Saat pagi menjelang suara kentongan terdengar di seluruh penjuru kota di kerajaan Senggrala. Beberapa ketukan menandakan bahwa adanya kabar duka yang berasal dari anggota istana. Hal tersebut membuat rakyat yang masih tertidur mulai bangun dan keluar dari rumah mereka. Saat prajurit mengumumkan bahwa Raja telah mangkat semua orang langsung bersujud dan memberi penghormatan terakhir pada raja mereka. "Wahai rakyat Senggrala sekalian. Hari ini kami mengumumkan bahwa Raja Agung Prabu Amung Praja telah mangkat. Beliau adalah Raja yang agung dan telah memerintah kerajaan untuk waktu yang lama. Beliau adalah pilar bagi kerajaan dan telah berjasa dalam menyejahterakan rakyat. Maka dengan itu Kerajaan Senggrala menyatakan bahwa hari berduka selama 100 hari ke depan untuk mengenang jasa beliau. Semoga Raja dapat berdiri tegak di sisi Dewi Saras."Setelah itu pengumuman pun langsung ditempel di depan gerbang istana. Di mana dalam pengumuman tersebut dijelaskan secara rinci tentang kematian Raj
Selama 100 hari masa berkabung rakyat masih dipenuhi dengan duka atas meninggalnya Raja mereka. Berbagai jenis ritual doa dilakukan agar Raja dapat ditempatkan di tempat terbaik yang sejajar dengan para dewa-dewa. Dengan Saka dan Sina yang masih dimabuk asmara dan menikmati waktu berdua lebih lama dari waktu sebelumnya. Hanya saja kali ini Saka harus menyiapkan diri karena sebentar lagi ia akan resmi dinobatkan sebagai seorang Raja."Baiklah Yang Mulia, apa yang diinginkan Yang Mulia kali ini, hamba akan melakukannya."Mendengar godaan sang adik, Saka pun langsung tertawa puas. Sina memang selalu menggodanya dengan sebutan yang mulia sambil bermain layaknya seorang pelayan yang menunggu perintah dari majikannya. Hal tersebut membuat Saka terkadang tergoda namun juga lucu. Ia merasa Sina akhir-akhir ini terlihat jauh lebih bahagia."Baiklah, aku menyatakan bahwa aku ingin memelukmu sekali lagi.""Baiklah Yang Mulia."Keduanya pun berpelukan sambil tertawa. Sebenarnya walaupun saat ini
Suasana Mirah Adhi menjadi begitu dingin dan mencekamkan. Hal tersebut dikarenakan naiknya Saka ke tahta tertinggi yaitu raja Senggrala. Sejak lama mereka sudah tahu bahwa Saka merupakan bencana bagi kerajaan lainnya. Dia adalah pewaris tahta yang nyaris sempurna. Terutama dalam sepak terjangnya mengelabui orang lain. Beberapa taktiknya dalam menyingkirkan orang-orang termasuk ayahnya sendiri terbilang bersih dan tanpa celah. Kalaupun orang-orang tahu, ia tak pernah takut mengingat tak ada bukti yang akan menyalahkannya.Saka yang berumur 16 tahun merupakan sosok Raja termuda dalam sejarah. Akan tetapi mungkin sosok tampan itu akan menjadi yang paling menakutkan.Mahapatih saat ini sedang berdampingan dengan Saka sambil melihat peta Mirah Adhi dengan wajah yang begitu serius. Mereka berdiskusi terkait langkah mereka untuk menguasai kerajaan-kerajaan lainnya."Jadi kerajaan mana yang ingin Yang Mulia Raja kuasai." "Semuanya." Mendengar itu Mahapatih pun mengangguk puas. Kerajaan mere
