Bella gelisah, mendorong Yusuf sekuat yang dia bisa. Tapi tenaga Yusuf memang masih lebih unggul. Setelah puas menciumi Bella, kepala Yusuf turun, menyentuh lehernya yang jenjang dan wangi. Bella menjerit hebat dalam hati, ini pertama kali dia merasakan sentuhan seperti ini, sensasi yang membuatnya ingin menolak tapi tak bisa menolak.
Bibir Yusuf dengan lapar menciumi dan menjilati kulit leher Bella, sampai timbul bercak kemerahan. Bella menegang, kakinya mulai lemah. Yusuf tahu Bella mulai lemas, dia dengan sigap mendorong Bella sampai gadis itu terhempas ke atas sofa.
"Mas Yusuf, tolong berhenti ... Ini nggak benar," ucap Bella.
"Kenapa nggak benar?" Yusuf menindih Bella dengan cepat. Matanya sudah lebih sayu dan redup ketimbang sebelumnya. "Apa yang kamu takutkan, hm?" lirih Yusuf sambil menaruh kedua tangannya di antara kepala Bella, memojokkan gadis cantik itu agar tidak melarikan diri.
"Kita kan ... Kita nggak punya hubungan apa-apa, aku mau bantu k
Langkah Bella cepat tapi hatinya tertatih menuju pintu studio apartemen, dia akan pergi, keputusannya sudah bulat. Dugaannya sangat tepat, Yusuf memperlakukannya seperti sampah setelah kejadian tadi malam. Bila dia mencoba menjelaskan pun, akan terkesan dia sedang memohon pada Yusuf, dia tak mau dianggap tengah merayu atau menjebak Yusuf. Lebih baik semua diakhiri.Sampai Bella berada ambang pintu, Yusuf masih diam terpaku. Tidak sampai Bella mencapai koridor, tiba-tiba Yusuf berlari menyusulnya."Maaf! Aku nggak bermaksud buat pura-pura lupa!" Yusuf meraih tangan Bella. "Bella! Sorry!" serunya sambil membalik tubuh Bella agar menghadapnya."Udahlah, Mas. Lupain aja. Aku juga nggak berharap atau nuntut apa-apa, cukup jangan ganggu aku," tegas Bella. "Kayaknya emang aku harus tau diri, aku nggak seharusnya ada di sini sekarang. Maaf ..." lirih Bella berusaha menguatkan hati."Kamu nggak salah, nggak perlu minta maaf," tegas Yusuf. "Cuma ... Jujur aja, yang
Meski Yusuf bersikeras untuk menghalangi Bella pergi, namun Bella bersungguh-sungguh kali ini. Selang beberapa menit, Bella berhasil mengundurkan diri, dia memilih untuk tak ikut terlibat dalam urusan antara Yusuf maupun Leila. Tinggal mereka berdua di koridor, saling menatap untuk waktu yang agak lama."Jadi kamu benar-benar sudah gila sekarang, Suf?" Akhirnya Leila buka suara."Mau apa kamu ke sini? Ada urusan apa?" Bukannya menjawab baik-baik, Yusuf malah terkesan menyahut dingin, ketus."Kamu keterlaluan ya, Suf! Semalam kamu nggak nyusul aku sama sekali! Kamu malah ... Ngajak dia ke sini? Kamu ... Kamu tidur sama dia?!" Suara Leila meninggi.Yusuf tertawa sarkastis. "Sorry ya La ... Tapi apa kaitannya sama kamu? Untuk apa kamu tanya soal kami? Kalau enggak ada urusan, kita sudahi aja ya, aku juga udah harus siap-siap buat berangkat kerja," tutupnya datar.Setetes air hangat jatuh di pipi Leila. Tak pelak timbul iba di hati Yusuf. Gadis itu men
Malik menemukan sosok sang ayah di halaman belakang rumah. Pria paruh baya itu tengah mengisap sebatang cerutu sembari menikmati pemandangan halaman hijau yang indah. Malik mendekat lalu dengan percaya diri berujar, "Kayaknya Bang Yusuf serius punya hubungan sama perempuan itu, Papa sudah tau? Apa Papa bakal diam aja?"Tanpa menoleh, Pak Abizard menjawab, "Kamu sudah cari tau tentang dia?""Belum. Aku cuma tau kalau dia beberapa kali tidur di apartemen Bang Yusuf, jadi gimana ... Apa Papa bakal diam aja?" Malik melirik penuh arti.Pak Abizard mengembuskan asap rokok ke udara, wajahnya gusar. "Kamu cari tau siapa dia. Siapa ayahnya, siapa ibunya, apa pekerjaan mereka, laporkan semuanya sama Papa. Kamu paham?""Gimana kalau Bang Yusuf ngotot menikahi dia, Pa?" pancing Malik."Kenapa kamu pengin tau banget sekarang? Apa yang kamu incar?""Pa ... Jangan salah paham, aku sadar posisi aku, kok. Aku cuma penasaran aja, aku kan adiiknya juga, aku ma
