Setelah sosok Raven menghilang jauh dari hadapan mata Romeo.
Romeo menghela nafas panjangnya, ia kemudian masuk ke dalam kamarnya. Kembali ke atas ranjang untuk tidur bersama dengan wanita yang kini menjadi istrinya. tepatnya istri dalam sebuah permainan.
***
Pagi hari, wangi parfum pria yang maskulin melekat di indra penciuman Ruster yang baru saja terbangun dari tidur lelahnya. setelah semalaman di gempur habis-habisan oleh pria yang di depan. yang kini menjadi suaminya.
Ruster mengejapkan matanya menatapi Romeo yang sudah rapi dengan stelan jas berwarna biru dongkar. bahkan sudah mengikat dasi dengan rapi.
"Maaf, aku bangun kesiangan!” ucap Ruster yang membuat Romeo yang memakai jam tangannya tersenyum membalas tatapan Ruster.
"Tidurlah kembali, mungkin kau masih kelelahan. seharusnya aku tidak masuk ke kantor tapi karena teman dari Singapura datang hari ini, aku harus melupakan cutiku yang berharga!" ujar Romeo dengan wajah sedihny
Romeo terkekeh menangkapi perkataan Raven dan ia berdiri dan merapikan jasnya. “Karena Ruster sangat polos dari wanita sebelumnya yang menjadi mainan kita," ucap Romeo datar. "Bagiku itu tidak ada pengaruhnya. Mau polos atau liar di atas ranjang," balas Raven yang melipat korannya dan meletakkan di atas meja dengan suaranya yang semakin dingin dari biasanya. keduanya langsung hening berapa saat. dengan tatapan saling melihat satu sama lain. "Ok! Silahkan kau lakukan apa yang kau mau dan aku tidak akan mencampuri apa yang kau lakukan! Asal kau ingat saja, jika terjadi kesalahan, maka nyawa kita taruhannya!" ucap Romeo yang memperingatin Raven yang suka gegabah dalam menjalankan suatu misi tanpa pikir panjang. karena terbawa arus cemburu dan main emosi. Raven terdiam, ia mengakui. Apa yang di katakan oleh Romeo memang ada benarnya. Nyawa mereka taruhannya, jika salah sedikit saja dan bisa lebih parah. Ia akan kehilangan Romeo selamanya dar
"Sudah jangan manja-manja lagi. ayo kita segera makan siang bersama-sama," ucap ibu Ruster yang mengurai pelukkan Ruster. Ruster dan ibunya bergegas menyiapkan makanan di atas meja makan dan Keith seperti biasa kan menatapi Ruster dan ibunya yang rajin menyiapkan sarapan. "Ayo di makan Keith, ini makanan ke sukaanmu. jangan di pandang terus," ucap Ruster kepada adik lakinya yang memandangi sup sedari tadi dan belum di sentuh sama sekali. Keith tidak bisa mengatakan kepada Ruster, ia tidak suka dengan wortel. akhinya ia menyantap sup tersebut dengan menghindari wortel agar tidak terambil oleh sendoknya. "Keith, wortel baik untuk kesehatanmu. jangan di buang-buang seperti itu," perintah Ruster dengan anda menekannya pada Keith yang menyingkirkan berapa potongan wortel di dalam mangkok sup. Keith masih diam, ia menatapi Ruster dengan mata berkaca-kaca. Hati Ruster yang marah, kini entah kemana melihat kesedihan Keith dari bola matanya.
"Romeo..aahhh....!" pekik Ruster yang menikmati keliaran suaminya yang semakin menyiksa tubuhnya dengan gairah mematikan yang membuat Ruster semakin merasakan kenikmatan. Pria itu semakin bernafsu untuk menyetubuhi Ruster kembali, ia tidak perduli Ruster kelelahan atau tidak. karena saat ini nafsunya semakin memuncak dengan suara Ruster yang memancing gairahnya semakin meninggi. "Akan ku puasin dirimu, jalang." Pria itu kembali membuka kedua kaki Ruste semakin lebar untuk menyatuhkan miliknya dengan tubuh inti Ruster. Ruster kemudian memekikan suaranya lagi, saat merasakan keperkasaan Romeo menyeruak masuk ke celah intinya. Terasa penuh dan sesak. Tepatnya terasa sangat besar dan lebih panjang dari sebelumnya. bahkan ia kembali tidak bisa menyeimbangi permainan suaminya yang semakin cepat tanpa ampun. “Ini sangat berbeda dengan sebelumnya” batin Ruster. Saat Ruster akan berpikir lagi, hentakkan kuat berapa kali. Membu
Setelah cukup lama hening. Raven mulai bersuara sambil memakai bajunya kembali. "Cepat atau lambat dia pasti akan tahu apa yang kita kerjakan dan saat aku sudah bosan. Maka kau harus bersiap menceraikannya, sebelum kau tumbuh rasa padanya?” nasehat Raven kepada Romeo. Raven keluar dari dalam kamar dengan amarah di dada. Ketika melihat sikap Romoe mulai menatapi Ruster dengan tatapan berbeda. seperti yang di lakukan Romeo kepada jalang pada umumnya dan tatapan itu mengingatkan Romeo kepada Emilia Lim. tepatnya, tatapan Romeo mirip dengan saat itu. "Tak akan ku biarkan," batin Raven yang menutup pintu kamar Romeo dan ia menyandarkan tubuhnya di pintu dengan salah satu tangan mencengkeram baju di dadanya. Rasa sakit dan marah terasa olehnya yang merupakan perasaan Romeo yang tersalurkan padanya. Kemudian, Raven kembali berjalan ke arah kamarnya dengan kedua mata basah. Ia juga merasakan sakit hati pada Romeo yang sudah berubah sejak menikahi Ruster