Jarka terlihat gagah dengan baju kebesaran miliknya, ia sedang berdiri di depan makam sang ayah sambil tersenyum kecil. Ia ingat beberapa tahun yang lalu saat kehidupan harmonisnya menjadi mimpi buruk untuk waktu yang lama. Mimpi itu datang ketika ia menyadari bahwa sang ayah sudah tak berada di sisinya lagi.Keluarga Jarka adalah keluarga militer yang secara turun temurun memiliki jabatan penting untuk menjaga kedaulatan kerajaan. Kekuasaan dan kekayaan mereka begitu berlimpah hingga membuat Raja sebelumnya merasa terancam. Saat itu Ayahnya dibunuh dalam sebuah konspirasi dari Raja sebelumnya. Hanya saja konspirasi itu memiliki rencana yang tak terlalu bersih hingga diketahui oleh sang kakek. Itulah celah yang ditemukan oleh sang kakek untuk mengancam raja dan mendapatkan surat pernikahan untuk mendapatkan Sina."Aku datang kemari untuk mengatakan padamu ayah, bahwa aku akan menggantikan mu menjadi seorang Patih Muda. Aku juga ingin mengatakan padamu bahwa aku akan melamar wanita yan
Lamaran Jarka menjadi pukulan telak bagi Sina, ia tidak ingin menikah dengan seorang laki-laki yang memiliki strata sosial yang lebih rendah darinya. Dalam benaknya selalu terpatri nama Saka di dalamnya.Sina mengamuk dan marah. Ia melempar semua pernak-pernik serta hadiah yang telah diberikan oleh para pengagumnya. Sina adalah seorang putri kerajaan dan ia tidak pernah kekurangan apapun dalam hidupnya. Ia tak membutuhkan hadiah-hadiah ini dalam kehidupan kesehariannya. Sebagai wanita yang cantik dan berkuasa.Sina menatap ke arah Saka dengan tatapan marah dan kesal. Dia tidak menyangka orang yang paling ia cintai dan sayangi akan menjerumuskannya pada pernikahan yang tidak berguna."Kenapa aku harus menikah dengannya? Apakah laki-laki seperti Jarka pantas untuk wanita seperti diriku? Dia hanya seorang prajurit yang ditakdirkan untuk melihatku dari kejauhan dan memujaku tanpa batas. Bagaimana kamu membiarkan orang yang biasa-biasa saja menjadi pendamping hidupku yang mulia ini?!" ucap
Sina duduk di sebuah bak besar dengan bunga yang beraneka ragam warna. Ia sengaja berendam di tengah malam pada saat bulan purnama. Hal tersebut dikarenakan ia ingin terlihat cantik dan memiliki aura yang lebih terpancar.Beberapa minggu yang lalu ia telah pergi keluar istana secara diam-diam bersama dengan pelayannya Simah. Mereka pergi menuju seorang tabib yang dikatakan oleh Simah, di mana tabib itu bukan hanya pandai dalam mengobati sebuah penyakit namun juga pandai dalam hal supranatural. Beliau mengatakan bahwa Sina memiliki aura seorang Dewi yang mana aura tersebut masih belum terpancar sepenuhnya. Sehingga ia perlu untuk membuka aura dengan beberapa ritual yang dilaksanakan untuk beberapa waktu.Sekarang adalah malam terakhir ritual dilakukan, kini Sina percaya bahwa aura kecantikannya telah terpancar sepenuhnya. Ia akan kembali menemui Saka dan membuat Saka tak pernah berpaling lagi darinya."Apakah aku terlihat cantik sekarang?""Putri, kamu selalu terlihat cantik. Hanya saj
Saat bendera kerajaan berkibar, maka disaat itulah peperangan akan dikumandangkan. Semua kerajaan saat ini tengah waspada dan mencoba mengumpulkan kekuatan. Hanya saja dalam peperangan di Mirah Adhi, ada aturan yang tak bisa dilanggar yaitu tidak ada kecurangan dalam sebuah pertarungan.Ketika mengajukan perang maka kerajaan Senggrala harus mengirimkan surat terlebih dahulu. Mereka akan memberi waktu bagi lawan untuk mengumpulkan kekuatan dengan cara yang jujur dan akan bertemu di Medan perang. Semua itu dilakukan karena pada dasarnya semua Raja-raja di Mirah Adhi memiliki leluhur yang sama. Sehingga mereka masih bisa dianggap saudara.Senggrala telah mengirim surat satu bulan yang lalu dan peperangan akan dimulai beberapa hari lagi. Segala persiapan telah dilakukan dan para prajurit bersemangat untuk memulai pertarungan.Kali ini Jarka bukan hanya mengirim surat untuk kerajaan lawan, ia juga mengirim surat untuk Rajanya yaitu Saka. Surat itu bukan berisi tantangan perkelahian, melain
