"Sial," umpat Jack yang dengan suara kasar.
Romeo sudah tahu, ia kini sudah menjadi incaran para teoris. kepalanya kini berharga miliaran. bukan hal yang aneh bagi Romoe.
"Kita sekarang harus hati-hati bergerak," ucap Jack.
"Ya," balas Romeo yang masih mencemaskan keberadaan istri dan putrinya. entah di mana saat ini. hal ini membuat Romeo tidak tenang sama sekali.
"Sayang," gumam Romeo pelan.
Mobil yang di kendarin oleh Romeo kembali melaju tanpa arah.
Jack masih berusaha mengerakan satelit pusat untuk mencari keberadaan Nyonya muda Van Diora.
***
Di markas pusat, Raven yang berhasil kabur dari ruang perawatan. berjalan tertatih-tatih untuk keluar dari ruang perawatan."Anda mau kemana?" sahut Sehan Lin yang di tugaskan Silver Jong untuk melindungi Raven.
Raven menoleh ke arah pria asia yang bertubuh tinggi dan memakai baju khusus yang sama seperti yang di pakai oleh paman Marco Jong.
"Bukan urusanmu," balas
"Kita coba saja pastikan kebenaranya," balas Romeo yang nekat pergi untuk memastikan kebenaran informasi itu benar atau tidak. meskipun resiko mengantar nyawa. ia harus segera menyelamatkan Ruster yang merupakan belahan hatinya. Jack akhirnya setuju. ia menghubungi Keith yang kini ada di Los Angels. Keith yang mendapatkan laporan dari Jack. bergegas untuk menyusul keberadaan Jack dengan membawa puluhan pasukan inter. sedangkan Vio di serahkan kepada Aelin. "Sayang, kamu harus pulang dengan selamat?" ucap Aelin yang langsung mencium Keith dengan penuh gairah. Keith membalas ciuman Alein dengan lumatan di sertai dengan melilit lidah Aelin untu bernari bersama dengan lidahnya. "Aku pasti akan kembali," pamit Keith yang menyentuh bibir Aelin. Alein menatapi kepergian Keith bersama dengan berapa inter lainnya. *** Di salah satu villa kusam, Liam kembali ke villa dengan hati mengumpat. ia tidak henti-hentinya mengutuk R
"Tidak.... aku mohon jangan," pinta Ruster memohon. ia tidak mau Liam Halminton memasuki tubuhnya. karena yang boleh melakukannya hanya kedua suaminya dan Ruster tidak ingin menjadi wanita kotor. "Bibirmu mengatakan tidak, tapi tubuhmu mengatakan iya?" balas Liam Halminton yang masih memajukan mundur kedua jamarinya dari celah inti Ruster. hingga Ruster berteriak kesakitan tapi Liam Halminton tidak perduli akan teriakan Ruster yang memilukan. "Diam!" perintah Liam yang marah mendengar jeritan Ruster dan masih saja melawannya. Liam Halminton yang sudah penuh kemarahan kembali menampar wajah Ruster dan ia masukkan rudalnya ke dalam celah tubuh Ruster yang satunya. "AHHHHHHHHH..." pekik Ruster kesakitan. ketika merasakan gerakan kasar dari barang Liam halminton di celah analnya yang keluar masuk. "Bagaimana? apa kau suka di anal?" tanya Liam yang semakin bergerak cepat dan tidak memperdulikan teriakan Ruster yang kesakitan. Liam Halminton
Berapa orang mengarahkan pistol ke arah Romeo dan siap menembak.Ruster tidak ingin melihat kematian Romeo, ia ingin membuat tawaran dengan Liam Halminton. tetapi cinta Romeo yang kuat. tidak akan melepaskan Ruster untuk si bajiangan Liam. walaupun ia kehilangan nyawa sekalipun. karena keluarga Van Diora akan tetap belanjut. meskipun ia dan Raven sudah tiada. karena kedua putranya di lindungi oleh Zeus.Dor Dor Dor DorSemua peluru yang seharusnya mengenai Romeo telah di tembak mundur dalam satu kali tembakan.Satu persatu pengawal Liam Halminton terjatuh satu persatu ke lantai. sisa berapa yang masih hidup. karena peluru itu tidak mengenai mereka.Liam Halmiton melihat sekelilingnya, ia yakin ada sniper ahli di dalam ruangan bawah tanah.tetapi bagaimana bisa masuk ke dalam bawah tanah dan tahu akses kode rahasianya."Siapa yang berani mencari mati denganku?" pekik Liam Halminton yang di kelilingi berapa bawahanya.Dor Dor
"Jangan banyak berbicara," balas Raven yang menutup mata Romeo dengan jemarinya."Ven, syukurlah kamu selamat. aku berharap di masa depan kamu menjaga istri kita berdua," lirih Romeo yang tahu ia tidak akan selamat.Raven tidak berbicara, ia melepaskan mantel di tubuhnya dan memakaikan ke tubuh Ruster. lalu ia mengangkat kedua tubuh seorang diri. tidak seorang pun yang berani mendekati Raven yang kini menjadi iblis. hanya Lius Versalius yang bisa mengatasi sisi gelap Raven. ia menarik tubuh Romeo dan menaruh di atas bahunya.Raven mengikuti Lius Versalius. ia memasukan tubuh Ruster ke dalam helikopter dan Lius Versalius yang menjadi pilot membawa helikopter ke arah rumah sakit Vollente.Para pesawat dan dokter sudah siap siaga menjemput pasien khusus di atas gedung rumah sakit.Saat pesawat mendarat dengan selamat, Raven menarik lengan Lius."Pakai salah satu ginjal milikku untuk menyelamatkan Romeo!" pinta Raven memohon. karena mereka anak
***Satu minggu kemudian, Ruster masih menyesali apa yang ia alami. hingga membahayakan nyawa kedua suami yang amat ia cintai.Kini, Air mata Ruster tiada henti-hentinya menetes.Romeo yang duduk di sisi ranjang masih menatapi istri tercinta yang menagis pilu."Maafkan aku," lirih Ruster yang sudah siap di gugat cerai oleh Romeo maupun Raven.Romeo mengenggam kedua tangan Ruster yang kurus kering dengan genggaman kuat."Sayang, maafkan aku yang terlambat datang menyelamatkanmu."Ruster melirik wajah Romeo yang cengkung dan di tumbuhi jambang lembat. karena tidak mengurus diri selama seminggu."Jangan pernah meninggalkan kami berdua, kamu sudah janji apapun yang terjadi.""Tapi aku sudah kotor," balas Ruster dengan tangisan pecahnya. ia memberontak dan menjerit histeri. setiap kali ingatan itu menyusup dalam kepalanyaRomeo langsung meraih tubuh Ruster dan memeluknya. ia mengeraskan rahangnya. apa yang di lakukan o
Tangisan Ruster mulai berhenti, ia masih sedikit terisak dan membalas pelukan Raven."Aku kotor, aku tidak pantas lagi untuk kalian berdua. dia melakukannya padaku," lirih Ruster yang berusaha melepaskan pelukkan Raven maupun Romeo.Kedua pria kembar saling menatap satu sama lain. Raven duluan yang menahan tengkuk leher Ruster. lalu menciumi bibir Ruster dan Romeo menciumi leher Ruster hingga menurun dan pakaian pasien mulai di lepaskan oleh Romeo.Ruster yang terkejut tidak melawan atau menolak. ia hanya tahu Romeo menciumi punggungnya semakin menurun dan Raven menciumi leher hingga semakin menurun juga. lalu pelahan-lahan ciuman kedua pria sudah sampai ujung kaki.Wajah Ruster merona, ia menatapi kedua pria yang di bawahnya."Setiap inchi tubuhmu ini milik kita berdua," ucap Raven dan Romeo bersamaan."Tapi aku sudah kotor," lirih Ruster dengan butiran air mata yang jatuh."Aku tidak pan-" perkataan Ruster terpotong. karena ta
"Jangan katakan padaku, sup itu berisi..." ucap Jack dengan kalimat mengantungnya.Raven tidak bersuara, ia berdiri dari kursi empuk dan berjalan pergi dari dalam sel tahanan. berapa bawahan yang bertampang sangar juga ikutan keluar.Dokter dan juru masak yang di dalam ruangan hanya saling menatapi satu sama lain."Tuan bilang jangan biarkan dia mati," ucap si koki yang akhirnya memilih keluar, karena ia sudah mau muntah.Dokter yang di tinggalkan juga ikutan keluar, setelah menyuntikan berapa obat penenang kepada Liam Halminton yang kini dalam kondisi menyedihkan.Jack tidak berani bersuara, ia menatapi kondisi Liam Halminton yang parah. dengan bagian itu masih mengeluarkan darah dan di pastikan sudah tidak tersisa sedikitpun daging dari rudal yang menjadi kebanggaan para pria."Benar-benar gila," batin Jack yang ngeri.Liam Halminton yang dendam kesumat, menatapi kepergian Jack. ia bersumpah akan membuat perhitunga
"Trangsaksi apa," tanya Vio yang curiga. karena pria di depannya bukan orang sembarangan."Seperti yang pernah kau lakukan, mudahkan?" balas Raven yang duduk dengan mengoyangkan wine merah di gelasnya.Vio melirik gelas berisi wine merah tersebut. ia tahu Raven memintanya menjadi penghianat."Apakah ada jaminan aku tidak terbunuh?" tanya Vio yang tidak ingin mati konyol karena ide gila Raven."Ada, kau bisa memilih orang yang ikut atau kerjasama denganmu. atau aku akan mengirimkan tim handal untukmu," balas Raven yang menatapi Vio dengan lekat. lalu gelas kaca di tangan langsung di jatuhkan Raven ke arah lantai. seolah memperingati Vio untuk tidak menolak. atau akan bernasib sial seperti kaca yang barusan ia jatuhkan.Vio terdiam. ia tahu tidak bisa mundur atau maju untuk menentang kekuasan Van Diora. karena pada akhirnya nasibnya akan seperti pecahan gelas di lantai."Aku setuju, lalu bagaimana dengan Liam?" tanya Vio yang penasaran yang in