“I..iya,” jawab Ruster dengan sedikit terbata-bata sambil menyesuaikan rasa sakit yang menderah di celah intinya yang di masuki oleh milik Romeo yang semakin membesar di dalam. “Tahan Sayang, sebentar lagi tidak akan sakit!” bisik Romeo lirih di telinga Ruster dengan penuh kasih. Kemudian di ciumnya leher Ruster yang jenjang dan indah. Lalu di remasnya kedua dada padat dan kenyal itu untuk mengalihkan ke sakitan Ruster. sekaligus memberikan sentuhan penuh gairah untuk Ruster. Sentuhan demi sentuhan membuat Ruster semakin mengila dengan mengoyangkan pingulnya untuk memancing gerakkan Romeo untuk menghentakkan celah intinya yang sudah berdenyut hebat. “Ahh… Romeo.. geli ah..” ucap Ruster yang berusaha menyingkirkan tangan Romeo yang memainkan kedua dadanya dengan berbagai gerakkan yang membuat gairahnya semakin memuncak tinggi. Romeo tersenyum puas dan terus mengoyangkan miliknya dengan ritme yang tidak lagi beraturan. setelah meilhat Ruster tidak menge
Raven tidak menjawab, kapan ia mengubah warna kamarnya dan sejak kapan ia melakukannya. Karena ia tidak ingat sama sekali apa yang sudah ia lakukan saat cemburu dan marah menguasai hatinya hingga membuat pikirannya tidak menentu sama sekali. “Biarlah aku yang semakin tengelam dan kau tetap di langit,” batin Raven. Sedangkan Romeo masih memikirkan cara mengatakan pada Ruster, bahwa ia dan Raven selalu berbagi dan memiliki kebiasan sex yang tidak biasanya. *** Makan pagi berlangsung penuh dengan kesunyian, Raven tidak bersuara. Ia sibuk membaca koran di pagi hari. Sampai tidak mencicipi sarapan pagi dan keluar dengan tergesah-gesah setelah merasakan getaran pada ponselnya yang ada di saku celananya. yang sudah di pastikan oleh raven, panggilan tersebut dari Lius Versalius. Melihat sarapan tidak di sentuh, Romeo merasa hatinya sakit. Ia tidak ingin Raven sakit karena kebiasan buruknya yang lupa makan pagi. jika suasana hati sedang buruk.
Ruster memperlihatkan wajah bahagianya kepada seketaris Romeo. "Terima kasih,” balas Ruster yang melangkah membuka pintu ruangan kantor Romeo. Ternyata di dalam ruangan, Raven juga berada disana duduk di atas sofa berkutat dengan laptopnya. "Hay...sayang!" sapa Romeo yang menghampiri Ruster dan mengecup bibirnya sekilas. "Aku membawakan bekal makan siang untukmu,” balas Ruster dengan senyuman manisnya. "Seharusnya kau tidak perlu melakukannya, Sayang. Aku tidak ingin kamu kelelahan,” balas Romeo dengan nada perhatiannya dan membimbing Ruster untuk duduk di sofa yang dekat dengan Raven. Sedangkan Raven, entah kenapa ia mendengar perkataan Romeo terkesan menjijikkan. Bahkan asam lambungnya naik seketika. "Aku senang melakukannya, lagi pula seharian di rumah membuatku bosan!" jelas Ruster yang membuat Raven semakin menjalankan ide jahatnya di dalam otak. Romeo meletakkan rantang makanan di atas mejanya. Kemudian, ia meliri
“Duduk di pangkuanku, Honey?” perintah Raven yang menarik pergelangan tangan Ruster dan membawanya dengan cukup mudah ke atas pangkuannya. Kedua tangannya yang gagah melingkar di pinggang Ruster. Aroma vanila di tubuh Ruster tercium begitu manis di hidung Raven. “Lepasin, aku istri adikmu..” ucap Ruster yang di landa rasa gugup dan takut. Karena posisi tubuhnya saat ini dan keringat dingin mulai meluncur melewati kening hingga pipinya. “Aku ingin bermain denganmu, Ruster.” Dalam seketika tubuh Ruster membeku. Aroma dan nafas Raven menyapu lembut sebagian wajahnya yang telah di selimuti keringat dingin. Hidung Raven menyentuh hidung Ruster. Satu gerakkan maju saja. Bibir mereka akan menyatu. Namun Ruster tidak mau melakukannya. Karena Raven adalah iparnya, walaupun wajahnya mirip dengan suaminya. “Jangan, tolong lepaskan aku. Atau aku akan berteriak?” ancam Ruster dengan menggunakan cara terakhir. Ancaman Ruster di tangkapi dengan terkeke
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me