Sepanjang rapat dengan pihak sebuah merek perhiasan, hati Bella tak kunjung tenang, rasanya dia tak seharusnya berada di tempat ini bersama para pengusaha kaya raya dan mumpuni di bidang masing-masing. Bella sendiri nyaris tak mengerti apa yang mereka bicarakan, dia hanya diizinkan untuk melihat beberapa kalung dan cincin berlian yang akan mengisi majalah edisi selanjutnya.Namun Bella sama sekali tak berani untuk menyentuh produk-produk contoh itu, harganya pasti selangit, bisa gawat apabila Bella melakukan kesalahan."Kamu tertarik? Mau satu set?" tanya Yusuf di samping telinga Bella.Bella terperanjat, "Nggaklah, liatnya aja udah syukur, Mas," bisik Bella gugup."Nggak apa-apa, kalau emang kamu mau, kita bisa ambil satu set." Yusuf berujar enteng.Dan ucapan Yusuf saat itu bukanlah sekadar isapan jempol. Sebab setelah rapat berakhir, satu set kalung berlian beserta gelang dan cincin masih ditinggal di atas meja. Yusuf keluar sebentar untuk menga
Selera makan Yusuf langsung hilang begitu saja, Mia yang bisa membaca air muka sepupunya juga terlihat sangat tidak nyaman. Muka Yusuf mengeras, rahangnya menggeretak, Mia tahu sebabnya apa, dia tak pernah dihina seperti ini, baru Bella saja yang berani pergi dari acara makan siang yang dia siapkan.“Pak, saya tuang juga ya teh ke dalam gelas Bapak ...” Emma berusaha untuk mencairkan ketegangan dalam hati Yusuf.“Nggak usah,” tolak Yusuf ketus. “Saya nggak selera makan sekarang, kalian lanjut aja tanpa saya.” Yusuf berdiri.“Ta-tapi Pak ... ini kan perayaan atas keberhasilan tim kita ...?” Emma berupaya mencegah.Tidak bereaksi apapun, Yusuf ikut melenggang dari sana. Tinggal Mia, Emma, dan beberapa karyawan lainnya yang ditinggal dalam kebingungan.“Bu, maaf ... Pak Yusuf emang betulan ada hubungan ya sama Bella?” selidik salah s
Kedua tangan Bella menyilang di depan dadanya, menutupi bikini yang diberikan oleh Yusuf kepadanya. Selama lebih dari sepuluh menit sudah dia bercermin di toilet, dan tak berani keluar untuk menemui Yusuf yang sudah lebih dulu menceburkan diri ke dalam kolam renang.“Ngapain sih aku di sini? Kenapa juga aku harus nurut terus? Duh Bella ... ayo ngelawan, dong! Minta pulang sekarang!” erangnya sebal.Dengan sifatnya yang tidak terduga dan selalu penuh spontanitas, hanya Yusuf seorang yang tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Bella bahkan tak berani untuk memikirkannya, seperti apa jadinya jika mereka berada di kolam renang dengan dirinya memakai bikini saja. Rasanya seolah mereka sedang menjalani bulan madu, mengerikan!“Bel!! Lama banget! Bikininya pas nggak? Atau mau aku cari gantinya?”Suara Yusuf disertai suara ketukan pintu toilet membuat Bella terperanjat.“Ja-jangan masuk! Aku ... aku nggak jadi pake bikini
