"Itu dia!" tunjuk Mateo pada Jared yang baru kembali dari gudang jerami dan baru melangkah ke pintu istal.
Tobias Harlot ikut menoleh mengikuti Mateo. Sebenarnya Jared tidak tahu jika Tobias akan datang hari ini, tapi Jared tahu jika tujuannya datang belakangan ini hanya untuk mendekati Mara. Sebagai pria yang sudah sama-sama dewasa tentu mereka tidak mau mempermasalahkan soal wanita.
"Kemari Anak Muda, Mr. Harlot mencarimu!" teriak Mateo karena suara aktifitas para pekerja yang sedang melepas palang kuda juga cukup berisik.
"Apa Anda ingin kusiapkan kuda?" Jared langsung bertanya.
"Tidak, aku hanya ingin bicara denganmu."
"Baiklah."
yuk jangan lupa vote untuk mendukung cerita ini
Bukannya pulang ke pondok Jared malah mengambil kuda untuk dia tunggangi ke savana. Jared pergi ke danau dan ternyata dia tetap tidak menemukan siapa-siapa. Jared masih sangat yakin jika pria yang sering pergi sendirian ke tempat ini ada hubungannya dengan kematian Anelies. Jared terus memperhatikan puntung rokok yang berceceran di sekitar batu, semuanya sama, dari orang yang sama, karena biasanya masing-masing orang memang hanya akan memilih merek tertentu. Tobias Harlot kembali memutar ulang video yang sudah hampir tiga kali dia simak. Tadi malam Tobias sengaja memberi para pekerja istal begitu banyak anggur agar mereka mabuk supaya Tobias lebih mudah mengenali karakter mereka. "Hanya Mato Biziel yang tidak terlihat menyentuh minuman sama sekali." "Setahuku dia memang tidak
Mara mengantarkan Tobias Harlot sampai di halaman. "Ingat jaga dirimu, Mara," pesan Tobias sambil memperhatikan para laki-laki yang sedang bekerja di depan halaman istal. "Jangan terlalu khawatir." "Ingat, bisa siapa saja di antara mereka!" Mara mengangguk dan membiarkan Tobias menciumnya sekali lagi sebelum pemuda itu masuk ke dalam mobil. "Aku akan merindukanmu." "Sudah sana pergi! biar kau cepat rindu," canda Mara menanggapi ucapan manis Tobias Harlot yang coba terus menggodanya. Tobias masuk ke dalam mobil yang kacanya masih dibiarkan terbuka untuk melambai pada Mara. Ma
"Kenapa lagi, Bibi?" tanya Mara yang baru turun dari tangga. "Ovennya rusak lagi." "Beli saja yang baru." "Tunggu sebentar, aku sudah menyuruh Mateo untuk memanggil Jared." "Apanya yang rusak?" "Entah, sama sekali tidak bisa dinyalakan." Mara coba memeriksa dan baru membuka pintu oven jarinya malah terjepit dan langsung menjerit kaget. "Ao!" Mara spontan mengibas-ngibaskan jarinya yang sakit berdenyut-denyut dan baru sadar jika dia juga memercikan darah segar ke lantai dan meja. "Oh Tuhan!" bibi Carolina ikut terkejut kare
Menjelang akhir musim gugur hujan semakin sering datang dan suhu udara sudah mulai turun. Beberapa kuda yang habis dilepas menjadi kotor dengan lumpur, Mateo membersihkan semua kaki kuda sebelum memasukkan mereka kembali ke dalam istal. Semua kuda harus dipastikan kebersihannya agar bulunya tetap mengkilat sebagai kuda yang sehat. Selain memberi makan kuda tugas Mateo juga membersihkan kandang dan memandikan para kuda. Jared membantu untuk menyikat kaki kuda sedangkan Mateo menyemprotkan air dari selang. Dengan suhu udara yang mulai turun seperti ini semua orang sudah enggan untuk berurusan dengan air setiap kali memang cuma Jared yang seperti tidak pernah memiliki rasa dingin, mungkin karena darahnya juga panas seperti darah kuda. Jared melihat Mara berjalan menyebrangi halaman dari rumah utama dan masuk ke dalam istal. Wanita itu sudah memakai baju berkuda dengan lengan panjang,
"Mateo benda apa ini?" teriak Gerik yang baru masuk ke bilik istal untuk mengambil pakan ternak dan malah menemukan bra wanita yang tersangkut di antara tumpukan karung. "Aku tidak tahu!" Mateo dan felix juga kaget melihat bra berwarna merah muda yang ditenteng keluar oleh Gerik. "Cuma nona Clark yang tadi kulihat keluar dari istal," kata Mateo dengan wajah tak berdosanya. "Di mana Jared?" Gerik langsung curiga. "Tadi dia membantuku memandikan kuda kemudian juga pergi ---" belum sampai Mateo menyebutkan 'istal' Gerik sudah lebih dulu memenggalnya "Oh, sial sepertinya aku kalah taruhan!" umpat Gerik.
Hari sudah mulai petang dengan hujan deras yang berangin. Mateo berlari dari istal menyeberangi halaman rumah utama. "Kenapa kau sampai basah kuyup seperti itu?" tegur Carolina begitu melihat pria tua itu berdiri di teras samping. "Mato," gugup Mateo dengan menggigil karena suhu udara yang nyaris membeku. "Mato menggali kuburan para kuda!" "Apa dia gila!" Carolina langsung melebarkan matanya sambil berkacak pinggang. "Dia menggali di tengah hujan." "Apa yang terjadi?" tanya Mara yang baru ikut keluar karena mendengar keributan di teras rumahnya. Begitu Mateo menjelaskan apa yang baru dia lihat Mara langsung mengambil payung da
Setelah mendengar semua cerita Mara mengenai Mato Bizil, Tobias kembali menekuni buku-buku tua yang kemarin dia bawa dari perpustakaan keluarga Loghan. Dugaannya semakin mengerucut kuat jika semua kejanggalan ini memang ada hubungannya dengan pemujaan pada mahluk terkutuk di masa lampau. Sesuatu yang sangat tidak masuk akal, apalagi untuk orang seperti dirinya. Tobias Harlot adalah seorang jenius, CEO untuk sebuah perusahan otomotif dan teknologi paling besar abad ini, sekarang tiba-tiba dia harus mempelajari berbagai mitos dan kepercayaan suku primitif yang tidak bisa dicerna oleh komposisi otaknya. Tobias kembali membenahi kacamata bacanya dan memijit pangkal hidungnya yang ikut nyeri akibat terlalu banyak membaca sesuatu yang juga semakin tidak bisa di nalar. Yang lebih tidak masuk akal semua ini juga erat kaitannya dengan para leluhur keluarga Loghan. Keluarga bangsawan yang tetap m
Tidur Jared kembali gelisah tapi kali ini bukan hanya karena sekedar terusik mimpi buruknya tapi sekujur tubuhnya terasa panas, sangat panas tidak seperti biasanya, tiap celah pori-porinya seperti menguap. Jared tersentak bangun oleh jeritan seorang wanita, suaranya melengking netra kelabunya melebar. "Mara," gumam pemuda itu, jantung Jared masih berdentam-dentam mencengkram permukaan seprai tempat tidurnya karena langsung teringat Mara. Wanita yang sebenarnya sudah membuatnya kesal seharian tadi. Tapi sepertinya bukan suara teriakan yang membangunkan Jared tapi suara seruling. Entah untuk apa Mato bermain seruling di tengah malam, nadanya agak tinggi melengking dan membuat telinga Jared sakit. Jared membuka jendela kamarnya dan melihat cerobong asap yang masih mengepul dari pondok
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut