Masa lalu Simah adalah sesuatu yang mengakar dan telah menjadi kebencian serta dendam yang tidak ada ujungnya. Ia mengharapkan cinta tapi mendapatkan penghianatan. Ia mengharapkan kehormatan tapi mendapatkan penghinaan. Ia jatuh cinta tapi berakhir pada kebencian.Akan tetapi sayangnya Saka berbeda dari kedua orang tuanya. Ia adalah individu yang mandiri dengan pemikirannya sendiri. Ia hanya mencintai Sina dalam hidupnya dan akan selalu begitu. Tidak peduli pada rasa sakit yang dirasakan oleh Simah, selama dia menyakiti Sina maka ia akan membuatnya menderita.Lagipula dosa kedua orang tuanya, maka biarkan mereka berdua yang menanggungnya. Kenapa ia dan Sina harus menanggung dosa orang lain. Semua ini bukanlah salah mereka."Aku tidak peduli dengan kisah percintaan mu dengan laki-laki tua itu. Tapi kamu telah mengusik adikku, maka kamu harus menanggung akibatnya."Saka tidak pernah memandang ayahnya sebagai seseorang yang perlu ia hormati. Karena Saka selalu tau bahwa di masa depan ia
Sina masih terdiam dan merasakan panasnya api biru dalam tubuhnya. Ia telah merasakan rasa sakit ini selama ratusan tahun, dan akhirnya ia belajar untuk terbiasa. Sina telah belajar banyak hal dalam hidupnya selama ratusan tahun. Awalnya ia marah dan tak terima pada semua hal yang telah terjadi pada hidupnya. Lalu setelah itu ia mulai putus asa dan perlahan mulai menerima. Terkadang ia pun mencoba berkompromi pada Dewa untuk meringankan hukuman. Tapi permintaan itu tak pernah dikabulkan.Sina tau bahwa ia tak salah sepenuhnya, tapi ia juga tau bahwa ia bukanlah orang yang benar. Semua ini memang dipicu oleh Simah, tapi Sina bukanlah orang suci. Jika saja ia memiliki pengetahuan lebih dan tak terlalu sombong, harusnya ia menyadari bahwa apa yang telah ia lakukan adalah sesuatu yang salah sejak lama. Akan tetapi ia begitu angkuh hingga menganggap bahwa kesalahannya adalah sesuatu yang wajar."Akulah yang bersalah," ucap Sina pelan. Ia tersenyum dalam lukanya dan menangis dalam diamnya.
Sina membelai dahi Pieter yang terlihat menangis dan takut. Tak lama perlahan tapi pasti api biru mengelilingi Pieter hingga laki-laki itu menutup mata dan tak sadarkan diri. Setelah kesadaran Pieter benar-benar terkunci, Sina pun memanggil kekasihnya."Jarka..."Saat namanya disebut, jiwa tersembunyi milik Pieter pun langsung bangkit kembali. Jarka membuka matanya dan melihat kekasihnya sekali lagi. Akan tetapi wajah cantik kekasihnya terlihat lebih pucat dari saat mereka bertemu terakhir kali. Hal tersebut membuat Jarka menebak bahwa mungkin ini sudah saatnya Sina pergi lagi."Apakah ini sudah waktunya kamu untuk pergi?"Sina pun menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum kecil saat melihat kekasihnya lagi, akan tetapi ia melihat Saka masih bertarung dan marah pada Simah. Hal tersebut membuat Sina merasa sedih."Sudah saatnya untuk pergi, akan tetapi Saka belum menerimanya. Dia masih marah dan enggan untuk melepaskan."Jarka pun melihat ke arah kakak iparnya. Ia sedikit cemburu pada rasa
Sina menggunakan darahnya dan membuat banyak pola di tanah. Ini mengingatkannya pada ritual yang telah ia alami ratusan tahun lalu. Ritual yang disebut sebagai menyucian dan persembahan pada para dewa. Ritual yang melibatkan api biru sebagai pengikat jiwa dan tak melepaskan dan membiarkan nya kemana-mana. Ritual ini pula lah yang membuat Sina berakhir seperti ini.Kali ini Sina ingin membuat Simah merasakan hal yang sama. Ia ingin Simah menyadari keegoisannya telah membuat ia merasakan sakit yang begitu menyakitkan. Rasa kesepian yang teramat dalam dan tentu saja penantian yang tak ada habisnya.Sina ingin Simah menyadari bahwa harus segera berubah untuk bisa menebus dosa-dosa nya."Kali ini aku tak akan menutup mata. Aku akan menghukum mu sebagaimana kesalahan yang telah banyak kamu lakukan di masa lalu."Sina menyadari bahwa ini adalah Simah. Akan tetapi ia tak menutup mata bahwa ia juga ikut andil di dalamnya.Sina dimasa lalu begitu arogan dan memandang rendah siapapun yang ada di
Senggrala, tanggal 15 bulan atas.Sina membaca nama yang tertera di atas surat di tangannya. Setelah itu ia langsung membuangnya tanpa peduli."Surat dari siapa itu?"Mendengar suara laki-laki yang dicintainya, Sina pun menoleh dengan senyum di wajahnya. Saka selalu menjadi laki-laki yang akan ia cintai sepanjang hidupnya."Siapa lagi kalau bukan jenderal perang milikmu. Dia selalu mengirim surat setiap bulan tanpa lelah bahkan ketika aku tak membalasnya."Melihat wajah kusut adiknya, Saka pun tersenyum dan menghibur."Jarka tidak buruk. Dia akan menyayangimu sepenuh hatinya. Apalagi dia sudah mengejar mu sejak kita masih kecil."Mendengar bujukan Saka, Sina langsung mendekat dengan wajah yang sepenuhnya marah."Bagaimana bisa kamu berfikir laki-laki kasar seperti itu pantas untukku? Dia hanya bergelut dengan peperangan dan pedang miliknya. Tangannya dipenuhi oleh darah dan dia tidak mengerti sedikit pun kehidupan para bangsawan. Satu-satunya orang yang pantas menjadi pendamping ku ad
Saat Sina terlelap dalam tidurnya, Saka pun bangun dan mencium kening sang adik. Lalu pergi meninggalkannya dengan langkah tanpa suara. Wajahnya yang terlihat ramah sebelumnya telah hilang, digantikan dengan wajah dingin dan tegas. Ia berjalan menuju tempat pertemuan dimana masa depannya yang telah ia rencanakan akan terwujud sebentar lagi.Saka berjalan menuju ruangan paling ujung istana, saat itu juga para prajurit yang melihatnya langsung menunduk dan memberi hormat.Saka pun membuka pintu ruangan tersebut dan seketika semua penghuninya memberi hormat menghadap lantai."Salam Hormat Yang Mulia."Kata Yang Mulia sebenarnya tidak bisa disematkan oleh sembarang orang. Hanya Raja dan Ratu lah yang berhak dipanggil dengan sebutan Yang Mulia. Akan tetapi kali ini Saka sebagai seorang pangeran mahkota telah disebut sebagai Yang Mulia. Jika orang luar mendengarnya maka itu bisa dikategorikan penghinaan dan makar. Akan tetapi kali ini hanya orang-orang yang dipilih oleh Saka lah yang berani
Saka duduk di ruangannya sambil melihat ular yang meliuk-liuk di dalam tong besi miliknya. Ular itu ia dapatkan dari seorang pedagang luar pulau. Ular yang berasal dari lautan dan memiliki bisa paling mematikan. Ular ini telah ia beli dengan harga yang sangat mahal. Ular yang akan ia persembahkan untuk ayahanda tercinta.Saka tersenyum dan senyum itu cukup mengerikan. Senyum yang sangat jarang terlihat dan membuat para pelayan di sekelilingnya merinding dan ketakutan. "Dimana Sina sekarang?"Mendengar pertanyaan Saka, pelayan pun langsung mendekat dan menjawab."Tuan Putri Sina saat ini sedang berada di kamarnya.""Kalau begitu bawa perhiasan yang telah aku beli kemarin untuknya dan katakan bahwa malam ini aku tidak akan menemuinya." Setelah itu Saka bangun dan mengambil sebuah surat di meja. "Jangan lupa berikan surat ini padanya. Suruh dia baca surat ini sebelum membuka kotak perhiasan itu.""Baik pangeran."Pelayan itupun langsung mengambil surat dan kotak perhiasan yang diberikan
