Beranda / Romansa / Gus! I Lap Yuh! / [43] Menjauhi Virus [Tatiana]

Share

[43] Menjauhi Virus [Tatiana]

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 15:06:26
Tatiana, Khoiron dan Zahra— ketiga anak Adam itu saat ini tengah menunggu kedatangan Brandon. Sudah setengah jam Brandon izin pulang untuk membersihkan diri, tapi anak itu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.

“Mas kita samper ke rumahnya aja, apa?! Pasti dia kabur, Mas!”

Khoiron terkekeh. Tatiana benar-benar menggemaskan. Sejak kapan ada orang kaburnya ke rumah sendiri. Itu sih jelas definisi pulang, bukan melarikan diri.

“Brandon harus ikut jalan-jalannya kita, Dek?” tanya Khoiron. Istrinya berencana mengajak sang adik berbelanja di pusat perbelanjaan. Mumpung Zahra sedang di Ibu Kota katanya. Jadi sekali-kali adiknya itu harus merasakan menjadi seorang anak metropolitan.

Khoiron tentu tak bisa menolak. Istrinya yang cantik dan baik hati memiliki niat untuk menyenangkan sang adik. Kebaikan tersebut menjelaskan kepadanya, tentang seberapa dalam Tatiana ikut menyayangi adiknya.

“Harus dong! Sahabat aku itu. Udah lama kita nggak jalan bareng. Kan kalau Mas ngajar, nggak boleh hang
qeynov

Wkwkwk, Brandon seketika trauma sama mbak Tatik

| 2
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
qeynov
menurut qey, temn yg gokil tuh biasanya temenannya bisa awet banget. klw yg serius2 gampang banget pecah kongsinya
goodnovel comment avatar
Ayu Widia Susanti
kwkwkwkwkwkw ... virus GK tuh .. kenapa sih persahabatan kalian gokil banget ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gus! I Lap Yuh!   [44] Tatiana Pemenangnya

    “Adek, happy?”Senyum lebar Tatiana terpatri. Bagaimana dirinya tidak senang, kalau ia berhasil membawa paksa Brandon ikut serta. Setelah berbagai drama, sahabatnya itu kalah suara. Mana mungkin dia bisa melawan dua wanita superior, terlebih yang satu sudah bertaruh nyawa untuk melahirkannya ke dunia.“Happy, Happy, Happy. Finally kita jalan-jalan berempat, Mas.”“Mau kemana sih, emang?! Maksa banget lo, Ti! Hari libur tuh jatahnya gue molor!” Disamping Khoiron, Brandon masih setia dengan emosinya.“Belanja, nonton, keliling Jakarta, makan enak. Dek,” Tatiana menggeser tubuhnya, “kamu mau kemana lagi? Hari ini kita semua mau nyenengin kamu.”“Kemana ya, Mbak. Zahra nggak tau. Niatnya ke Jakarta kan mau liat-liat kampusnya Mbak sama Mas Khoir.”“Yah, itu sih bisa besok, Dek.” Ujar Tatiana. “Tanggal merah kampusnya juga tutup! Nggak ada apa-apanya,” timpalnya memberi tahu.“Mas, kamu ada rekomendasi nggak?” tanya Tatiana sembari memajukan tubuhnya pada sela-sela jok yang Khoiron dan Bran

  • Gus! I Lap Yuh!   [45] Akhirnya…

    “Assalamualaikum, Umi,” Tatiana melambai-lambaikan tangan di depan layar ponselnya. “Umi liat, Tiana sama Dek Zahra lagi jalan-jalan.” Istri Khoiron itu mengubah pengaturan kameranya, menampakkan suasana pusat perbelanjaan yang ramai.“Hihihi,” ia tertawa saat menunjukan Zahra yang duduk tepat disampingnya. “Kita mau shopping, habisin uang Mas Khoir.”‘Habisin aja, nggak apa-apa. Uang suami kamu buanyak!’ Sahut Umi Aisyah di seberang sana. Perempuan itu langsung meninggalkan kegiatannya ketika melihat panggilan video dari menantunya.‘Zahra ndak ngerepotin to, Ti?’“Baru kemarin sampai loh, Umi. Gimana ceritanya Zahra bisa ngerepotin Tiana. Umi ada-ada aja. Aman kok.”‘Syukurlah.. Pokoknya kalau Zahra ndak nurut, kamu marahin aja. Umi ikhlas.’Tatiana cemberut. Adik iparnya adalah gadis yang baik. Dia tidak pernah membantah omongan, apalagi berbuat nakal. “Ndak mau… Tiana kan udah nggak suka marah-marah..”‘Heleh!” Cibiran tersebut terucap bertepatan dengan Brandon yang melotot. Pemuda

  • Gus! I Lap Yuh!   [46] Lah, Kok Jadi Gini?!

