka jika dia menjadi bagian ritual gila ini. Aku juga syok ketika tahu dialah orang yang mengenakan jubah paling beda dari yang lain, dan terlihat seperti seorang pemimpin. Setelah pulang dari tempat ini, aku akan memborbardirnya dengan banyak pertanyaan! Seperti apa yang dia lakukan di atas panggung dan mengenakan jubah paling beda dari yang lain? Sial, entah mengapa aku iri! Awalnya aku tak peduli dengan pakaian apa datang ke tempat itu, tapi setelah melihat Ivan mengenakan pakaian yang bagus, aku benar-benar ingin mengenakan jubah hitam yang sama. Maksudku, apa bagusnya memakai pakaian yang tak sama dengan yang lain? Lihat aku, aku malah memakai baju tidur! Aish, aku iri. Dan, apa-apaa

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   04. Malam Bulan Purnama 2

    Ini benar-benar berada di luar harapanku, aku bahkan tak pernah membayangkan akan berada di hutan Lakebark pada malam hari. Kondisi di mana aku dikelilingi oleh pepohonan dengan tinggi yang menjulang, serta malam hari tanpa bintang-bintang. Dua hal yang sangat kutakuti, yaitu kegelapan dan juga hutan terlarang. Kini aku berada di tengah-tengahnya, mengantarkan diri kepada sesuatu yang akan membangkitkan rasa takutku selama ini. Padahal aku selalu berharap agar bisa hidup tenang dan dijauhkan dari segala sesuatu yang berbahaya, misalnya terjebak di dalam hutan saat hari sudah gelap. Sayangnya, aku benar-benar masuk ke hutan itu dan dapat mendengar berbagai suara mengerikan yang silih berganti menyapa gendang telingaku. Aku masuk ke dalamnya tanpa mengenakan peralatan yang bisa melindungiku dari sesuatu yang mungkin saja akan membuat trauma masa kecilku kembali, aku masuk dengan hanya menggunakan piyama tidur

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   03. Malam Bulan Purnama

    Obat terbaik dari sebuah penyakit adalah pikiran yang positif. Semakin banyak energi baik yang kita hasilkan, maka rasa sakit yang merupakan energi negatif itu akan berubah menjadi energi yang positif. Jika kita malah semakin banyak berpikiran buruk, maka itu akan menekan energi positif yang ada pada kita dan itu hanya akan membuat proses pemulihan kita berjalan lambat. Kira-kira itulah yang dikatakan oleh guruku di sekolah saat menerangkan jenis tanaman obat yang bisa kita temui di hutan. Yah, aku akui, aku memang tak sepintar Deinn dan sedewasa Albert, tapi aku sudah pastikan bahwa Ivanoff masih setingkat di bawahku. Ha ha! "Aaron! Jangan lupa meminum obatmu!" teriak Ibu dengan nyaring dari luar. Aku yang memang senang mengunci diri dalam kamar lantas melirik jam dinding yang bergambar karakter kartun favoritku; Mickey Mouse, yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. "Baik, Bu!" teriakku

  • HUMAN AND THEIR NIGHTMARE (Bahasa Indonesia)   02. Lima Orang Anak

    Birdben adalah desa di mana aku dilahirkan dan dibesarkan. Tak ada yang spesial di desaku ini. Bahkan pemukiman manusia yang terletak di dalam hutan ini pun tak lebih luas dari lapangan golf skala sedang. Yang membedakan desaku dari desa-desa di wilayah lain seperti desa Nyalzh, desa Azwath, dan desa Banshee yang letaknya ada di sebelah Utara dan Selatan hanyalah pagar kayu setinggi 20 meter yang bertujuan melindungi kami semua dari serangan makhluk asing. Contohnya seperti serigala, beruang, atau dari serangan goblin yang telah menjadi momok warga desa ini sejak puluhan tahun yang lalu. Walau hanya terbuat dari kayu, setidaknya pagar tersebut bisa melindungi kami semua dari ancaman makhluk buas di luar sana. Tapi, kenapa tidak dibuat dari batu saja, ya? Bukankah batu lebih kuat dan kokoh? Bahkan jika ada banteng yang membenturkan kepala beserta tanduknya ke dinding, maka dinding itu tidak akan runtuh. Yah,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status