Share

Chapter 04

Penulis: Gywnee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Vyan kau dengar tidak daritadi orang-orang bahkan kakak kelas membicarkan mamamu, mereka memuji mama mu sangat cantik, tapi ya emang cantik beneran sih." Ucap Aldo sambil memakan snacknya.

Vyan tersenyum kecil, "Aku harus lebih menjaga mama."

"Kau ini dasar." Gumam Aldo.

"Halo pak Gavin..." Sapa Vyan ke guru olahraganya itu. Dan guru itu hanya diam melihat mereka.

"Kenapa makan sambil jalan begitu?" Tanya Gavin guru olahraga itu.

"Hehehe tadi enggak sabar mau makan pak," Jawab Aldo sambil tersenyum.

"Gimana pak Gavin ngajar disini, bapak baru seminggu kan disini?" Tanya Vyan dengan penasaran.

"Kau ini ya sama guru aja kayak sama temen," Gumam Aldo dengan heran.

"Eummm....banyak anak yang bapak hukum, jangan sampai kalian berdua bapak hukum juga ya." Ucap Gavin.

"Tenang saja pak, kita mah disiplin banget." Jawab Vyan dengan penuh percaya diri. Aldo menganggukkan kepalanya dengan setuju.

Gavin menganggukkan kepalanya dengan mengerti.

"Lanjutkan kegiatan kalian, saya ke sana dulu." Pamit Gavin lalu dia pergi meninggalkan mereka.

"Tuh bapak dingin banget ya, pantas saja pada takut sama dia." Ucap Aldo dengan heran.

Vyan tersenyum kecil, "Ayo ke ruang musik, tanganku gatel pengen gitaran." Ajak Vyan sambil merangkul pundak Aldo.

Gavin menoleh ke mereka berdua, dan dia memperhatikan Vyan dengan raut wajah sedihnya itu.

Vina, Falen, dan beberapa teman cewek sekelasnya sedang makan di kantin sambil bergosip tentang kakak kelas yang tampan-tampan, tapi Vina tidak tertarik dengan pembicaraan seperti itu, dia hanya fokus makan.

Gavin memperhatikan mereka dari kejauhan, dan dia tersenyum kecil melihat Vina.

"Kapan jam pulang sih," Gumam Vina dengan heran.

Kedai Via.

Keara duduk setelah selesai membersihkan kedainya, dia juga sudah melayani 2 pembeli itu.

"Kenapa diam begitu?" Tanya Ivan. Keara sontak terkejut karena melihat Ivan yang tiba-tiba datang bahkan dia tidak mendengar suara kedatangan Ivan.

"Sejak kapan kau disini?" Tanya Keara dengan heran.

"Baru. Kenapa kau diam begitu, apa mereka berdua terlibat masalah di sekolah?" Tanya Ivan dengan heran.

"Enggak kok, aku hanya sedikit lelah. Duduklah aku akan buatkan menu sepesial." Ucap Keara sambil tersenyum.

Ivan berdecih tersenyum, lalu dia duduk sambil menunggu menu spesial itu datang. Dan setelah beberapa menit makananya sudah siap, Ivan makan di temani oleh Keara.

"Kau tidak ke kantor tuan muda eh sekarang ganti pak CEO." Canda Keara.

"Paan sih," Jawab Ivan dengan kesal. Keara terkekeh.

"Ivan aku ketemu Eric, dia sekarang jadi direktur di sekolahan anak-anakku." Ucap Keara.

Ivan menoleh ke Keara, "Karena itu kau terlihat cemas?"

Keara menganggukkan kepalanya, "Aku takut dia bertemu Vyan atau Vina, dan dia membicarakan tentang masa laluku dan-"

"Keara, jangan terlalu overthingking begitu." Sahut Ivan dengan kesal.

"Aku hanya takut saja..." Jawab Keara dengan sedih.

Ivan menghela nafas dengan kesal, "Aku dekat denganmu dan Axel, bahkan aku sejak kecil berteman dengan Axel jadi aku tahu sifatnya. Aku yakin mereka berdua bisa menangani masalah itu jika memang benar Eric mengatakan hal tentang dulu ke mereka." Jelas Ivan.

"Ivan, meskipun mereka anak-anakku dengan Axel tapi mereka juga punya pemikiran sendiri-sendiri." Jawab Keara dengan cemas.