    “Lo! Get out dari mobil suami gue!”Tatiana marah besar. Khoiron menyadarinya hal tersebut. Sepanjang perjalanan, wanita itu terus berdiam. Tatiana sama sekali tidak membuka obrolan atau menanggapi ajakan berbicara yang Zahra lakukan.Suasana menjadi begitu hening dan mencekam. Terlebih ketika sampai di depan rumah Brandon beberapa detik lalu. Tatiana langsung keluar, menuju pintu yang Brandon duduki.“Santai dong! ini juga mau keluar gue! Orang udah nyampe depan rumah!”‘Ya Allah, Brandon. Jangan kamu balas perkataan istri saya,’ lirih Khoiron dalam hati. Istrinya pasti akan semakin mengamuk nantinya. Amarah dan Tatiana bukanlah kombinasi yang baik.“Sekarang!”“Say thanks kek udah ditemenin ngosongin Mall. Diem-Diem bae! Nggak tau..” Brandon baru saja melepaskan sabuk pengamannya. “Tiii!!” sebelum menjerit tatkala kaosnya ditarik sampai-sampai dirinya terjerembab ke bawah.“BACOT!!” “Ti, sumpah, ya lo! Anjing!”“Astagfirullah..” Dua orang yang berada di dalam mobil bersuara.“Lecet

  • Gus! I Lap Yuh!   [47] Zahra Lupa Tatiana Kaya

    “Adek pengen beli mamam?”Kepala Tatiana mengangguk. Wanita itu tampak seperti seorang anak kecil, yang tengah mendapatkan tawaran makanan kesukaan oleh orang tuanya. Tatiana tak menyia-nyiakan kesempatan yang menyelamatkan dirinya dari kepayahan dalam menjawab soal.“Kwetiau daging.. Dagingnya bawa sendiri dari rumah. Soalnya depan komplek cuman ada ayam sama sosis.”“Oke, kalau gitu kita ambil dagingnya ke kulkas dulu.”Baru mereka akan melangkah, suara Brandon terdengar. “Weh!!” Kedua orang itu lalu menunggu mobil di depan mereka menurunkan kaca.“Eh… Eh.. Eh!!! Rem, Zahra!! Injek remnya!!”“Tolloooong! Tollooooong!!!”Suara kepanikan yang keras itu membuat Khoiron dan Tatiana menegang. Bukan Brandon yang mengendarai mobil. Pria itu berada dibelakang body mobil.“Bang, Abang!! Tahan dari depan!! Si Zahra kayaknya nggak bisa nge-rem!” Heboh Brandon dengan napas ngos-ngosannya.“Astagfirullah!!” Pekik Tatiana dan Khoiron.Tatiana berlari ke depan mobil, sedangkan Khoiron berjalan cepa

  • Gus! I Lap Yuh!   [48] Cobaan Tatiana

    Banyak perubahan yang terjadi di dalam diri Tatiana. Perempuan itu menjadi jauh lebih rajin sekarang. Ia tidak hanya bangun pagi untuk menunaikan ibadah, tidak lagi tidur setelahnya.Usai shalat di kamarnya, Tatiana akan turun. Sebisa mungkin membuatkan kopi yang dirinya racik sendiri. Ia juga membantu memasak sarapan. Menemani suaminya menikmati terbitnya matahari di taman depan rumah sebelum akhirnya bersiap menuntut ilmu.Rutinitas tersebut pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang tidak memberatkan Tatiana. Perempuan itu kini telah terbiasa dengan segala kegiatan, yang pastinya tidak ia lakukan saat masih berstatus single di KTP-nya.“Mas, bajunya udah Adek siapin, ya..” Satu hal lagi yang tidak pernah Tatiana lewatkan, menyiapkan seluruh keperluan Khoiron. Jika pada saat awal menikah, Khoiron lah yang melakukan hal itu, kini tugas tersebut seluruhnya Tatiana laksanakan. Ia bahkan belajar menggosok pakaian, khusus untuk pakaian milik suaminya.“Terima kasih, Sayang. Mas mandi du