Malam ini ditakdirkan untuk menjadi malam yang berdarah. Orang-orang yang mengetahui hal itu merasa gelisah dan memilih untuk berdiam diri di kamar mereka masing-masing. Akan tetapi hal berbeda terjadi pada Sina, ia masih tersenyum saat membaca surat dari Saka.Saka akan membunuh ayah mereka dan Saka telah menjanjikan sebuah pernikahan untuknya. Jujur saja Sina agak enggan melihat ayahnya pergi untuk selamanya. Akan tetapi rasa senang karena kesombongannya terpenuhi membuatnya berfikir bahwa itu bukan masalah. Rasa sombong Sina ketika mendengar bahwa Saka akan melakukan apapun untuknya membuat Sina langsung 'rela' jika kelak ia tak memiliki ayah lagi."Sudah sewajarnya cinta melakukan pengorbanan."Tidak ada satupun orang yang berhak menghalangi rasanya cintanya pada Saka, bahkan orang tuanya pun tidak. Mereka berdua telah bertekad akan mengorbankan siapapun jika itu memungkinkan. Siapapun.Saka pun berjalan dengan yakin sambil membawa racun di tangannya. Ia berjalan melewati banyak p
Di lain pihak, Jiwana telah mendengar tentang invasi Nippon ke pulau ini yang berniat menggantikan kekuasaan Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana tidak setuju, bukan hanya karena ia bekerja bersama para bangsawan Netherland, tapi juga karena Jiwana merasa bahwa bangsawan Netherland tidak terlalu kejam selama di pulau ini, mereka hanya sangat sombong dan pelit.Netherland memang memiliki riwayat buruk dengan para pribumi, akan tetapi itu hanya berlaku di pulau seberang. Di pulau ini, Jiwana lah yang mengaturnya. Ia menjilat para bangsawan Netherland untuk mendapatkan upah yang lebih baik. Ia juga membujuk para pribumi untuk mau bekerja tanpa sebuah paksaan. Sehingga keduanya tidak memiliki konflik yang berarti.Akan tetapi Nippon datang dan Jiwana tidak tau seperti apa strategi politik yang akan dilakukan Nippon di masa depan. Jiwana takut Nippon akan lebih sulit dibujuk dan akan menyengsarakan pribumi dan lebih kejam dari Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana membentuk kelompok k
Saat peperangan meledak, hujan di Ziel tak henti-hentinya turun. Alam sepertinya mendukung para pribumi dengan menurunkan hujan deras agar mereka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk lari, sedangkan tentara Nippon kesulitan karena cuaca dan Medan yang belum mereka kuasai.Disaat hujan terus mengguyur Ziel dan tentara Nippon memaksakan diri untuk masuk, Pieter bersembunyi di balik pohon sambil membawa pedang telah ia asah selama beberapa hari. Matanya telah terbiasa oleh hujan dan kabut, jadi Pieter mampu melihat dengan jelas gerakan lawan dibalik pohon itu.'hmm mereka terlihat familiar'Tentara Nippon memiliki perawakan yang hampir sama dengan pribumi, hanya saja kulitnya putih dan matanya agak sipit. Hampir mirip dengan keturunan Tionghoa yang biasa Pieter lihat. Mereka memiliki suara yang keras dan perawakan yang kaku, jadi wajar saja jika Pieter merasa wajah mereka terlihat familiar.Pieter bergerak dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin meremehkan musuh. Walaupun tubuh Pieter