"Mereka tidak sebodoh itu bisa dipengaruhi oleh orang lain, sifat mereka itu sama sepertimu dan Axel." Jawab Ivan.

Keara menghela nafas dengan sedih.

"Vyan punya sifat yang peka dan pengertian seperti mu, sedangkan Vina punya sifat yang cuek dengan ucapan orang lain jika tidak ada fakta seperti Axel." Ucap Ivan.

Keara hanya diam, dia tetap cemas dengan mereka berdua.

"Cepat atau lambat mereka memang harus tahu Keara, yang perlu kau siapkan hanyalah bahu untuk mereka." Jelas Ivan.

"Kau benar. Aku hanya takut jika mereka merasa menjadi beban untukku." Jawab Keara dengan sedih.

"Mereka akan mengerti aku yakin." Jawab Ivan.

Keara tersenyum kecil.

"Tapi kalau aku perhatikan sekarang, wajah Vyan sangat mirip dengan Axel dulu ya, tapi sifatnya mirip denganmu. Sedangkan Vina mirip denganmu dulu tapi sifatnya cuek kayak Axel. Ah aku jadi kangen mereka, nanti mau jemput mereka ah..." Ucap Ivan.

Keara tersenyum kecil, memang sejak kecil Ivanlah yang sering mengajak main mereka saat Keara kerja. Sebenarnya Keara tidak enak dengan Ivan tapi Ivan tetap memaksa Keara karena dia juga tidak terlalu sibuk dulu. Makanya mereka berdua dekat juga dengan Ivan seperti orang tua mereka sendiri.

"Kau tidak ke kantor apa?" Tanya Keara dengan heran.

"Aku ingin cari udara segar hari ini," Jawab Ivan.

"Dasar ..." Gumam Keara dengan heran.

Sepulang sekolah.

Ivan menjemput mereka berdua tapi hanya Vani yang ikut dengan Ivan karena Vyan sibuk dengan kegiatannya. Dan pada akhirnya mereka berdua yang pergi, Ivan mengajak Vani ke toko buku karena dia tahu dimana tempat favorit Vani.

"Wahh paman the best..." Ucap Vani sambil mengacungkan kedua jempolnya. Ivan tersenyum dengan sombong. Vani memang terlihat cuek dengan semua orang tapi beda jika dia sedang dengan Ivan.

Lalu mereka berdua memilih buku bersama.

"Semakin dewasa kamu benar-benar mirip dengan papamu Vania," Ucap Ivan sambil tersenyum.

Vani menoleh ke Ivan dengan tatapan heran.

"Ada apa?" Tanya Ivan dengan heran.

"Tumben paman menyebut papaku, dari dulu tidak pernah persaaan." Jawab Vani dengan heran. Ivan terkekeh lalu dia mengusap rambut Vani.

"Karena aku juga merindukan dia, setiap aku melihatmu aku teringat dengannya." Jawab Ivan sambil tersenyum.

Vani hanya diam dan memperhatikan Ivan.

"Paman, jika aku ingin tahu tentang papaku apa paman akan jawab, karena mama tidak pernah cerita soal papa sejak dulu bahkan wajahnya pun aku tidak tahu." Tanya Vani dengan nada sedih.

Ivan sudah yakin jika anak-anak Keara pasti mulai penasaran dengan papa mereka, mungkin mereka berdua terlihat diam tapi mereka juga pasti menyimpan sejuta pertanyaan untuk papa mereka.

"Baiklah, kita pilih buku dulu habis itu ke beli ice cream ya," Ajak Ivan sambil tersenyum.

"Paman, aku bukan anak kecil lagi kenapa selalu memberiku ice cream." Ucap Vani dengan kesal.

"Memangnya ice cream di buat untuk anak kecil aja apa," Jawab Ivan.

Vani mendengus kesal, dia tidak memperdulikan Ivan lagi dia fokus memilih bukunya.

Gavin melihat anak-anak yang sedang mengikuti ekstrakurikuler taekwondo itu, dia memperhatikan Vyan dari kejauhan. Gavin tersenyum kecil karena Vyan terlihat cepat berbaur dengan banyak orang, bahkan kakak kelas juga akrab dengannya. Setelah itu Gavin segera pergi.

Gavin pergi ke ruang guru, dan dia melihat Dion, guru seni baru itu yang sedang siap-siap untuk pulang.