  • Gus! I Lap Yuh!   [49] Lupa Daratan

    Khoiron memasuki salah satu bilik UGD, tempat dimana Tatiana masih terbaring. Laki-Laki itu menggenggam tangan istrinya, lalu menunduk untuk mendaratkan ciuman ke kening Tatiana.Istri cantiknya pingsan disebabkan oleh tekanan yang dialami. Hal tersebut menjadi indikasi utama usai Khoiron menceritakan beberapa kejadian, sebelum akhirnya sang istri tak sadarkan diri.“Zaujati, Mas sangat menyayangi kamu.” Khoiron membawa punggung tangan Tatiana pada bibirnya. Mencium berulang kali tangan perempuan hebat itu.“Maafkan Mas yang tidak mampu menjaga kamu, Sayang. Maaf Mas yang tidak bisa melakukan sesuatu untuk menolong nilai kamu.”Tatiana sudah banyak berubah. Mungkin jika tak mengalami perubahan, Tatiana akan dapat membela dirinya secara mati-matian. Mengungkapkan apa yang dirinya mau dan memaksa Mutia mengamini apa yang dia percaya.Namun istri cantiknya tidak demikian. Ia tidak marah-marah. Karena jika sang istri melakukan itu, Tatiana tak mungkin menghampirinya dengan air mata.“Kho

  • Gus! I Lap Yuh!   [50] Nikmat Allah Mana Lagi

    “Umiiiii!! Tiana sama Mas Khoir mau punya kecebong!!”‘Kecebong?!’Tatiana mengangguk. Dirinya begitu antusias. Saking tidak sabarannya, ia menghubungi ibu mertuanya. Padahal pemeriksaan saja belum dilakukan sebab masih menunggu nomor antrian. ‘Istri kamu kepengenannya aneh-aneh banget, Ir. Ndak bisa pelihara hewan yang normal sitik opo, Le? Masa kecebong to?!’“Kok hewan, Umi?” Protes Tatiana, mencebikkan bibirnya. “Umi tega banget cucunya disamain sama hewan!”‘Cucu?!’‘Mbak Tiana hamil?’Sebuah teriakan menggema. Itu suara Zahra, sang adik ipar.Layar ponsel Tatiana tak lagi menampilkan wajah sang ibu mertua. Layar itu sepenuhnya berganti dengan kecantikan yang jauh lebih muda.‘Zahra mau punya keponakan, Mbak?’Malu-Malu Tatiana menjawabnya dengan lirih, “iya..” Tangannya menggapai-gapai sang suami agar mendekat. Ia gugup setengah mati.‘Masya Allah… Abiiiii! Mbah Yaiiiii!’Zahra sepertinya sedang berlari untuk mencari Kyai Dahlan dan Kyai Sholeh. Hal itu terbukti dari isi layar T

  • Gus! I Lap Yuh!   [51] Kamera Disebelah Mana?!

    "Brandon udah disuruh ke rumah kan, Mas?!" "Sudah, Sayang." Soraya dan Januar menggelengkan kepala. Brandon sudah selayaknya saudara kembar bagi Tatiana. Keduanya tak memerlukan ikatan darah untuk menjalin tali persaudaraan yang erat. Mereka saling menjaga satu sama lain. Tidak hanya itu saja, merusak bumi pun, mereka bersama-sama. Mereka bahu-membahu, mengacaukan kedamaian para orang tua. Keduanya adalah kembar seiras versi dewasa. Lihat saja betapa bergantungnya Tatiana pada pemuda itu. Seperti Ipin yang tak bisa hidup tanpa Upin, begitu pula mereka berdua."Dia kayaknya khawatir banget, Mas. Maksa pengen ke rumah sakit segala. Kan jadi nggak surprise nanti." "Pasti ada yang lapor ke Brandon kalau kamu pingsan, Dek." Jawab Khoiron tak melepaskan netranya dari jalanan. Papa mertuanya meminta mereka pulang menggunakan kendaraan yang sama, sedangkan mobil miliknya kendarai oleh supir pribadi beliau."Udah pasti itu, Mas. HP aku aja penuh sama chat dia.""Kalian ini ya.. Coba kalau

Bab terbaru

  • Gus! I Lap Yuh!   [79] Kenyang Sama Angan-Angan, Muehehe..

