Geby memang sudah terlalu berani, wanita yang selau berhasil membuat Jeremy terpancing untuk bertindak terburu-buru dan ingin marah."Aku tahu kau bukan pengecut, Nona Harlot!" tegur Jeremy ketika Geby coba beringsut dari tekanan otot pinggulnya yang sudah mengeras untuk dihadapi.Geby tahu jika seorang Jeremy Loghan akan tetap memaksanya suka ataupun tidak suka. Dia akan tetap mendapatkan yang dia mau dengan suka rela ataupun memaksa. Jika Geby lebih pintar seharusnya dia juga bisa lebih cerdas untuk memanfaatkannya."Kau sudah berjanji untuk memberikan apapun untukku!" Geby mengingatkan."Katakan saja?""Suruh wanita itu pergi dari rumah ini!""Itu menyangkut kapasitas orang lain aku tidak bisa karena Ovelia masih bekerja untukku. Kau bisa meminta jabatan untuk saudaramu atau kemewahan apapun.""Aku akan melakukanya untuk sepupuku."Jeremy langsung menyeringaikan senyum licik sambil menarik Geby untuk duduk di atas kedua pangkal pahanya."Katakan lagi...." Jeremy memang nampak sepert
Siang itu Geby benar-benar pergi ke makam James bersama Lily dan Tobias. Walaupun tidak berkomentar apa-apa bukan berarti Jeremy tidak memperhatikan kedekatan mereka bertiga. Dari situ Jeremy bisa melihat jika Geby sepertinya memang tetap hanya akan lebih loyal terhadap keluarganya dan juga James. Bahkan wanita itu rela melayaninya seperti tadi malam hanya untuk mereka.Sebenarnya Jeremy juga sadar kemana arah permainannya, tapi kadang keinginannya juga jadi tidak bisa diduga. Karena sekarang sepertinya Jeremy tidak hanya sekedar ingin memiliki tubuh wanita itu di atas ranjang tapi juga loyalitasnya.*****Tobias dan Geby pulang dari makam setelah lewat tengah hari dan Tobias Harlot juga harus langsung kembali ke New York sore ini. Setelah Tobias berpamitan pulang Geby merasa rumah mereka seketika kembali sepi.Lily memang jadi banyak tertawa dan berceloteh lagi selama keberadaan Tobias di rumah mereka, mungkin Geby juga sudah sangat rindu untuk kembali melihat kebahagiaan di rumah k
"Kau harus tahu jika kuda tidak hanya ditunggangi tapi juga diikat!"Jeremy benar-benar mulai mengikat tangan dan kaki Geby di tiang ranjang, bahkan dengan sedikit merentangkannya sehingga Geby tidak bisa beringsut untuk merapatkan kaki."Ini penindasan, Jeremy!""Kau akan berteriak minta pertolongan jika benar ini penindasan!" tantang Jeremy yang tahu wanita seperti Geby tidak akan membuang harga dirinya untuk berbuat seperti itu.Geby memang tidak akan membiarkan siapapun tahu jika dirinya telah diperlakukan seperti ini oleh pria yang sudah menikahinya."Ini hanya sex dan tidak akan menyentuh keyakinanku sedikitpun!" desis Geby ketika Jeremy mulai membuka satu-persatu pakaiannya."Simpan saja mulut manismu, Nona Harlot!"Jeremy tetap melucuti pakaian Geby bahkan mengambil gunting yang waktu itu juga Geby gunakan untuk merobek gaun pengantinnya sendiri."Oh, brengsek!" maki Geby melihat Jeremy mulai menggunting celananya.Karena posisi pergelangan kaki Geby yang sudah terikat, jadi mu
Kamar mereka masih gelap dan Geby benar-benar dalam kondisi tidak siap ketika tiba-tiba Jeremy sudah menungganginya dengan memaksa dan terburu-buru.Jeremy memang sedang menyerang intinya tapi kenapa nyawa Geby yang rasanya sedang terancam oleh perbuatan laki-laki itu.Geby takut, takut bagaiman jika ternyata dia juga menyukainya, 'menyukai perbuatan pria yang menyentuhnya seperti monster!' Karena sepertinya Geby juga ikut mengaitkan kaki ke pinggang Jeremy Loghan sampai menjelang pagi.Geby meraba kembali bibirnya yang masih terasa membengkak dan badannya lengket oleh sisa persetubuhan mereka yang panas seperti tungku pembakaran. Samar-samar Geby juga masih ingat seperti apa rasanya ketika tubuh mereka saling bergelut, bergesekan dan tindih-menindih untuk saling mendesak tanpa ada yang mau mengalah. Kulit Jeremy terasa panas menguapkan aroma sex yang kuat dari sekujur tubuhnya yang meregang maskulin. Menikamkan siksaan yang sedang mencengkram kejantanannya untuk terus diterima dan