"Anda tidak pulang pak Gavin?" Tanya Dion sambil terseyum.

"Iya ini mau siap-siap." Jawab Gavin sambil tersenyum, dia menatap Dion dengan tatapan tajamnya itu.

Aku menemukanmu. (Batin Axel).

Bab terkait

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 06

    Sekolah!Gavin sedang mengajar kelas Vyan. Dia menyuruh anak-anak itu untuk melakukan pemanasan."Pemanasan 20 jam pun enggak apa-apa, asal bisa liatin pak Gavin terus." Gumam Falen dengan senang. Vani menghela nafas dengan kesal, bisa-bisa teman dekatnya ini masih memikirkan hal seperti itu padahal dirinya sudah ingin menyelam ke kolam renang rasanya.Gavin memperhatikan setiap anak disini, dan yang paling menarik perhatiannya tentu saja kedua anaknya itu. Dia memperhatikan Vyan yang banyak bicara dengan Aldo sedangkan Vina hanya diam."Oke berhenti." Ucap Gavin.Mereka semua langsung berhenti dan mereka terlihat ngos-ngosan."Kenapa setiap pemanasan seperti ini nafasku jadi pendek..." Ucap Falen dengan kesal."Lebih baik tidak usah olahraga kan ya biar tidak memperpendek umur." Jawab Vani dengan kesal. Falen mengangguk dengan setuju."Komplotan aneh itu heran aku," Gumam Vyan."Materi hari i

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 07

    Dan liftnya terbuka, Keara mau keluar tapi dia bertabrakan dengan seorang pria bertubuh besar sampai Keara terpental ke belakang dan dengan cepat Axel menahan tubuh Keara. Keara menoleh ke belakang dan Axel langsung mendorong Keara agar berdiri tegak setelah itu Axel keluar begitu saja."Mau bilang makasih padahal," Gumam Keara dengan heran."Duh maaf ya mbakk..." Ucap pria itu."Tidak apa-apa pak," Jawab Keara sambil tersenyum. Lalu Keara segera keluar dan menemui putrinya.Axel bernafas lega karena Keara tidak melihat wajahnya tadi. Dan dia merasa kesal dengan pria yang menabrak wanitanya tadi. Dan Axel diam-diam pergi ke ruangan Vani untuk melihat mereka.Sampai di dalam ruangan Vani, Keara terkejut melihat ruangannya yang bagus."Ini kenapa ...." Gumam Keara dengan heran."Mama tenang saja ini sudah ditanggung sekolahan." Jawab Vani."Kamu ini kenapa kok sampai bisa pingsan? pasti asam lambung

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 08

    Keesokan harinya.Sekolah.Axel sengaja berjalan melewati kelas Vyan, dia ingin melihat Vina masuk atau tidak dan ternyata Vina masih belum masuk hari ini. Axel terlihat cemas, dia ingin menengok putrinya itu tapi dia takut jika dia curiga padanya.Vyan menoleh ke arah jendela luar, dia melihat Axel dengan wajahnya yang sedih, dan Axel pergi begitu saja. Vyan juga merasa heran kenapa bisa Axel sebaik itu ke saudaranya.Axel kembali ke meja kerjanya, dan saat dia masuk ke ruang guru dia terkejut mendapat banyak coklat dan surat dari anak-anak cewek kelas 12."Wah pak Gavin populer banget ya, sampai ada yang kasih cokelat sebanyak ini." Canda Dion sambil tersenyum.Axel tersenyum kecil, padahal dia tidak suka jika mereka melakukan ini tapi mau bagaimana lagi ia harus menerimanya agar tidak menyakiti perasaan mereka semua. Axel masih heran kenapa bisa kejadian seperti ini terulang lagi setiap dia di sekolahan.