Jarka menaiki kuda hitam dengan tubuh yang gagah dan pakaian besi miliknya. Tak lupa ia membawa senjata berupa pedang yang dihadiahkan kakeknya untuknya. Ia berada tepat di depan seluruh tentara kerajaan dan menghadap ke arah mereka sebagai contoh dari lambang sebuah keberanian.Jarka mengangkat senjatanya dan semua prajurit langsung bersorak dengan semangat. Setelah itu, Jarka melihat ke arah Saka dan Sina yang berdiri melalui balkon istana. Ia juga melihat Sina tersenyum tipis untuknya. Walaupun itu sangat tipis hingga mungkin tak ada yang menyadarinya, tapi Jarka selalu tau bahwa senyum itu menandakan bahwa Sina telah membuka hati untuknya. Hal tersebut membuat Jarka semakin berambisi untuk menang. "...aku akan pulang dengan kemenangan." ucap Jarka pada Sina dari kejauhan.Setelah itu prajurit pun langsung berangkat menuju ke Medan perang dan semua orang melambaikan tangan.Saka yang menyadari senyum kecil adiknya langsung memegang tangan adiknya dan ikut melambaikan tangan. Ia ta
Di lain pihak, Jiwana telah mendengar tentang invasi Nippon ke pulau ini yang berniat menggantikan kekuasaan Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana tidak setuju, bukan hanya karena ia bekerja bersama para bangsawan Netherland, tapi juga karena Jiwana merasa bahwa bangsawan Netherland tidak terlalu kejam selama di pulau ini, mereka hanya sangat sombong dan pelit.Netherland memang memiliki riwayat buruk dengan para pribumi, akan tetapi itu hanya berlaku di pulau seberang. Di pulau ini, Jiwana lah yang mengaturnya. Ia menjilat para bangsawan Netherland untuk mendapatkan upah yang lebih baik. Ia juga membujuk para pribumi untuk mau bekerja tanpa sebuah paksaan. Sehingga keduanya tidak memiliki konflik yang berarti.Akan tetapi Nippon datang dan Jiwana tidak tau seperti apa strategi politik yang akan dilakukan Nippon di masa depan. Jiwana takut Nippon akan lebih sulit dibujuk dan akan menyengsarakan pribumi dan lebih kejam dari Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana membentuk kelompok k
Saat peperangan meledak, hujan di Ziel tak henti-hentinya turun. Alam sepertinya mendukung para pribumi dengan menurunkan hujan deras agar mereka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk lari, sedangkan tentara Nippon kesulitan karena cuaca dan Medan yang belum mereka kuasai.Disaat hujan terus mengguyur Ziel dan tentara Nippon memaksakan diri untuk masuk, Pieter bersembunyi di balik pohon sambil membawa pedang telah ia asah selama beberapa hari. Matanya telah terbiasa oleh hujan dan kabut, jadi Pieter mampu melihat dengan jelas gerakan lawan dibalik pohon itu.'hmm mereka terlihat familiar'Tentara Nippon memiliki perawakan yang hampir sama dengan pribumi, hanya saja kulitnya putih dan matanya agak sipit. Hampir mirip dengan keturunan Tionghoa yang biasa Pieter lihat. Mereka memiliki suara yang keras dan perawakan yang kaku, jadi wajar saja jika Pieter merasa wajah mereka terlihat familiar.Pieter bergerak dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin meremehkan musuh. Walaupun tubuh Pieter