Rumah keluarga Loghan kembali terlihat damai, kepergian Jeremy dan Ovelia perlahan ikut membawa atmosfer kembali ke peradabannya. Burung-burung kecil pun sudah tidak enggan lagi untuk berkicau. Pagi-pagi para pengurus rumah serempak membuka semua tirai dan jendela.Setelah musim dingin yang panjang di tutup dengan tingginya curah hujan kali ini sepertinya musim semi akan benar-benar tiba. Semua daun jendela direntangkan membiarkan cahaya melimpah dari matahari pagi ikut menghangatkan lantai marmer yang sempat ikut membeku di sepanjang musim dingin. Beberapa minggu ini rumah keluarga Loghan juga sudah tidak memerlukan penghangat lagi. Musin semi akan ikut membawa serta serbuk bungan membumbung memenuhi udara. Bunga-bungan di perbukitan akan segera bersemi menjadi musim terindah yang selalu membuat Geby tidak bisa berhenti mencintai tempat ini.Geby kembali memejamkan mata sejenak menghirup udara untuk memenuhi paru-parunya hingga dadanya ikut mengembang. Geby bisa kembali merasakan kele
Di salah satu gedung pencakar langit yang paling menjulang di pusat kota New York, Jeremy Loghan telah mengalihkan semua kantor pusat kerajaan bisnisnya dan mengakuisisi seluruh kepemilikan Loghan Group di bawah naungan perusahan miliknya sendiri. Jeremy Loghan tidak hanya kaya raya tapi dia juga memiliki kekuasaan yang dapat membeli apapun, termasuk rahasia militer atau pun senjata nuklir sekalipun.Dengan wajah karismatiknya yang juga mencekam, Jeremy Loghan jelas bukan orang yang bakal memiliki kemurahan hati pada kebodohan siapapun yang telah berani mengusiknya. Pria itu sedang duduk di atas singgasananya mencengkram ujung sandaran tangan kursinya ketika menyimak hasil temuan baru yang dilaporkan oleh orang suruhannya.Jeremy sudah bisa membaca kemana arah permainan ini selanjutnya.Sejak awal Jeremy sudah yakin jika kecelakaan yang menimpa James juga ulah dari mereka, mereka yang sepertinya juga terlibat dalam kecelakaan kedua orang tuanya.Sekarang Jeremy sudah memegang semua buk
Geby langsung terkesiap tegang dan waspada ketika Jeremy Loghan membuka pintu dan langsung berjalan menghampirinya.Geby masih duduk di ujung ranjang mengepalkan tangan ke dadanya seperti sedang berdoa karena yakin pria itu tidak hanya sekedar marah dan Geby bersumpah tidak akan pernah mau dipaksa lagi dengan cara apapun.Ternyata Jeremy justru tidak bicara apa-apa dia hanya langsung meraih tangan Geby yang mengepal, meregangkannya pelan-pelan dan memasukkan kembali cincin tersebut di jari manisnya. Tidak tahu kenapa sepertinya Geby jauh lebih takut dari saat pria itu datang dan langsung menjerat pinggangnya."Maaf." Geby merasa tetap layak untuk meminta maaf karena bagaimanapun hari ini dia sudah membuat semua orang ikut susah."Sudah kukatakan padamu jangan pernah melepasnya lagi!"Suara Jeremy terdengar dingin, dia juga segera berjalan pergi sambil seperti mengibaskan jari tangannya yang kaku.Geby pikir Jeremy memang akan benar-benar pergi sampai tiba-tiba dia kembali kembali berp
Geby terbangun dengan rasa malas yang luar biasa, semua tulang dan ototnya seperti masih mencair. Matahari sudah cukup tinggi, bias cahayanya menerpa tirai jendela yang masih tertutup hingga ikut berpendar terang. Geby tidak sepenuhnya ingat kapan dirinya mulai tertidur dan entah mimpi buruk apa yang menimpanya malam ini karena saat terbangun dia menemukan tubuhnya hanya bergelung dengan selimut dan tidak memakai apa-apa. Beberapa jejak kemerahan terlihat semakin jelas dalam cahaya yang benderang. Walau sudah tidak terlalu terkejut lagi ketika mendapati dirinya terbangun dalam kondisi mengerikan dan ditelantarkan, tapi kali ini sepertinya Geby justru terkejut oleh suara gemericik air dari dalam kamar mandi yang artinya Jeremy belum pergi. Geby langsung turun dari ranjang menarik selimut untuk membungkus tubuh polosnya tanpa sempat berpakaian karena ingin buru-buru memastikan.Pintu kamar mandi yang tidak sepenuhnya tertutup membuat suara air dari shower terdengar kencang dari luar.
