Jola berdiri di depan gerbang kampusnya, menunggu Yogi datang menjemputnya sesuai dengan pembicaraan mereka semalam. Jujur saja, Jola merasa gugup untuk melakukan pemeriksaan ke dokter hari ini. Jola takut jika ternyata dirinya tak sesehat yang seharusnya untuk menjadi seorang ibu. Well, selama ini Jola tak pernah memeriksakan kesehatannya. Boro-boro mau periksa kesehatan, untuk makan saja Jola kesulitan.
“Ola,”
Jola menoleh, dilihatnya Falan yang berjalan menghampirnya.
“Hey,” sapa Jola dengan nada kaku.
“Kok berdiri di sini? Nungguin angkot? Mau aku anter pulang aja?”
“Eh, gak perlu Falan. Aku lagi nunggu dijemput kok hehe,”
“Dijemput? Sama siapa?”
“Sama... Mbak Renata dong hehe,” jawab Jola berbohong. Rasanya sangat tak mungkin jika Jola memberitahu Falan bahwa yang menjemputnya adalah sang suami.
“Oh, okay. Aku temenin mau?”
“Gak usah. Bentar lagi Mbak Renata sampai kok, kamu duluan aja.”
Seperti yang direncanakan Yogi kemarin, hari ini mereka akan berangkat ke Bogor untuk berlibur. Jola merasa antusias, karena sejujurnya ia tidak pernah pergi berlibur. Hidup pas-pasan membuatnya harus mengubur semua hal-hal menyenangkan dalam hidup, termasuk pergi liburan. Semalam Yogi membantu Jola untuk menyiapkan barang apa saja yang perlu mereka bawa untuk pergi berlibur. Jika Yogi tak membantunya, mungkin Jola hanya akan membawa dompet dan ponselnya saja. Jola tak pernah pergi berlibur, jadi menurutnya selama ia membawa dompet dan ponsel, semua akan baik-baik saja. Mendengar penuturan Jola yang begitu polos, Yogi tertawa dan langsung membantu gadis itu untuk mengepack barang-barangnya. Mengingat kejadian semalam membuat Jola tersenyum tanpa sadar. Yogi mulai bersikap hangat padanya, dan Jola menyukai hal itu. Selama empat hari Renata pergi meninggalkan mereka, Jola dan Yogi menghabiskan banyak waktu bersama. Jola jadi tau b
Seusai menikmati makan malam di resto, Jola dan Yogi duduk berdua di teras vila yang menghadap pada kolam renang kecil. Jola melipat kedua kakinya, bersembunyi di balik selimut cokelat yang diberikan oleh Yogi. Sedang pria itu hanya duduk bersila dengan sebatang rokok yang terselip di jari tangannya. Jola baru tau jika Yogi seorang perokok.“Aku hanya merokok sesekali, itu pun jika ingin.” buka Yogi sambil menoleh pada Jola.“Jadi berhenti menatapku seperti itu,” lanjutnya.Jola gelagapan. Tak sadar jika sedari tadi ia memperhatikan Yogi. “Ma—maaf,” cicitnya sambil menunduk malu.Yogi terkekeh kecil, membuat Jola meliriknya.“Kau itu lucu.”“Aku?”“Hn.”Jola menatap bingung ke arah Yogi. “Lucu gimana?” tanyanya.Yogi membuang putung rokoknya ke kolam renang.“Mas, gak baik buang sampah sembarangan.”“
Renata dan Tara tengah duduk berdua di balkon kamar hotel milik Tara. Pandangan mata mereka tak lepas dari langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Sebotol vodka menemani obrolan mereka malam ini. Tara berdehem, lalu meletakan gelas minumannya di meja. "Wanna play some game?" Tara menawarkan sebuah permainan. "What's the game?" tanya Renata sambil memandang wajah Tara yang duduk di sebelahnya. Permainan apa yang diinginkan pria ini. "Truth or Drunk?" Renata tertawa hingga kedua matanya membentuk bulan sabit.