    “Mas Adnan, emang Ibu salah ya?”Tatiana menyangga kepalanya menggunakan tangan. Ia tidur menyamping, menatap putranya kesayangannya.“Jawab dong, Mas. Ibu nggak salah kan, ya?”Khoiron mengulum bibirnya. Istrinya sedang mencari pembenaran, hanya saja kepada orang yang salah.Apa yang istrinya harapkan dari seorang bayi mungil tak berdosa? Pembelaan?! Jelas Adnan belum bisa melakukannya. Putranya mereka masih tak memiliki daya untuk hal itu. Tunggu usianya bertambah, nanti Adnan akan dapat diajak berkomunikasi.“Adnan, mah! Ibu hopeless nih. Ayah juga ngambek ke Ibu. Ibu jadi nggak ada temennya, Mas.”“Kok bawa-bawa Ayah, Bu? yang ngambek bukannya Ibu, ya?”“Mas diem!”Lucu sekali istrinya. Dia yang mogok bicara pada semua orang, tapi malah mengaku menjadi pihak tersakiti. Mana mengelabui anak sendiri. Sungguh nakal!“Mas dianggurin nih?! Mentang-mentang sudah punya Mas Adnan sekarang.”“Aduh! Ada yang ngomong, siapa sih! Ganggu quality time aku sama anakku aja deh!”Khoiron terkikik.

  • Gus! I Lap Yuh!   [78] Tatiana The Crazy Sujatmiko

    “Uh, gemesinnya anak Ibu. Ibu pengen gepengin kamu, Dek.”Khoiron yang baru saja memasuki kamar, kontan berlari mendekati ranjang. “Adek! Istighfar! Jangan gepengin Adnan!” Ucap, pria itu panik. Gemasnya sang istri sungguh membahayakan. Masa anak sendiri mau dibuat gepeng.“Bercanda, Mas Khoir!”“Huh!” Khoiron melepaskan napasnya. Ia pikir istrinya serius ingin menggepengkan anak mereka.“Umi gimana, Mas? Udah dipanggilin dokter belum?”“Udah sadar kok..” Khoiron mendudukan dirinya disamping Tatiana. Tangannya yang besar menggenggam telapak kecil anak lelakinya. “Nggak sampai harus manggil dokter. Umi cuman kaget aja, Dek.”Jangan kan uminya, abinya kalau berada di kamar, pasti juga akan ikut pingsan. Ia tidak mengira kalau kenakalan istrinya sampai bisa membuat heboh satu komplek.“Hehe.. Mama dulu juga pingsan, Mas.” Cengir Tatiana. Mamanya sampai dilarikan ke rumah sakit saat rumahnya di demo. Akhirnya masalah diselesaikan oleh orang tua Brandon. Mereka hanya perlu mengganti mobil

  • Gus! I Lap Yuh!   [77] Masih Ada yang Lebih Parah

    “Adek— Kenapa nangis? Masih sakit?”Tatiana menggelengkan kepalanya. Tidak ada lagi sakit yang dirinya rasakan. Semua rasa sakit itu telah terbayar kontan seluruhnya.“Kenopo, Nduk? Ngomong ke Mbah.”Tidak hanya Khoiron, Kyai Dahlan dan semua orang yang menjaga Tatiana ikut dibuat bertanya-tanya.“Huwaaaa!!”“Oeek!”Jeritan Tatiana lalu bersaing dengan tangis anak lelaki yang dirinya lahirkan satu jam lalu.“TIANA!” Hardik Soraya. Gara-gara suara melengking Tatiana, cucu lelakinya kaget dan terbangun.Tatiana yang dimarahi kontan saja tambah kejar. Tangisnya semakin keras lagi ketika pintu ruang perawatannya terbuka, menampilkan sosok Brandon dan Zahra.“Mas Khoir, hwaaa!!”“Adek, Ya Allah. Sebenernya Adek kenapa? Bilang ke Mas, Dek.” Pinta Khoiron. Anak mereka membutuhkan ibunya, tapi bagaimana bisa mendiamkan anak lelakinya kalau Tatiana saja histeris tanpa sebab.“Kenapa baby lahirnya lebih cepat, hiks! Harusnya waktu mereka nikahan!!” Tatiana terisak-isak sembari mencengkram kemej