Salju mulai menebal di pertengahan Desember dan sampai puncaknya di bulan Januari. Padang rumput yang luas sudah sempurna diselimuti salju. Meskipun para kuda termasuk hewan yang paling tahan terhadap cuaca dingin, tapi biasanya justru para pekerja yang semakin enggan membawa kuda keluar istal. Cuma Jared yang terlihat tetap tidak keberatan untuk berkeliaran di cuaca yang sudah semakin membeku, menurutnya kuda-kuda tersebut tidak hanya cukup di beri tumpukan jerami kering, mereka perlu bergerak utuk terus bugar dan mempertahankan panas tubuhnya. Mateo memperhatikan Jared yang sudah beraktifitas sejak pagi, seolah sama sekali tidak mengenal rasa dingin meskipun napasnya terlihat berkabut. "Kubuatkan minuman panas untukmu!" Mateo mengangkat segelas coklat panas utuk dia tunjukkan pada Jared yang masih sibuk membawa kuda-kuda berputar di sekitar istal. "Sebentar lagi Paman!" Jared berputar sekali lagi sebelum kemudian memasukkan kuda-kuda ke dalam istal. Paling tidak dua jam dalam se
Semua pekerja istal ikut berkumpul di beranda samping rumah utama mengelilingi meja besar di area dapur kekuasaan Carolina. Jadi jangan heran jika juru masak bertubuh subur itu jadi yang paling jumawa jika ada yang berani melanggar aturannya. Carolina sudah menyiapkan bebagai menu masakan dan seperti biasa para pria-pria tua itu selalu rakus. "Kemari, Jared. Sudah kuambilkan sup untukmu." "Karena dia masih muda dan tampan jadi kau paling memanjakannya?" "Diam kau, Kakek Tua! " Carolina tidak menghiraukan dia tetap menarik lengan Jared yang kebetulan terakhir tiba. Anelies sudah ikut duduk di tengah meja makan bersama mereka semua dan ikut menertawakan entah lelucon apa karena Jared memang sudah tertinggal. Anelies menoleh padanya dan tersenyum. "Ingat anak muda jangan coba menggoda nona kami, cukup Carolina saja. " Carolina langsung memukul punggung sepupunya itu dengan spatula. Selain sepupunya, paman Carolina dulu juga bekerj
Anelies duduk di atas batu agak datar di antara semak rumput tidak terlalu tinggi, gadis itu menyingkirkan sisa terakhir pakaiannya, membiarkan Jared melihatnya. Tungkai rampingnya yang lembut terlihat sepeti kaki peri ketika Anelies menjejak ke tepian batu tempatnya sedang duduk setengah berbaring. Jared langsung melompat turun dari punggung kuda, menyambar pakaian Anelies untuk menutupi tubuh gadis itu. "Satu minggu yang lalu usiaku sudah genap tujuh belas tahun aku sudah cukup dewasa untuk berbuat apa saja, dengan siapa saja. Kau tidak perlu khawatir, aku juga sudah pernah melakukannya," ucap Anelies pada Jared yang masih coba menutupi tubuh Anelies sekenanya. "Aku tidak akan apa-apa." Anelies mencekal tangan Jared yang hendak berdiri dan gadis itu masih menengadah se
Jared kembali melihat daun pintu kamar yang sedikit terbuka, dia tahu apa ayang akan terjadi jika dirinya tetap melangkah, tapi setiap kali rasa penasaran itu selalu tumbuh lebih besar untuk menenggelamkan sisa kewarasannya. Dirinya juga akan hancur tak tertolong dan tidak bisa dihentikan, dia bisa mengubah erangan kenikmatan menjadi jeritan bersimbah darah. Tubuhnya akan mulai bergetar meningkat semakin panas, terus bergolak seolah nadinya memang dialiri magma. Jared akan meregang dan mengerang sendiri dalam rasa kejang yang menyiksa dengan sangat luar biasa sampai akhirnya ia akan tersentak dari tidurnya dan terduduk dengan sisa jantung berdentam-dentam.Sudah lewat tengah malam, ketika Jared kembali terbangun dengan telapak tangan bergetar dan mengepal. Napasnya berderu kasar dan sama sekali belum bisa menjinakkan ritme jantungnya yang liar. Mimpi mengerikan itu kembali menerjang beru