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 09

    "Aku...aku ma-""Mama!" Panggil Vyan, mereka menoleh ke Vyan, dan Axel merasa kesal karena belum bisa tahu apa jawaban dari Keara."Pak Eric lho kok bisa sama mama disini?" Tanya Vyan dengan heran."Iya ini teman sekolah mama dulu," Jawab Keara sambil tersenyum.Vyan sontak terkejut mendengarnya, dia tidak menyangka teman mamanya adalah direktur di sekolah ini."Vyan kita sering ngobrol kan, maaf ya tidak bilang padamu." Ucap Eric sambil tersenyum."Kalian sering ngobrol?" Tanya Keara dengan heran."Iya Keara, aku rasa dia lebih sosial butterfly daripada dirimu." Jawab Eric.Keara tersenyum kecil menoleh ke Vyan."Enggak kok pak, ma kita sering ngobrol saat aku memenangkan lomba gitu," Jelas Vyan."Putramu ini benar-benar hebat, dia pandai dalam segala hal pantas saja ya banyak cewek-cewek naksir sama dia." Ucap Eric sambil tersenyum kecil."Bapak bikin malu aja." Jawab Vyan denga

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 10

    Karena hujan deras, Ivan dan Vyan berhenti main basket. Mereka masuk ke dalam rumah Ivan dan mereka makan mie rebus bersama."Wah enak banget, udah hujan makan mie lagi uuhhhh..." Ucap Ivan dengan heboh.Vyan menganggukkan kepalanya dengan setuju, "Apalagi ditambahin banyak sayuran wihhhhh tambah mantap." Jawab Vyan.Ivan menggelengkan kepalanya karena dia tidak suka sayuran."Kau ini ya suka banget sama sayuran," Ucap Ivan dengan heran."Paman aneh, paman marahi Vani biar makan sayur sama buah tapi paman sendiri tidak suka, gimana sih," Ucap Vyan dengan heran.Ivan terkekeh, "Beda itu, Vani kan masih kecil jadi harus banyak makan sayur sama buah." Jawab Ivan."Yang harusnya itu banyak makan ya paman lah, paman kan udah tua jaga kesehatan paman." Omel Vyan dengan kesal."Iya..iya kenapa jadi aku yang diomeli," Gumam Ivan dengan heran."Paman," Panggil Vyan."Hm?" Tanya Ivan."Apa

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 11

    Hari ini Axel tidak masuk ngajar, karena dia merasa tidak enak badan gara-gara kehujanan kemarin. Tapi Axel memanfaatkan momen cutinya ini untuk melihat wanita yang dia cintai itu. Setelah Axel pulang dari kantor polisi dia pergi ke rumah Keara. Dia melihat Vani yang berangkat sekolah diantarkan oleh Hera, dan beberapa menit kemudian Keara keluar.Axel mengikuti Keara yang pergi itu, Keara menaiki taksi karena kedainya cukup jauh dari rumahnya.Dan akhirnya dia sampai, setelah itu Keara segera membuka kedainya dan membersihkan kedainya itu.Axel sebenarnya kasihan tapi juga bangga karena Keara.Axel sebenarnya merasa sangat pusing tapi dia menahannya karena dia tidak ingin meninggalkan momen langka ini baginya.Beberapa menit kemudian, beberapa orang datang ke kedai itu, dan Axel memakai topi, masker, dan jaketnya karena dia juga ingin masuk ke dalam kedai itu. Setelah itu dia keluar dari mobil dan masuk ke dalam."Sela

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 12

    Axel menggendong Keara ke dalam mobilnya, dan Keara masih belum sadarkan diri. Axel terus memperhatikan wajah Keara dari dekat, dia memperhatikan detail wajah wanita di sampingnya itu, duduk berada di samping Keara adalah hal dia rindukan juga selama ini, dia senang bisa melihat Keara sedekat ini tapi disisi lain banyak rasa yang dia rasakan sekarang ini, perasaan Axel campur aduk melihat Keara, dan tentu rasa bersalah itu tidak bisa lepas darinya.Sekarang Axel bingung harus membawa Keara kemana, dia bisa ketahuan jika membawa Keara ke rumahnya, karena anak-anaknya pasti curiga dengannya. Dia juga tidak tega jika harus menidurkan Keara di teras kedai itu.Axel juga takut jika membawa Keara ke rumah dan Dion mendatanginya dia takut jika anak-anak itu terancam juga, dan pada akhirnya Axel akan membawa Keara ke rumahnya sendiri.Malam harinya.Axel sudah mengirimkan pesan ke Vyan lewat Hp Keara jika Keara telat pulang karena akan ke rumah