Beberapa tahun setelah kematian Sina, perang terjadi di pulau Mirah Adhi dan diprediksi Netherland akan segera kalah. Pasukan Nippon telah mulai melakukan aksi untuk menguasai, sehingga Pieter pun harus bersiap mengevakusi anggota keluarga agar bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Pieter bahkan memecat semua pelayanannya agar mereka bisa pergi mengungsi dengan cepat. Pieter tidak ingin orang-orang dibunuh ataupun dibantai karena mereka bekerja pada Netherland. Karena bagaimanapun para pelayannya bukanlah penghianat negara melain orang biasa yang mengais rezeki dengan bekerja padanya. Walaupun begitu ada beberapa pelayan masih enggan untuk pergi karena merasa sayang pada Pieter."Tuan, kami masih ingin tetap bersamamu. Kami rela mati bersamamu jadi kami tidak akan pergi kemanapun. Atau kalau Tuan mau, ikutlah bersama kami ke kampung. Disana kami akan menyembunyikan Tuan agar aman dan tak akan tertangkap oleh tentara Nippon."Mereka bekerja bersama Pieter, akan tetapi mereka mendedika
Pieter menatap ke arah gundukan tanah yang tertulis nama Lana di atasnya. Pieter ingat ketika ia membuka mata untuk pertama kalinya tubuh Sina telah mendingin di dalam pelukannya. Tubuh yang cantik itu telah kehilangan jiwanya dan Pieter akhirnya ditinggalkan untuk yang kedua kalinya.Selama dua kehidupan ia harus ditinggalkan oleh kekasihnya. Akan tetapi walaupun rasa sedih menguasai hatinya, ia selalu ingat bahwa kematian Sina saat ini adalah untuk kebaikannya sendiri. Sina tak lagi merasakan kesakitan dan penderitaan seperti yang ia rasakan ratusan tahun yang lalu. Dia telah terbebas dan Pieter bahagia karenanya."Kamu bebas sekarang." ucap Pieter lirih.Saat pemakaman berlangsung, banyak orang yang datang untuk melayat. Mereka berdoa dengan penuh hikmat dan terkadang datang untuk bersalaman dengan Pieter sambil mengucapkan banyak kalimat menghibur. "Dia sekarang berada di lindungan Tuhan, jadi kamu jangan bersedih terlalu berlarut-larut.""Ya, Lana adalah gadis yang baik dan taat
Saka meninggal di hutan keramat saat berusia ia telah 97 tahun. Ia sangat tua dan tak pernah pergi dari tempat itu satu kali pun. Ia telah meninggalkan semua kemewahan dan kejayaan serta masa mudanya. Ia memilih untuk tinggal bersama Sina di hutan keramat. Ia ingin jiwa Sina tak merasa kesepian, setidaknya sampai ia meninggalkan dunia ini. Saka juga tak pernah berkomunikasi dengan orang lain sehingga ia tak pernah tau apa yang terjadi di luar hutan. Baginya tugas sebagai seorang Raja telah ia penuhi, ia telah berusaha untuk membuat rakyat sejahtera dan keluarga yang ia tinggalkan dapat dipastikan akan aman setelah ia pergi meninggalkan mereka.Jika orang lain melihat keseharian Saka di tempat itu maka mereka mungkin akan menyimpulkan bahwa Saka telah menjadi orang 'gila'. Saka akan berbicara pada sendiri dan setelah itu menangis, setelah itu tertawa keras. Hanya itu yang ia lakukan setiap hari.Saka telah tinggal di hutan keramat selama puluhan tahun, dan ia telah bertapa serta mening
Setelah kemenangan, semua orang di Mirah Adhi merasakan 'duka' yang dirasakan oleh Raja. Harga ternak telah turun drastis mengingat dilarangnya konsumsi daging selama setahun, hal tersebut membuat para peternak dan pemburu hewan tak memiliki mata pencaharian dan terpaksa beralih profesi. Para petani pun bersedih karena bahan pangan juga tak terlalu laku mengingat adanya pengadaan puasa selama 40 hari. Apalagi para bangsawan, mereka sekarang terlihat seperti rakyat biasa karena tak ada lagi pakaian mewah dan perhiasan yang bisa mereka gunakan selama lima tahun ke depan.Sekarang hutan keramat menjadi momok paling menakutkan bagi masyarakat. Mereka tidak berani ke sana karena takut akan dieksekusi mati oleh Raja. Apalagi saat melihat secara langsung bagaimana raja memberi hukuman pada orang-orang yang membuat Sina menderita. Pada hari itu semua orang tak berani keluar rumah karena mendengar suara jeritan orang-orang yang dibakar dengan kejam. Bahkan setelah kejadian itu, para orang tua
