Berapa orang mengarahkan pistol ke arah Romeo dan siap menembak.
Ruster tidak ingin melihat kematian Romeo, ia ingin membuat tawaran dengan Liam Halminton. tetapi cinta Romeo yang kuat. tidak akan melepaskan Ruster untuk si bajiangan Liam. walaupun ia kehilangan nyawa sekalipun. karena keluarga Van Diora akan tetap belanjut. meskipun ia dan Raven sudah tiada. karena kedua putranya di lindungi oleh Zeus.
Dor Dor Dor Dor
Semua peluru yang seharusnya mengenai Romeo telah di tembak mundur dalam satu kali tembakan.
Satu persatu pengawal Liam Halminton terjatuh satu persatu ke lantai. sisa berapa yang masih hidup. karena peluru itu tidak mengenai mereka.
Liam Halmiton melihat sekelilingnya, ia yakin ada sniper ahli di dalam ruangan bawah tanah.tetapi bagaimana bisa masuk ke dalam bawah tanah dan tahu akses kode rahasianya.
"Siapa yang berani mencari mati denganku?" pekik Liam Halminton yang di kelilingi berapa bawahanya.
Dor Dor
<"Jangan banyak berbicara," balas Raven yang menutup mata Romeo dengan jemarinya."Ven, syukurlah kamu selamat. aku berharap di masa depan kamu menjaga istri kita berdua," lirih Romeo yang tahu ia tidak akan selamat.Raven tidak berbicara, ia melepaskan mantel di tubuhnya dan memakaikan ke tubuh Ruster. lalu ia mengangkat kedua tubuh seorang diri. tidak seorang pun yang berani mendekati Raven yang kini menjadi iblis. hanya Lius Versalius yang bisa mengatasi sisi gelap Raven. ia menarik tubuh Romeo dan menaruh di atas bahunya.Raven mengikuti Lius Versalius. ia memasukan tubuh Ruster ke dalam helikopter dan Lius Versalius yang menjadi pilot membawa helikopter ke arah rumah sakit Vollente.Para pesawat dan dokter sudah siap siaga menjemput pasien khusus di atas gedung rumah sakit.Saat pesawat mendarat dengan selamat, Raven menarik lengan Lius."Pakai salah satu ginjal milikku untuk menyelamatkan Romeo!" pinta Raven memohon. karena mereka anak
***Satu minggu kemudian, Ruster masih menyesali apa yang ia alami. hingga membahayakan nyawa kedua suami yang amat ia cintai.Kini, Air mata Ruster tiada henti-hentinya menetes.Romeo yang duduk di sisi ranjang masih menatapi istri tercinta yang menagis pilu."Maafkan aku," lirih Ruster yang sudah siap di gugat cerai oleh Romeo maupun Raven.Romeo mengenggam kedua tangan Ruster yang kurus kering dengan genggaman kuat."Sayang, maafkan aku yang terlambat datang menyelamatkanmu."Ruster melirik wajah Romeo yang cengkung dan di tumbuhi jambang lembat. karena tidak mengurus diri selama seminggu."Jangan pernah meninggalkan kami berdua, kamu sudah janji apapun yang terjadi.""Tapi aku sudah kotor," balas Ruster dengan tangisan pecahnya. ia memberontak dan menjerit histeri. setiap kali ingatan itu menyusup dalam kepalanyaRomeo langsung meraih tubuh Ruster dan memeluknya. ia mengeraskan rahangnya. apa yang di lakukan o
Tangisan Ruster mulai berhenti, ia masih sedikit terisak dan membalas pelukan Raven."Aku kotor, aku tidak pantas lagi untuk kalian berdua. dia melakukannya padaku," lirih Ruster yang berusaha melepaskan pelukkan Raven maupun Romeo.Kedua pria kembar saling menatap satu sama lain. Raven duluan yang menahan tengkuk leher Ruster. lalu menciumi bibir Ruster dan Romeo menciumi leher Ruster hingga menurun dan pakaian pasien mulai di lepaskan oleh Romeo.Ruster yang terkejut tidak melawan atau menolak. ia hanya tahu Romeo menciumi punggungnya semakin menurun dan Raven menciumi leher hingga semakin menurun juga. lalu pelahan-lahan ciuman kedua pria sudah sampai ujung kaki.Wajah Ruster merona, ia menatapi kedua pria yang di bawahnya."Setiap inchi tubuhmu ini milik kita berdua," ucap Raven dan Romeo bersamaan."Tapi aku sudah kotor," lirih Ruster dengan butiran air mata yang jatuh."Aku tidak pan-" perkataan Ruster terpotong. karena ta
"Jangan katakan padaku, sup itu berisi..." ucap Jack dengan kalimat mengantungnya.Raven tidak bersuara, ia berdiri dari kursi empuk dan berjalan pergi dari dalam sel tahanan. berapa bawahan yang bertampang sangar juga ikutan keluar.Dokter dan juru masak yang di dalam ruangan hanya saling menatapi satu sama lain."Tuan bilang jangan biarkan dia mati," ucap si koki yang akhirnya memilih keluar, karena ia sudah mau muntah.Dokter yang di tinggalkan juga ikutan keluar, setelah menyuntikan berapa obat penenang kepada Liam Halminton yang kini dalam kondisi menyedihkan.Jack tidak berani bersuara, ia menatapi kondisi Liam Halminton yang parah. dengan bagian itu masih mengeluarkan darah dan di pastikan sudah tidak tersisa sedikitpun daging dari rudal yang menjadi kebanggaan para pria."Benar-benar gila," batin Jack yang ngeri.Liam Halminton yang dendam kesumat, menatapi kepergian Jack. ia bersumpah akan membuat perhitunga