  • Gus! I Lap Yuh!   [76] Tiana Mau Selamanya Begini

    “Bosen!” Berengut Tatiana.Semua orang berkegiatan di luar sedangkan dirinya menjadi makhluk mati segan, hidup tak mau. Selain tidur dan menonton drama-drama, ia tak melakukan apa pun di rumah.Mama dan papa yang biasanya menemani kesehariannya, hari ini mendadak memiliki acara bersama teman-teman mereka. Ia ditinggalkan tanpa perasaan.“Sebenernya, gue ini hamil apa lumpuh?! Masa mau ngapa-ngapain dilarang? Mau ikut juga nggak boleh! Parah mereka!”Tatiana bosan maksimal. Zahra dan Brandon masih kuliah. Sejak mempunyai hubungan signifikan dengan adik iparnya, sahabatnya itu berubah menjadi sangat rajin.Brandon hampir tidak menerima usulannya untuk membolos. Ajakannya tadi ditolak mentah-mentah, padahal ia sudah memohon agar Brandon skip kelas terakhirnya hari ini. Hasilnya malah dibalas dengan sebuah quote tidak nyambung.Inilah Jalan Kebenaran.Sedikit agak-agak memang Brandon sekarang. Perubahannya tak seasyik dulu, meski perubahaan tersebut Tiana anggap baik. Setidaknya Brandon t

  • Gus! I Lap Yuh!   [75] Ngidam Licik Ibu Tiana

    Betapa senangnya Tiana. Di lingkungan pondok pesantren milik keluarga suaminya, orang-orang begitu ramah terhadapnya. Tidak hanya itu, mereka pun menghormatinya. Tak lagi memandangnya sebelah mata seperti dulu.“Sore Ning Tiana, Ning Zahra.” Sapa sekumpulan santriwati ketika melewatinya“Sore..” Tatiana melambai-lambaikan tangannya sebagai balasan. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sore ditemani oleh adik iparnya.“Coba aja di komplek hawanya seadem ini ya, Ra. Betah Mbak jalan kaki jauh.”“Mau disini aja Mbak, selama hamil? Umi pasti seneng loh bisa jagain Mbak Tiana.”“Nggak mau ah!” Ucap Tatiana. Ia ini tipe istri yang tidak bisa berjauhan dari suami tampannya. Ditinggal bekerja seharian saja sudah rindu, apalagi kalau harus tidak bertemu beberapa hari. Terkena mala rindu yang ada nantinya.“Pengen nggak pulang, tapi Mas Khoirnya harus kerja.”Kalau Tatiana pikir-pikir lagi, semenjak suaminya bergabung di perusahaan, intensitas mereka bertemu jadi berkurang. Di kampus mereka bisa

  • Gus! I Lap Yuh!   [74] Mak Comblang Jalur Langit

    Tatiana menggosok kedua matanya. Ia yakin jika indera penglihatannya tidak salah. Ia melihat Zahra menyunggingkan senyuman sesaat sebelum menundukkan kepalanya.Beberapa detik yang lalu, adik iparnya itu masih menangis sesenggukkan. Tatiana jelas tahu alasan mengapa Zahra menangis. Dia tidak ingin menikah dengan orang yang tak dicintai— kata lainnya, Zahra sudah memiliki seseorang di dalam hatinya.‘Tapi kok?’ bingung Tatiana, masih belum dapat mencerna perubahaan yang terjadi pada diri sang adik ipar.“Monggo-Monggo, masuk ke dalam.” Ajak Kyai Dahlan, mempersilahkan para tamunya. Pria paruh baya itu turut membawa serta cucu perempuannya. Hari ini Zahra merupakan bintang utama yang akan duduk disampingnya. Nanti setelah lamaran selesai, barulah dirinya menyambut hangat kedatangan cucu kesayangannya.Ruang tamu Ndalem yang tak luas, kini terpenuhi oleh kerabat-kerabat dekat yang Tatiana kenali. Perempuan itu duduk ditengah-tengah mama dan ibu mertuanya.Suaminya sendiri duduk tak jauh

  • Gus! I Lap Yuh!   [73] Belum Sah!

