YUK VOTE YA
Lily sudah akan pulang ketika melihat Brandon menyeret lengan Carla untuk dia bawa masuk ke ruang gim. Lily segera berhenti untuk bersembunyi di sisi loker sambil meraba dadanya yang tiba-tiba berdegup kencang. Sungguh Lily ingin tahu apa yang mereka lakukan tapi mustahil untuk ikut masuk, dia pasti ketahuan.Akhirnya Lily tetap menunggu di samping Loker, dia menunggu untuk sekedar memastikan berapa lama Carla dan Brandon berada di dalam sana. Kira-kira sekitar sepuluh menit Brandon yang keluar lebih dulu. Lily menegakkan punggungnya untuk lebih rapat ke diding agar tidak ketahuan sambil terus berdoa semoga Brandon keluar melalui lorong sebelah kana. Detik-detik itu menjadi penuh ketegangan karena tiap butir udara yang sedang Lily hidup tiba-tiba jadi terdengar semakin berisik nyaring.Lily memejamkan mata dengan pasrah dan baru merasa lega begitu mendengar suara langkah kaki Brandon yang menjauh. Lily juga buru-buru keluar dari lorong di sebelah kiri yang tembus ke halaman samping.
Masalah ini bukan lagi maslah sepele dari pria iseng yang ingin mendapatkan fantasi sex dengan memeras gadis muda. Masalah ini sudah melibatkan tindakan kriminal dan telah mengakibatkan lenyapnya beberapa nyawa. Lily tidak mau main-main lagi."Lepas mantelnya di sini!" ibu Brandon mengajak kedua anak muda itu ke salah satu ruangan dengan perapian yang sudah menyala.Lily mengikuti Brandon untuk menggantung mantelnya di tiang khusus. Setelah bergulung-gulung di halaman bersalju sekarang sepatu serta kaus kaki Lily menjadi lembab dan basah. Salju yang tadi menempel langsung mencair begitu ia bawa masuk ke dalam rumah berpenghangat."Duduklah di dekat perapian agar kakimu tidak keriput," saran dari ibu Brandon dan Lily mengikutinya dengan patuh.Ada sofa yang cukup nyaman tepat di samping kiri perapian berdinding narmer, beberapa foto masa kecil brandon terlihat berjejer di atasnya. Lily langsung duduk untuk melepas kaus kakinya yang tidak nyaman. Lily memakai kaus kaki tebal hingga ke pa
Lily baru selesai mandi dan sedang menggosok gigi di depan cermin wastafel ketika Brandon yang baru bangun langsung ikut menyusul masuk. Pemuda itu hanya memakai celana boxer tanpa pakaian seperti kebiasaannya ketika tidur, tidak perduli di musim panas atau musim dingin. Brandon juga langsung ikut berdiri di depan cermin untuk menggosok gigi.Belum ada yang saling bicara hanya dengungan sikat gigi elektrik dan kran air yang menjadi sumber sura di tengah keheningan pagi mereka. Sebenarnya Lily masih kesal dengan Brandon yang suka semaunya sendiri dan Brandon juga masih belum terlalu perduli karena kondisinya masih baru bangun."Aku akan datang ke pemakaman Nicolas." Lily hanya memberitahu tidak berniat mengajak Brandon karena dia masih ingat peristiwa pemakaman Mikey yang jadi gaduh karena kedatangan mereka berdua.Brandon masih belum menoleh atau bicara, dia hanya fokus pada kegiatannya sampai kemudian ia mengambil air dalam gelas untuk berkumur."Nanti akan kuantar.""Tidak perlu, aku
Lily sudah bertekad hanya akan menyelesaikan sampai ujian akhirnya bulan depan dan dia akan segera kembali ke Seattle. Hari ini Lily juga menghindari Brandon, dia makan siang bersama Carla di jam istirahat pertama dan tinggal di dalam kelas selama jam istirahat kedua. "Apa kemarin kau menghadiri pemakaman Nicolas?" tanya Alice yang kebetulan juga tidak keluar kelas di jam istirahat. "Ya." Lily terlihat menghela napasnya dengan agak berat. "Aku juga akan melanjutkan tahun ajaran depan di Seattle." "Kau akan keluar?" kaget Alice sampai mencondongkan tubuhnya ke depan meja. Kate yang baru berdiri dari tempat duduknya juga terlihat melirik mereka berdua. Lily yakin dia juga mendengarkan ucapannya. Lily balas menatap Kate dengan tanpa basa-basi. "Aku akan tetap menyelesaikan ujian akhir semester ini." "Aku pasti merindukanmu." "Kita masih berteman di manapun," hibur Lily. "Media sosialku masih aktif meski akan dibatasi karena berada di sekolah asrama lebih disiplin. "Apa karena semu