"Trangsaksi apa," tanya Vio yang curiga. karena pria di depannya bukan orang sembarangan."Seperti yang pernah kau lakukan, mudahkan?" balas Raven yang duduk dengan mengoyangkan wine merah di gelasnya.Vio melirik gelas berisi wine merah tersebut. ia tahu Raven memintanya menjadi penghianat."Apakah ada jaminan aku tidak terbunuh?" tanya Vio yang tidak ingin mati konyol karena ide gila Raven."Ada, kau bisa memilih orang yang ikut atau kerjasama denganmu. atau aku akan mengirimkan tim handal untukmu," balas Raven yang menatapi Vio dengan lekat. lalu gelas kaca di tangan langsung di jatuhkan Raven ke arah lantai. seolah memperingati Vio untuk tidak menolak. atau akan bernasib sial seperti kaca yang barusan ia jatuhkan.Vio terdiam. ia tahu tidak bisa mundur atau maju untuk menentang kekuasan Van Diora. karena pada akhirnya nasibnya akan seperti pecahan gelas di lantai."Aku setuju, lalu bagaimana dengan Liam?" tanya Vio yang penasaran yang in
Berapa menit kemudian, Devan Holland kembali ke dalam ruangan. ia menyerahkan berapa obat tablet hisap dan menyuntikan obat demam khusus untuk Romeo. karena Romeo masih tahap menjalani pengobatan ginjal yang di transfer oleh Lius Versalius. maka tidak bisa menerima sembarangan obat untuk sementara."Van, tolong rahasiakan dari Raven. soal aku mengeluh demam, aku tidak ingin dia cemas. kamu tahukan betapa lebaynya dia," pinta Romeo memohon pada Devan Holland.Devan Holland berpikir sejenak. karena apa yang di katakan oleh Romeo memang ada benarnya. mengingat sikap Raven yang posesif pada Romeo dan cemas berlebih-lebihan."Aku tidak bisa meminta bantuan pada Jack. kamu tahukan Jack itu mulut ember," ucap Romeo tertawa pelan."Ok. aku akan merahasiakannya dan sekarang kamu kembali ke dalam ruangan kamar pasien. jika lama-lama di sini malah akan di curigai," nasehat Devan Holland yang tidak curiga sama sekali dengan apa yang di lakukan oleh Romeo barusan.
Selesai mandi, Raven merasa ngantuk dan ia meliihat Ruster dan Raven sudah saling berpelukan. dengan langkah cepat. Raven memakai baju dan menaiki atas ranjang untuk memeluk tubuh Ruster dari belakang.Berapa menit kemudian, Romeo yang sudah memastikan Raven sudah tertidur lelap dengan obat tidur yang sudah ia masukan ke dalam cream sup yang di santap oleh Raven. perlahan-lahan turun dari atas ranjang dan menganti semua pakaianya."Waktunya bermain game," gumam Romeo pelan.Jack yang sudah berdiri di depan pintu kamar, segera memberikan hormat kepada Romeo. begitu juga dengan Jimmy."Kita mau kemana?" tanya Jimmy yang memang lebih berpihak pada Romeo.Mata Romeo menatapi Jimmy yang sedikit kurus."Bagaimana keandaanmu?" tanya Romeo yang cemas dengan Jimmy."Sudah sembuh dan saya sibuk memantau proses pembangunan rumah. jadi saya sedikit kerja keras," ucap Jimmy jujur."Jangan memaksakan diri bekerja keras, aku tidak ingin kamu
Para penjahat banyak yang setuju dengan tawaran Liam Halminton yang mengajak kerjasama lagi dan sekaligus menawarkan harga tinggi untuk kepala dua kembar. bagi siapa yang berhasil mendapatkannya.***Romeo berjalan masuk ke dalam kamar, sebelum ia tidur memeluk tubuh istri tercinta. Romeo memilih untuk mandi terlebih dahulu. karena Romeo tidak ingin mengotori tubuh Ruster dengan aroma bangkai."Semua akan indah pada waktunya," gumam Romeo dengan senyuman jahat.Hati Romeo perlahan-lahan menghitam, ia seolah menjelma menjadi sosok Raven."Aku tidak sabar melihat kau membusuk dalam keandaan hidup-hidup," lanjut Romeo yang menyentuh cermin yang memantulkan banyangan dirinya.Kegelapan hati Romeo menarik jiwa Pandora Heart bereaksi. Lucifer tidak keluar dari pandora Heart. tetapi ia menyusup ke celah hitam di hati Romeo."Akhirnya kau jatuh ke dalam neraka," suara Lucifer di dalam hati Romeo.Romeo masih menatap c
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me