    Tepat satu minggu telah berlalu sejak pertemuan keduanya dengan Brandon di café. Brandon mengatakan jika pemuda itu akan secepatnya bertandang, membawa orang tuanya ke pondok pesantren.Selama tujuh hari itu pula, Khoiron sebagai kakak juga menyampaikan amanat kakeknya. Memberitahukan Zahra tentang niat baik seorang pemuda terhadapnya.Seperti apa yang sudah Khoiron terangkan kepada sang istri, Zahra menerimanya. Meski pun belum mengetahui siapa gerangan yang meminang dirinya, adik Khoiron itu memasrahkan seluruhnya pada kakeknya. Hal tersebut merupakan bentuk baktinya. Zahra yakin, pilihan kakeknya tidak mungkin salah.“Mas.. Mas Khoir ngerasa nggak sih, kalau akhir-akhir ini, Zahra tuh keliatan murung banget?”Jika Tatiana tak salah menilai, keceriaan Zahra meredup sejak suaminya memberitahukan khitbah atas diri sang adik ipar. Zahra memang pendiam, tapi diamnya kali ini terasa berbeda. Tatiana dapat merasakan kesedihan dalam

  • Gus! I Lap Yuh!   [72] Jadi Kapan?

    “Cantiknya Mas, masih ngambek ya?!”Khoiron melakukan toelan pada lengan Tatiana. Semalam dirinya diusir dari kamar. Istrinya itu tidak mau berbagi ranjang dengan orang menyebalkan seperti dirinya. Meski tak bertahan sampai pagi, tetap saja istrinya marah. Sekarang wanitanya sedang mogok bicara. Setiap kali diajak berinteraksi, dia akan mencari cara untuk membalas perilakunya tadi malam.“Ra, kayak ada yang ngomong! Siapa sih?!” Tatiana menjauhkan lengannya. Ia lalu membersihkan jejak sentuhan Khoiron, membuat Khoiron terkekeh dengan aksi yang Tatiana lakukan.“Kamu, Ti. Nggak boleh gitu kalau ngambek. Dosa loh, Ti.” Tegur Januar.“Buat hari ini, Tiana berani dosa!”Tatiana benar-benar kesal. Semalam sudah sampai tahap pengusiran pun, suaminya bertahan dengan kebungkamannya. Kekesalan Tatiana bertambah karena dirinya tak bisa tidur tanpa laki-laki itu.Alhasil, Tatiana harus sedikit me

  • Gus! I Lap Yuh!   [71] MAS KHOIR!!!!!

    “Mas Khoir..” Suara lembut Tatiana mengalun, membuat Khoiron menutup berkas yang tengah dirinya baca.“Dalem, Adek.” Sahut Khoiron tak kalah lembut. Kepalanya berputar, melihat sang istri yang duduk menghadapnya di atas ranjang mereka.“Pripun, Sayang? Adek butuh sesuatu?” tanya Khoiron.“Adek mau cerita.”Senyum Tatiana yang meneduhkan hati Khoiron, menjalar pada diri laki-laki itu. Sudut bibirnya melengkung dan kepalanya mengangguk. “Nggih.. Sebentar ya. Mas simpan berkasnya dulu.” Tuturnya sebelum menyimpan kembali berkas-berkas pekerjaannya ke dalam tas.Begini saja rasa cinta Tatiana bertambah menjadi berkali-kali lipat. Suaminya selalu menyediakan banyak waktu untuknya meski dalam keadaan sibuk sekali pun. Tatiana merasa begitu dicintai karena hal sekecil itu.“Sambil Mas pijitin kakinya ya, Dek. Adeknya rebahan aja.”“Nggak

DMCA.com Protection Status