Tangan Yusuf yang besar dan kuat perlahan menggerayangi paha Bella sampai ke perut bagian bawah gadis itu. Sampai tak hanya sekali saja Bella menggelinjang menahan sensasi geli yang menyerang sekujur tubuhnya.Untuk sesaat kepala Bella lurus menatap ke langit yang terhampar luas di atas kepalanya. Biru langit ditambah sinar senja dan kemerahan sesaat membawanya melupakan apa yang sedang terjadi. Kawanan burung terbang di atas langit yang jauh, rasa takut di hati Bella sedikit berkurang melihatnya.Namun tiba-tiba pandangan Bella terhalang oleh wajah Yusuf yang mendadak muncul di depan mukanya. Mata pria itu terlihat sudah sangat sayu, redup menatap mata Bella yang cerah. Mereka saling bertatapan selama sekian detik sebelum Yusuf menenggelamkan mukanya ke leher Bella sambil membisikkan kata-kata yang menggoda.Bella tak bisa menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan desahan. Ribuan kupu-kupu seolah berterbangan dalam perutnya, dan saat itu juga tiba-tiba dia meras
Sesaat setelah Bella turun dari lift, dia baru sadar sejak tadi hampir seluruh pasang mata karyawan menatap sinis kepadanya. Bella bergegas menuju meja kerja seolah tak terjadi apa-apa. Ruby mendekat lalu merangkul pundaknya kuat-kuat.“Bel, kamu semalam pergi sama Pak Yusuf ke mana? Hm? Ngapain aja kalian?” todongnya tanpa ragu-ragu.Bella terkesiap sambil pura-pura lugu menyiapkan meja kerjanya. “Ngomong apa sih kamu? Nggak ada apa-apa!”“Jangan sok bego deh, Bel. Kami kan tau kemarin kamu sama dia tiba-tiba aja menghilang dari kantor, Bu Mia juga bilang kok kalau kalian pergi berdua. Kalian ke mana? Soal itu udah nyebar di kantor, loh! Semua orang udah tau!”“Ya terus kalau tau kenapa? Udahlah By ...” Bella mendorong tangan Ruby dari pundaknya.“Jadi soal itu benar?” Terdengar suara Taufan yang entah sejak kapan berdiri di depan meja Bella.Sekali lagi Bella tergagap, mata Taufan
Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel
Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak
Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika
Air mata Bella tak kunjung berhenti mengalir, dia terus berada di samping Yusuf yang telah berada di ruang perawatan. Pikiran-pikiran buruk terus mengisi benaknya.“Mas Yusuf ... Tolong jangan tinggalin aku sama Deniz, Mas bahkan sekarang lagi jauh dari Deniz. Aku mohon, Mas. Tolong kuat untuk anak kita ... Kita baru aja menikah, akhirnya kita bisa bersama, tapi kenapa semua langsung jadi buruk lagi?” isak Bella tak kuasa menahan kesedihan.Yusuf yang baru siuman dengan perut diperban berucap tawar, “Apa, sih kamu? Berisik banget, aku mau istirahat, tau.”“Mas Yusuf!” pekik Bella sambil mengguncang tubuh Yusuf. “Ya Tuhan ... aku kira Mas nggak akan bangun lagi! Aku udah panik banget tau, nggak?! Aku panggil Dokter ya sekarang!”“Nggak usah,” sahut Yusuf seraya bangkit untuk duduk.“Jangan dipaksa
“Kamu yang psikopat! Kamu yang nggak sadar diri kamu siapa!” teriak Bella sambil berusaha mendorong Malik agar menjauh darinya.Dengan senyum miring yang tampak mengerikan, Malik menarik Bella agar lebih dekat dengannya. “Aku dengar kamu melahirkan anak laki-laki, sayang banget ya, Bella ... seharusnya bayi itu perempuan ...”Mata Bella terbelalak mendengarnya, seolah dia tahu yang akan dikatakan Malik selanjutnya.“Kamu tau kenapa? Supaya aku bisa menyentuh dia juga suatu saat nanti. Hi hi~”“Nggak punya otak! Padahal kamu sendiri yang sekarang udah punya anak perempuan! Sadar kamu!”“Aku enggak anggap anak itu adalah anak aku, sayang sekali, Bella ...”Tawa Malik terdengar begitu menggelikan sekaligus mencekam. Bella yang sudah naik pitam berniat melayangkan satu pukulan di rahang Malik, tapi