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 13

    Keesokan harinya.Vyan keluar dari kamarnya, meskipun ini hari libur tapi dia tetap bangun pagi untuk membantu mamanya. Dan tentu saja Vani masih terlelap tidur di kamarnya."Mama kemarin pulang jam berapa?" Tanya Vyan dengan heran.Keara menoleh ke Vyan dengan terkejut, dia sebenarnya masih memikirkan tentang kejadian yang menimpanya kemarin dan ditambah dompet dan Hpnya tidak ada disini."Vyan kamu tahu mama pergi kemana kemarin?" Tanya Keara dengan heran."Ha? gimana sih kan mama chat aku katanya ke rumah bibi Hera." Jawab Vyan lalu dia membantu mamanya yang sedang mengelap piring itu."Ohh..oh iya mama lupa," Jawab Keara sambil tersenyum. Dan Keara heran bagaimana pria yang menyekapnya kemarin tahu tentang Hera, dia yakin jika pria itu yang mengirimkan pesan itu ke anaknya tapi dia juga heran bagaimana dia bisa tahu kalau anaknya bernama Vyan."Mama kenapa sih?" Tanya Vyan dengan heran, karena daritadi Vyan

Bab terbaru

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 121

    "Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 120

    "Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 119

    "Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 118

    Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 117

    "Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 116

    Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 114

    Keesokan harinya!Ivan datang ke rumah mereka untuk membawakan sarapan yang ia beli, bahkan mereka berdua belum ada yang bangun. Ivan bisa bebas keluar masuk karena dia punya kunci cadangan rumah mereka ini. Ivan masuk ke kamar Vina dan dia masih tertidur lelap, Ivan mendekat ke gadis itu dan memperhatikannya dengan penuh rasa iba. Dia tidak menyangka jika kejadian buruk selalu menimpa gadis yang ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.Axel...kedua kalinya kau melewatkan masa tumbuh mereka, masa remaja mereka sudah usai dan dipenuhi tangis tentu saja masih terjadi sampai detik ini, dan mereka sudah berumur 20 tahun, mereka bukan anak-anak lagi...harusnya kau yang disini untuk melihat mereka.- batin Ivan.Ivan mengusap air matanya, lalu dia mengusap rambut Vina dengan lembut."Paman?" tanya Vina dengan setengah sadar."Ah maaf..tapi memang paman sengaja mau membangunkanmu..ayo bangun sudah pagi.." ucap Ivan sambil tersenyum."Itu

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 113

    Vyan sedang berlatih boxing sendirian di rumah, dia merebahkan tubuhnya di lantai karena penat dan lelah."Nih!" ucap Aldo sambil membawakan minuman yang ia buat, Aldo memang sedang main dirumah Vyan."Kau buat makan malam apa?" tanya Vyan, karena Aldo bilang jika dia akan memasak untuk mereka berdua itu, Aldo benar-benar sudah dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini bahkan Vina pun sudah tidak heran lagi jika Aldo melakukan apapun dirumah ini."Vina bilang mau dibuatin sup..aku sudah memasak ayo makan bareng!" ajak Aldo.Vyan tersenyum, "Dia tidak pernah request padaku...bisa-bisanya dia request denganmu." ucap Vyan dengan heran."Karena masakanmu tidak enak." canda Aldo lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan segera memanggil Vina untuk makan malam bersama.Vyan tersenyum kecil.Setelah Vyan mandi dia segera bergabung dengan mereka berdua di meja makan. Vyan melihat Vina yang makan dengan lahab, dia senang mel

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 115

    Keesokan harinya!Vyan dan Felix berada di depan rumah Andre, mereka melihat Andre yang pergi keluar dengan asprinya itu."Aku akan mengambil dokumen warisan itu, paman cukup disini saja. Jika mereka tahu paman ikut nanti mereka akan bilang kakek." ucap Vyan.Felix hanya mengangguk lalu Vyan segera masuk ke dalam rumah kakeknya itu. Vyan pura-pura bertamu dan mencari kakeknya, dia bersikap biasa saja disana agar tidak ada yang mencurigainya.Dan Vyan masuk ke dalam ruangan kakeknya untuk mencari dokumen yang ia incar itu, disaat dia sibuk menggeledah, Vyan menemukan foto Andre dengan seorang remaja, Vyan tidak yakin itu papanya karena wajahnya sangat berbeda, dan dia juga tidak yakin jika ini adalah adik papanya yaitu Dito. Wajah anak yang berfoto itu tidak mirip dengan kakeknya itu."Siapa ini..." gumam Vyan dengan heran. Vyan memfoto foto itu dari hpnya karena dia masih penasaran dengan remaja di samping kakeknya itu, Vyan menaruh foto

DMCA.com Protection Status