Menyusul Jola ke kamar, Yogi bisa melihat istrinya itu merikuk di dalam selimut. Lagi-lagi niat jahilnya untuk menggoda Jola terlintas. Pria itu naik ke atas ranjang, bergerak mendekat pada Jola dan menarik turun selimut yang menutupinya. “Kau malu?” tanyanya yang langsung mendapat tatapan sinis dari Jola. “Wow, tatapanmu menakutkan.” Jola berbalik sambil menatap suaminya itu dengan serius. “Apa menyenangkan menggodaku?” tanyanya yang terdengar kesal. “Ya. Pipimu yang memerah ini.” Yogi mengusap pipi bulat Jola, perlahan ia mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibirnya dengan bibir ranum Jola. Damn. Jola terdiam, tubuhnya seketika kaku dan tak bisa digerakan. Yogi merubah posisinya jadi menindih tubuh Jola, satu tangannya digunakan sebagai tumpuan sedang tangannya yang lain masih memegang pipi Jola dan mengusapnya dengan lembut. Sapuan lidah Yogi yang hangat pada permukaan bibir Jola membuat akal sehat gadis it
"Aku sudah tau.” “Apa?” Renata menatap wajah Tara dengan tatapan kosong, terlihat seperti anak kecil yang baru saja ketahuan berbohong oleh orang tuanya. “Aku sudah tau, bodoh." ujar Tara mengulang ucapannya disertai kekehan kecil karena melihat wajah terkejut Renata. "Kau tau siapa aku ‘kan?" Tara tersenyum miring menatap Renata yang terlihat gelisah di tempatnya. Dengan ragu, Renata mengangguk kecil. Kenapa ia bisa sebodoh ini? Harusnya Renata ingat bahwa Tara bukanlah orang biasa. Dia adalah anak dari pemilik perusahaan paling berpengaruh di Jakarta. Semua yang diinginkan Tara dapat terpenuhi, termasuk data diri Renata. Tara tidak harus bersusah payah untuk mencari tahu tentang Renata, hanya perlu meminta orang suruhannya untuk melakukannya. Tara memajukan tubuhnya, menyentuh kedua pundak Renata. Pria itu lantas menatap wajah Renata dengan serius lalu tersenyum hangat. "Aku tidak peduli dengan statusmu. Aku juga tau jika kau dan sua
“Kau lelah?” tanya Yogi setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah. Setelah puas berkeliling Bogor dan menjajal berbagai jenis makanan enak, akhirnya pasangan Yogi dan Jola pulang ke Jakarta. Sampai di kota metropolitan ini, sang mentari sudah bertukar tugas dengan sang rembulan. Perlajanan tak begitu lama lantaran jarak Jakarta dan Bogor tidaklah jauh. Jola menggeleng pelan sambil tersenyum hangat. “Tidak,” balasnya singkat, lalu melepas seatbelt yang melingkari tubuhnya. Yogi hanya mengangguk lalu membuka pintu mobilnya dan keluar, lalu disusul oleh Jola. Keduanya melangkah mendekati pintu utama, Jola memasukan kunci dan memutarnya. Namun kunci itu tak bergerak dan dengan mudah Jola dapat membuka pintu, seakan pintu tidaklah terkunci. Persaan takut seketika menyelimuti hati Jola. Apa di rumahnya ada orang? Apa rumahnya dimasuki oleh maling? Jola ingat betul sudah mengunci rumahnya kemarin sebelum berlari menyusul Yogi masuk ke dalam mobil
Pagi pukul enam, Jola terbangun dari tidur nyenyak. Ia segera mandi dan bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Ketika Jola tiba di dapur, dilihatnya Renata yang tengah sibuk memasak sarapan. Dengan langkah ragu dan memasang senyum terbaiknya, Jola melangkah perlahan menghampiri Renata dan menyapa wanita itu yang sedang sibuk dengan peralatan memasaknya. "Mbak,” panggil Jola dengan suara lembutnya. Renata menoleh, tersenyum manis membalas sapaan Jola barusan. Beberapa hari Jola tidak bertemu dengan wanita cantik yang sudah dianggapnya sebagai kakak kandungnya itu, membuat Jo
Yogi dan Andra menikmati makan siang mereka di kafe yang berseberangan dengan perusahaan Yogi. Selesai menikmati makanan berat, saatnya menikmati makanan penutup. Andra memakan pudingnya dengan santai, berbeda dengan Yogi yang hanya menyeruput kopi hitamnya tanpa minat. "Gi, bukannya itu si Awan?" tanya Andra dengan pandangan tidak lepas dari objek yang menarik perhatiannya. Yogi menoleh dan mengikuti arah pandangan Andra, seketika rahang pria itu mengeras. "Berengsek, dia sudah kembali!" Yogi mengumpat kesal dengan tangan kanannya yang terkepal erat. Awan menyadari keberadaan s