Usai berjalan-jalan bersama dan menikmati keindahan kota Kapadokia, Ririn mengajak Yusuf dan Bella untuk mengunjungi kedai kopi yang dia kelola sendiri. Kedai kopi itu juga masih berada di sekitar kota Kapadokia, orang-orang bisa menikmati segelas kopi di teras sambil memandang jalan-jalan dan kota yang indah.“Ya beginilah kerjaan aku sekarang, Suf. Aku udah nggak mau kerja kantoran lagi, menurut aku lebih enak buka usaha begini,” ujar Ririn sambil meletakkan nampan berisi tiga gelas kopi espresso. “Malik juga kemarin datang ke sini buat minum kopi. Dia juga kayaknya lagi betah di sini.”Bella langsung mengerling menatap Yusuf seolah ada teror di depan matanya. “Malik? Buat apa dia di sini?” Spontan Bella bertanya.“Kenapa emangnya?” Ririn balik bertanya. “Malik juga kan separuh orang Turki, sama kayak Yusuf. Dia juga udah sering kayaknya bolak-balik ke sini.&r
Enam bulan setelah menikah, Bella dan Yusuf memutuskan untuk melaksanakan bulan madu mereka yang tertunda, yaitu pergi ke Kapadokia, Turki.Lantaran Deniz masih berumur sekitar 7 bulan, dia tak dibolehkan Yusuf untuk ikut. Dan karena itu pula mereka hanya akan pergi selama satu minggu. Deniz sementara akan dirawat dan dijaga oleh seorang perawat yang khusus diminta datang ke rumah.Berat betul hati Bella untuk meninggalkan Deniz selama satu minggu, meskipun ASI bahkan telah dia siapkan selama satu minggu ke depan, namun rasanya tetap berat untuk meninggalkan Deniz yang masih bayi.“Apa kita tunda aja lagi Mas sampe dua tahun? Tiga tahun?” tanya Bella pada malam sebelum berangkat.Yusuf yang sedang menyiapkan pakaian ke dalam koper mengerling sebal. “Nggak sekalian tunda sepuluh tahun? Kamu tenang aja, Deniz di tangan yang tepat, kok. Anggap aja kamu ibu pekerja yan
Hari yang telah lama ditunggu-tunggu Bella dan Yusuf akhirnya tiba juga, hari pernikahan mereka. Sebelumnya hari bahagia ini tak pernah mereka kira akan tiba, terutama bagi Bella. Semua masih terasa bagai mimpi baginya. Menikah dengan Yusuf? Terdengar seperti lelucon tidak lucu, tapi kali ini sungguh bukan lelucon.Jauh-jauh hari segala persiapan telah dipastikan Yusuf tidak ada kesalahan. Mulai dari gedung pernikahan, dekorasi, tema, sampai siapa-siapa saja yang diundang, dia tak mau ada kesalahan sedikit pun. Semua harus sempurna.Tema yang dipilih oleh Yusuf adalah putih, white wedding, sebab putih adalah simbol kesucian, bersih, sebagai permulaan yang baru baginya dengan Bella. Di matanya, Bella bukanlah bekas istri orang lain, pun di mata Bella, Yusuf bukanlah seorang duda dari Leila. Bagi mereka, ini adalah pernikahan pertama untuk mereka masing-masing.Jantung Bella rasanya mau copot, sejak semal
“Apa kegiatan Mama akhir-akhir ini?” tanya Yusuf berbasa-basi.“Biasalah, Mama sekarang merawat bunga, kebun kecil di rumah. Tapi, sebentar lagi Mama akan pergi,” beber Tiara.Alis Yusuf terangkat sedikit. “Ke mana? Buat apa?”“Baliklah, Suf. Udah terlalu lama Mama di sini. Udah seharusnya Mama pulang ke Amerika, ada bisnis yang harus Mama kerjakan lagi. Kamu kan nggak bisa ikut juga.”“Hm. Aku harus menjaga Bella sama Deniz sekarang, seenggaknya Mama tunggu sampe aku nikah bulan depan.”“Iya ... pasti.”Tiara duduk di bangku taman, keduanya kompak terdiam selama beberapa detik. Tiara membasahi bibir sendiri, menutupi rasa gugup yang menyerangnya. “Yusuf ... untuk semua yang terjadi, Mama betul-betul minta maaf, ya. Mama akui, Mama memang bersalah.”