Kemenangan Senggrala atas Malaka telah dipastikan, akan tetapi tak ada satupun orang yang merayakannya. Semuanya menunduk dan bersedih, kala mengetahui panglima perang mereka telah mati karena bunuh diri. Awalnya semua orang meributkan siapa yang disalahkan atas kejadian ini, akan tetapi saat melihat Saka yang masih diam, semua orang pun langsung ikut diam.Saka adalah orang yang paling terpukul pada kejadian ini. Ia kehilangan satu orang kepercayaannya, dan satu orang yang paling cintai serta kasihi. Akan tetapi Saka masih tetap diam dan memandang jasad Jarka yang dikebumikan dengan tatapan yang sangat datar.Hati Saka sangat hancur dan sedih, akan tetapi yang paling menyakitkan dari semua itu adalah tak ada satu tetes pun air mata yang jatuh di pelupuk matanya. Seolah ia telah dikutuk untuk tidak bisa melampiaskan kesedihan yang ia miliki seumur hidupnya.Setelah Jarka dimakamkan, Saka masuk ke dalam kamarnya sambil melihat kendi yang berlapis emas di atas kasurnya. Kendi itu berisi
Seperti jantung yang ditusuk dengan pisau, setiap langkah kaki kuda yang ia tunggangi membuat Jarka semakin sulit bernafas. Ia tidak tau apa yang terjadi pada Sina nya tapi satu hal yang ia tau Sina nya pasti sedang tak baik-baik saja.Jarka mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berfikir sesuatu yang indah, tapi ia tetap tidak bisa. Seolah otaknya telah dipenuhi oleh bau daging yang terbakar dari perhiasan yang pernah ia berikan pada Sina."Tidak mungkin terjadi bukan..."Jarka menatap ke arah burung elang yang terbang di atasnya, lalu menatap ke arah depan sambil menghapal jalan. Tak lama mata Jarka memerah dan air matanya jatuh."Ini bukan jalan menuju istana, ini bukan jalan menuju rumah..."Semakin panjang perjalanan Jarka, semakin jauh ia dari istana. Ia semakin masuk ke dalam sebuah hutan yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Hutan yang mungkin tidak pernah dikunjungi manusia. Tapi, kenapa perhiasan Sina ada di tempat yang seperti ini?Semakin banyak Jarka menebak dalam otakn
Beberapa hari setelah datangnya Saka ke medan perang, Jarka sudah tak menerima surat balasan lagi dari Sina. Bahkan Jarka telah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu membuat puisi untuk Sina, akan tetapi surat yang datang hanya ditujukan pada Saka. Hal tersebut membuat Jarka sedikit cemburu pada calon kakak iparnya itu."Semenjak Saka ada di medan perang, Sina tak lagi memperhatikan ku." Wajah cemberutnya yang terkesan kekanakan sangat jauh berbeda dengan citranya di tentara sebagai orang yang ganas."Bersabarlah Tuan, setelah kita menang nanti Tuan dapat membawa Putri Sina pulang tanpa hambatan dari siapapun."Beberapa prajurit mencoba menghibur Jarka, mengingat perasaan Jarka sangatlah penting bagi peperangan ini. Jika Jarka dalam keadaan kurang bahagia atau bersemangat, maka habislah sudah karena Jarka adalah penentu menang atau tidaknya Senggrala dalam peperangan ini."Ya, kamu benar. Kita akan pulang dengan kemenangan dan membawa Putri Sina ke rumahku sebagai hadiah."Semuany