Anelies tidak menyangkan jika bibir seorang pria akan terasa seperti ini. Hangat dan tebal bertekstur tapi tetap lembut ketika menakup dan mengaisnya dalam lumatan. Gairahnya berbeda, tidak seperti ketika dia sekedar 'flirting' bersama teman laki-laki di sekolah.Napasnya pria dewasa lebih panas merongrong untuk terus dipenuhi kemauannya. Lidahnya bisa disebut lembut tapi juga kasar dengan caranya menjerat mangsa dengan tepat. Pria itu liar, besar, panas bergemuruh penuh nyali.Jared masih menakup pipi Anelies dengan kedua telapak tangannya yang hangat sampai gadis itu cukup menengadah untuk menyambut hisapannya.Entah kemana perginya udara yang tadi nyaris membeku karena kali ini atmosfer di sekitar mereka tiba-tiba menjadi panas seperti uap sup jamur mereka yang terlupakan.Anelis merasa tengkuknya mulai dicengkeram, cukup keras tapi tidak tahu kenapa sepertinya dia juga tidak mau pria itu berhenti memperlakukannya seperti itu. Bibirnya kembali digigit
Sebentar lagi akan menghadapi musim dingin dan beberapa tahun belakangan ini musim dingin bisa menjadi lebih ekstrim, bahkan tahun kemarin sampai mencapai titik terendah minus 10 derajat celcius di bulan Januari. Dari sekarang semua pengurus istal harus bersiap agar dapat bertahan sampai musim semi tahun depan. Semua penghangat di istal harus dipersiapkan dan memastikan semua mesinnya berfungsi dengan baik. Karena sudah lama tidak digunakan kali ini juga menjadi pekerjaan tambahan Jared untuk memastikan semua penghangat masih berfungsi normal. Sebenarnya kemarin Mato sudah hendak memanggil tukang servis tapi Jared melarangnya dan menawarkan diri karena itu kadang hanya Mato yang menemaninya bekerja sampai malam ketika harus melembur pekerjaan tersebut. Sebagai kepala pengurus istal Mato juga merasa ikut bertanggung jawab dan tentunya dia juga menyukai Jared yang tidak pernah pilih-pilih pekerjaan. Dia mau memegang pekerjaan apa saja
"Jared ..!" pekik gadis yang sedang ia himpit ke sudut istal. Tangan rapuhnya mencengkram erat pada pagar tiang pengait kuda, berusaha mencari pegangan apa saja ketika tubuhnya semakin bergoncang-goncang. Jared terus mendesaknya meskipun tau gadis itu sudah sangat kesakitan dan berulang kali memohon agar dirinya berhenti. "Kau sakit ...." pekiknya sekali lagi "Oh ...!" "Hentikan! kau menyakitiku .... " Tapi Jared tetap tidak bisa berhenti, dia senang melakukannya dan justru semakin terpacu untuk menumbukkan pingulnya lebih keras lagi. Dirinya sangat besar keras dan kejang, sekujur tubuhnya panas seperti api ketika sedang terbakar seperti ini. Sebenarnya Jared sangat membenci kek
Jared sudah kembali memakai celana panjangnya meskipun tubuh dan rambut di kepalanya masih basah menetes-netes ketika menghampiri gadis muda yang sedang merintih kesakitan di atas rumput. "Maaf apa kau tidak apa-apa?" "Kakiku terkilir." "OH, Tuhan!" Jared segera mengangkat tubuh gadis itu utuk dia bawa ke dalam pondok. Jared mendorong daun pintu dengan kaki panjangnya kemudian mendudukkannya di tepi ranjang. "Bagian mana yang sakit?" Jared buru-buru memeriksa karena gadis itu mulai menangis disertai air mata. "Ini sakit sekali..." dia masih merintih sambil memegangi lututnya sampai tidak terlalu perduli dengan pria yang sedang berjonkok di depannya. "Tarik napasmu pelan-pelan biar kuperiksa." "Kau tidak bisa!" buru-buru dia mencegahnya. " Aku memakai celana!" baru kemudian gadis itu sadar jika dia juga tidak mengenal pemuda yang coba menolongnya itu. "Apa kau mau aku memanggilkan seseorang?" Jared juga terlihat
Jared pergi tanpa berpamitan dengan siapapun bahkan paman dan bibinya pun juga tidak tahu. Jared pergi hanya dengan membawa ransel seperti biasanya ketika dia berangkat bekerja. Cuma ada beberapa lembar pakaian di dalam benda tersebut. Jared bukan tipe pria yang bakal mau repot mengurusi penampilannya, baginya yang terpenting tubuhnya bersih rambutnya pun selalu kelewat panjang untuk bercukur. Sampai Jared pergi kemarin, paman dan bibinya juga tidak tahu jika ia sudah di usir dari bengkel Norton dan sedang jadi pengangguran. Meskipun kemarin Josephine mengatakan bahwa ayahnya ingin dirinya bekerja lagi, tapi Jared yakin itu juga cuma kerena Josephine yang memohon lagi kepada ayahnya. Jared kenal sifat tuan Norton, mustahil dia mau menarik ucapannya kembali hanya untuk pemuda tak berguna seperti dirinya meskipun ia terbukti tidak bersalah.