Beberapa tahun setelah kematian Sina, perang terjadi di pulau Mirah Adhi dan diprediksi Netherland akan segera kalah. Pasukan Nippon telah mulai melakukan aksi untuk menguasai, sehingga Pieter pun harus bersiap mengevakusi anggota keluarga agar bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Pieter bahkan memecat semua pelayanannya agar mereka bisa pergi mengungsi dengan cepat. Pieter tidak ingin orang-orang dibunuh ataupun dibantai karena mereka bekerja pada Netherland. Karena bagaimanapun para pelayannya bukanlah penghianat negara melain orang biasa yang mengais rezeki dengan bekerja padanya. Walaupun begitu ada beberapa pelayan masih enggan untuk pergi karena merasa sayang pada Pieter."Tuan, kami masih ingin tetap bersamamu. Kami rela mati bersamamu jadi kami tidak akan pergi kemanapun. Atau kalau Tuan mau, ikutlah bersama kami ke kampung. Disana kami akan menyembunyikan Tuan agar aman dan tak akan tertangkap oleh tentara Nippon."Mereka bekerja bersama Pieter, akan tetapi mereka mendedika
Pieter menatap ke arah gundukan tanah yang tertulis nama Lana di atasnya. Pieter ingat ketika ia membuka mata untuk pertama kalinya tubuh Sina telah mendingin di dalam pelukannya. Tubuh yang cantik itu telah kehilangan jiwanya dan Pieter akhirnya ditinggalkan untuk yang kedua kalinya.Selama dua kehidupan ia harus ditinggalkan oleh kekasihnya. Akan tetapi walaupun rasa sedih menguasai hatinya, ia selalu ingat bahwa kematian Sina saat ini adalah untuk kebaikannya sendiri. Sina tak lagi merasakan kesakitan dan penderitaan seperti yang ia rasakan ratusan tahun yang lalu. Dia telah terbebas dan Pieter bahagia karenanya."Kamu bebas sekarang." ucap Pieter lirih.Saat pemakaman berlangsung, banyak orang yang datang untuk melayat. Mereka berdoa dengan penuh hikmat dan terkadang datang untuk bersalaman dengan Pieter sambil mengucapkan banyak kalimat menghibur. "Dia sekarang berada di lindungan Tuhan, jadi kamu jangan bersedih terlalu berlarut-larut.""Ya, Lana adalah gadis yang baik dan taat
Saka meninggal di hutan keramat saat berusia ia telah 97 tahun. Ia sangat tua dan tak pernah pergi dari tempat itu satu kali pun. Ia telah meninggalkan semua kemewahan dan kejayaan serta masa mudanya. Ia memilih untuk tinggal bersama Sina di hutan keramat. Ia ingin jiwa Sina tak merasa kesepian, setidaknya sampai ia meninggalkan dunia ini. Saka juga tak pernah berkomunikasi dengan orang lain sehingga ia tak pernah tau apa yang terjadi di luar hutan. Baginya tugas sebagai seorang Raja telah ia penuhi, ia telah berusaha untuk membuat rakyat sejahtera dan keluarga yang ia tinggalkan dapat dipastikan akan aman setelah ia pergi meninggalkan mereka.Jika orang lain melihat keseharian Saka di tempat itu maka mereka mungkin akan menyimpulkan bahwa Saka telah menjadi orang 'gila'. Saka akan berbicara pada sendiri dan setelah itu menangis, setelah itu tertawa keras. Hanya itu yang ia lakukan setiap hari.Saka telah tinggal di hutan keramat selama puluhan tahun, dan ia telah bertapa serta mening
Setelah kemenangan, semua orang di Mirah Adhi merasakan 'duka' yang dirasakan oleh Raja. Harga ternak telah turun drastis mengingat dilarangnya konsumsi daging selama setahun, hal tersebut membuat para peternak dan pemburu hewan tak memiliki mata pencaharian dan terpaksa beralih profesi. Para petani pun bersedih karena bahan pangan juga tak terlalu laku mengingat adanya pengadaan puasa selama 40 hari. Apalagi para bangsawan, mereka sekarang terlihat seperti rakyat biasa karena tak ada lagi pakaian mewah dan perhiasan yang bisa mereka gunakan selama lima tahun ke depan.Sekarang hutan keramat menjadi momok paling menakutkan bagi masyarakat. Mereka tidak berani ke sana karena takut akan dieksekusi mati oleh Raja. Apalagi saat melihat secara langsung bagaimana raja memberi hukuman pada orang-orang yang membuat Sina menderita. Pada hari itu semua orang tak berani keluar rumah karena mendengar suara jeritan orang-orang yang dibakar dengan kejam. Bahkan setelah kejadian itu, para orang tua
Kemenangan Senggrala atas Malaka telah dipastikan, akan tetapi tak ada satupun orang yang merayakannya. Semuanya menunduk dan bersedih, kala mengetahui panglima perang mereka telah mati karena bunuh diri. Awalnya semua orang meributkan siapa yang disalahkan atas kejadian ini, akan tetapi saat melihat Saka yang masih diam, semua orang pun langsung ikut diam.Saka adalah orang yang paling terpukul pada kejadian ini. Ia kehilangan satu orang kepercayaannya, dan satu orang yang paling cintai serta kasihi. Akan tetapi Saka masih tetap diam dan memandang jasad Jarka yang dikebumikan dengan tatapan yang sangat datar.Hati Saka sangat hancur dan sedih, akan tetapi yang paling menyakitkan dari semua itu adalah tak ada satu tetes pun air mata yang jatuh di pelupuk matanya. Seolah ia telah dikutuk untuk tidak bisa melampiaskan kesedihan yang ia miliki seumur hidupnya.Setelah Jarka dimakamkan, Saka masuk ke dalam kamarnya sambil melihat kendi yang berlapis emas di atas kasurnya. Kendi itu berisi
Seperti jantung yang ditusuk dengan pisau, setiap langkah kaki kuda yang ia tunggangi membuat Jarka semakin sulit bernafas. Ia tidak tau apa yang terjadi pada Sina nya tapi satu hal yang ia tau Sina nya pasti sedang tak baik-baik saja.Jarka mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berfikir sesuatu yang indah, tapi ia tetap tidak bisa. Seolah otaknya telah dipenuhi oleh bau daging yang terbakar dari perhiasan yang pernah ia berikan pada Sina."Tidak mungkin terjadi bukan..."Jarka menatap ke arah burung elang yang terbang di atasnya, lalu menatap ke arah depan sambil menghapal jalan. Tak lama mata Jarka memerah dan air matanya jatuh."Ini bukan jalan menuju istana, ini bukan jalan menuju rumah..."Semakin panjang perjalanan Jarka, semakin jauh ia dari istana. Ia semakin masuk ke dalam sebuah hutan yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Hutan yang mungkin tidak pernah dikunjungi manusia. Tapi, kenapa perhiasan Sina ada di tempat yang seperti ini?Semakin banyak Jarka menebak dalam otakn
Beberapa hari setelah datangnya Saka ke medan perang, Jarka sudah tak menerima surat balasan lagi dari Sina. Bahkan Jarka telah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu membuat puisi untuk Sina, akan tetapi surat yang datang hanya ditujukan pada Saka. Hal tersebut membuat Jarka sedikit cemburu pada calon kakak iparnya itu."Semenjak Saka ada di medan perang, Sina tak lagi memperhatikan ku." Wajah cemberutnya yang terkesan kekanakan sangat jauh berbeda dengan citranya di tentara sebagai orang yang ganas."Bersabarlah Tuan, setelah kita menang nanti Tuan dapat membawa Putri Sina pulang tanpa hambatan dari siapapun."Beberapa prajurit mencoba menghibur Jarka, mengingat perasaan Jarka sangatlah penting bagi peperangan ini. Jika Jarka dalam keadaan kurang bahagia atau bersemangat, maka habislah sudah karena Jarka adalah penentu menang atau tidaknya Senggrala dalam peperangan ini."Ya, kamu benar. Kita akan pulang dengan kemenangan dan membawa Putri Sina ke rumahku sebagai hadiah."Semuany