HARI KEMATIAN NICK Carla menjemput Nick untuk datang bersamanya di acara Valentine. Carla memakai kostum Juliet dan Nick memakai baju zirah milik Romeo, mereka sedang berpura-pura menjadi pasangan karena sedang sama-sama tidak memiliki teman kencan di hari valentine. Sebenarnya hubungan Nick dan Carla tidak pernah benar-benar baik akhir-akhir ini tapi Nick sama sekali tidak menyangka jika Carla sedang merencanakan sesuatu untuknya. Apa lagi Carla juga nampak sangat cantik malam itu. Dia terlihat seperti malaikat dengan sayap putih kecil di punggungnya, malaikat yang bakal ikut seta mencabut nyawanya. Carla menghentikan mobilnya di halaman parkir tidak jauh dari pintu aula yang sedang di gunakan untuk pesta. Sekolah Elite milik keluarga Lington memiliki aula mewah yang tidak kalah dengan ballroom hotel. Carla sengaja datang lebih awal tapi ternyata anak-anak sudah sangat ramai. [Suruh dia menunggumu di ruang gim] Carla membaca pesan yang masuk ke ponselnya dan langsung dia hapus. C
Malam harinya setelah mereka makan malam, Lily masih berharap Carla mau bercerita tapi ternyata dia tetap tidak mau membahas apapun. Carla langsung tidur meringkuk memeluk guling seperti orang yang sedang kedinginan padahal kamar Lily cukup hangat.Lily tidak bisa memaksa karena masalah Carla sepertinya memang cukup sensitif. Lily cuma semakin cemas karena dia yakin Carla tidak hanya sedang tertekan tapi mungkin dia juga sedang diperas sama seperti dirinya. Meski itu baru dugaan tapi Lily jelas bisa melihat ada ketakutan yang coba disembunyikan Carla.Carla menginap dua malam di tempat tinggal lily dan mengabaikan telepon dari ayahnya sejak kemarin."Mungkin dia mengkhawatirkanmu." Lily menyarankan Carla agar mengangkat telepon orang tuanya."Aku akan pulang." Carla bangkit berdiri.Lily bisa mengerti dengan berbagai masalah rumit yang sedang dihadapi Carla meskipun dia menolak untuk berbagi bercerita. Tadi malam Carla hanya bercerita sekilas mengenai hubungannya yang semakin buruk den
Tangan Lily serasa bergetar ketika harus mencoret nama Carla dari list yang pernah dia buat. Tidak ada yang seratus persen baik dan tidak ada yang seratus persen buruk, demikian juga dengan sebuah hubungan yang wajar. Air mata Lily kembali mengalir tiap kali teringat malam kemarin ketika mereka masih tidur bersama. Berita kematian Carla yang Lily dengar hari ini rasanya masih seperti mimpi dan sulit untuk dipercaya. Kematian memang tidak dapat dihentikan, tapi bencana yang terus beruntun rasanya tetap tidak wajar untuk disebut kebetulan.*****Brandon Lington kembali dipersilahkan duduk di hadapan Inspektur Conrald yang sudah menunggunya. Setelah memperlihatkan hasil rekaman kamera CCTV dari rumah korban Inspektur Conrald juga langsung memberikan pertanyaan untuk pemuda itu"Berdasarkan hasil rekaman kamera CCTV dan keterangan pihak keluarga kau datang mengunjungi korban tadi malam?""Ya." Brandon masih cukup tenang. "Tapi bukankah jelas dalam video itu jika Carla masih hidup ketika a
Ayah Carla adalah seorang politikus berpengaruh, dia tidak terima dengan kematian putrinya dan menuntut kasusnya diusut sampai tuntas meskipun Carla ditemukan meninggal karena overdosis. Kedua orang tua Carla tidak percaya jika putri mereka menjadi pecandu obat-obatan terlarang karena yang mereka tahu Carla sangat sehat bahkan dia tidak minum alkohol."Aku sangat takut." Telapak tangan Lily terus menggigil, menggenggam kencang ponsel yang masih menempel di telinganya."Aku akan segera ke sana dan ingat jangan memberi keterangan apapun sebelum aku tiba!" Tobias mengigatkan Lily dengan tegas.Tobias juga menambahkan beberapa peringatan agar Lily patuhi. Lily hanya terus mengangguk sambil memperhatikan beberapa petugas kepolisian yang masih berkeliaran di rumahnya."Sekarang tutup teleponnya dan lakukan apa yang tadi kuperintahkan."Lily menutup panggilan teleponnya kemudian menghampiri Inspektur Conrald."Aku tidak akan memberi keterangan apapun sampai pengacara dan keluargaku tiba." Lil
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut